twelfth tale

1197 Words
"Nggak ada salahnya, kecewa sama seseorang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu." *** "HENTIKAN pernikahan ini!" teriak Kanya yang baru saja sampai. Semua tamu pun menoleh ke arah Kanya. "Berhenti!" teriak Kanya lagi saat penghulu mengacuhkan dirinya. "Anya bilang berhenti! Pernikahan ini nggak seharusnya terjadi! Anya nggak setuju!" teriak Kanya kalap. Semua orang termasuk ayah dan Milano mengabaikan Kanya dan menlanjutkan ijab qabul Artha dan Reta. Kanya kesal bukan main, Kanya mengambil vas bunga yang ada di dekatnya. PRANG Semua orang melihat Kanya "Berhenti! Hentikan pernikahan ini!" teriak Kanya lebih keras dari yang sebelumnya. Milano bangun dari duduknya dan menghampiri Kanya, Milano menarik Kanya ke tempat yang sepi, jauh dari para tamu-tamu. Kanya berusaha melepaskan cengkraman tangan Milano "Lepasin! Anya harus menghentikan pernikahan itu!" teriak Kanya kalap. Saat sudah di tempat yang sepi Milano melepaskan cengkraman tangannya. PLAK Milano menampar Kanya, Kanya melebarkan matanya, mulutnya terbuka karena shock. Lalu detik kemudian Kanya tertawa "Kenapa diam aja? Ayo tampar aku lagi," ucap Kanya sambil menunjukan pipi yang sebelah kanan, karena yang kiri sudah di tampar sama Milano tadi "Ayo tampar gue!" ucap Kanya sambil mencekal tangan Milano menuju pipinya. "Kenapa ka! Kenapa?! Kenapa diem aja!" teriak Kanya. "Apa lo nggak punya malu?! Hal yang lo lakuin tadi itu memalukan keluarga kita!" ucap Milano. Kanya tertawa lagi sangat kencang "Hahaha keluarga? Apa ini yang di sebut keluarga?! Ini lebih pantes di sebut sampah!" ucap Kanya sambil melotot tepat di mata Milano. "Jaga ucapan lo!" lalu melayangkan tangannya menuju pipi Kanya. Tapi saat sudah tinggal sepuluh centi meter lagi, tangan Milano berhenti dan menurunkan kembali tangannya "kenapa nggak jadi?! Kenapa ha!" teriak Kanya. Wajah Kanya berubah jadi tenang "Lo berubah ka," lirih Kanya "Lo bukan ka Lano yang dulu, Anya kangen ka Lano yang dulu." lirih Kanya. Lalu raut wajahnya berubah lagi "Gue nggak nyangka ka atas apa yang lo lakuin tadi! Lo berubah! Lo bukan ka Lano!" teriak Kanya. "Ya! Gue bukan Lano yang dulu! Lano yang dulu udah mati! Mati! Mati semenjak Dean ninggalin gue! Dan itu semua gara-gara lo!" teriak Milano sambil mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Kanya. Saat Kanya ingin membalas perkataan Milano, ayahnya menghampiri mereka. Kanya mengambil tasnya yang tergeletak di lantai dan bersiap untuk pergi. Namun, Artha mencegahnya "Lepasin! Anya mau pulang!" teriak Kanya berusaha melepaskan diri. "Kamu mau pulang kemana? Disini rumah kamu nak." ucap Artha. "Bangunan ini nggak layak untuk di sebut rumah, semenjak Ayah menikah lagi!" ucap Kanya. "Ayah bisa jelasin-" "Anya kecewa sama ayah! Ayah nganggep aku apa?!" potong Kanya. "Anya, Ayah-" "Apa ayah nggak bisa untuk sekedar ngabarin aku? Atau setidaknya ayah minta izin sama aku! Aku nggak pernah setuju sama pernikahan ayah walaupun akad pernikahan nya sudah selesai!" ucap Kanya. "Ayah? Anya bener-bener kecewa sama ayah." lirih Kanya lalu pergi meninggalkan mereka, keluar dari rumahnya. Kanya benar-benar kecewa saat ini. *** KANYA pergi ke makam bundanya, ia butuh tempat untuk melampiaskan semuanya. Di elus papan nisan dengan sayang "Bunda, maafin Ayah ya, sebenernya Anya kecewa banget sama Ayah, tapi mau gimana lagi bun, semuanya udah terjadi. Dan aku harap bunda ikhlas menerima kenyataan ini, Anya sayang bunda." ucap Kanya berusaha tersenyum. Seseorang menepuk bahunya dan Kanya menoleh "Ternyata bener." ucap seseorang yang menepuk bahunya. "Raken ngapain disini?" tanya Kanya. "Gue baru aja jenggukin Dean, sepupu gue." ucap Raken. Kanya mengangguk "Iya kita kan pernah ketemu di makam ka Dean." ucap Kanya. "Makam nyokap?" tanya Raken hati-hati. Kanya mengangguk "Iya ini makam Bunda aku, Bunda kenalin ini Raken, kakak kelas aku." ucap Kanya memperkenalkan Raken. Raken berjongkok "Assalamualaikum tante, saya Raken." ucap Raken. Raken meloleh ke arah Kanya "Nya, itu hidung lo kenapa?" tanya Raken khawatir. Kanya langsung menyentuh hidung nya, saat melihat tangannya ada cairan merah yang keluar dari hidung nya "Nggak kenapa-napa kok, Ken. Aku cuma kecapean aja." ucap Kanya. Raken mengeluarkan sapu tangan dari kantung celananya dan menghapus cairan merah dari hidung Kanya dengan teliti dan hati-hati. Lalu tiba-tiba Kanya kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah, tapi tidak, Raken lebih dulu menahan menggunakan kedua tangannya "Nya, lo kenapa?!" tanya Raken panik namun tidak ada balasan dari Kanya. Raken menggendong Kanya sampai mobilnya dan membaringkannya di jok belakang lalu mengendarai mobilnya menuju rumahnya. *** KANYA menerjapkan matanya dan melihat ke sekeliling ruangan di depannya ada wanita yang tidak terlalu tua namun kelihatannya dia sudah mempunyai suami dan anak. Kanya memijat pelipisnya yang berdenyut saat ingin membangunkan tubuhnya "Kamu sudah bangun nak? Jangan bergerak dulu, kondisi kamu belum stabil." ucap wanita itu, walaupun terlihat sudah berumur namun kecantikan nya masih melekat pada wajahnya, awet muda. Kanya kembali membaringkan tubuhnya di kasur empuk, wanita itu mengelus kepalanya dengan sayang, ah Kanya jadi kangen sama sosok ibu. "Mah, ini obatnya-" lalu menatap Kanya yang sedang menatap ke arahnya "Udah bangun? Ada yang sakit ngak? Gue panggil dokter ya?" tanya Raken sambil menghampiri Kanya. Kanya menggeleng "Makasih, tapi nggak usah, Ken. Aku udah mendingan kok, mungkin ini cuma kecapean." ucap Kanya sambil tersenyum seolah memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja. Mamahnya Raken mengelus kepala lagi "Tante ke bawah dulu ya, mau ambil bubur buat kamu, kamu di sini dulu ya sama Raken." ucap Mamahnya Raken. Kanya tersenyum dan mengangguk "Makasih tante, maaf Anya ngerepotin." ucap Kanya. "Kamu nggak ngerepotin tante kok, kamu mau tau nggak gimana paniknya Raken pas bawa kamu kesini? Khawatir banget loh takut banget kalo kamu kenapa-napa, kayaknya dia-" ucap tante itu sambil melirik Raken. "Mamah..." ucap Raken sambil cemberut dan tante itu hanya tertawa dan meninggalkan mereka berdua. "Maaf ya aku jadi ngerepotin kamu." ucap Kanya pelan. Raken mendekatkan dirinya kepada Kanya "Lo sama sekali nggak ngerepotin kok, minum air putih dulu nih, tenggorokan lo nanti kering." ucap Raken sambil memberikan gelas yang berisi air putir dan membantu Kanya meminum nya. "Makasih." ucap Kanya sambil tersenyum. Raken mengangguk "Lo gapapa? Ada yang sakit nggak? " tanya Raken khawatir. Kanya menggeleng "Nggak ada kok, cuma pusing aja kepalanya." Raken mengangguk "Lo nginep disini dulu ya, lo pingsan lumayan lama, dari langit terang sampe gelap." ucap Raken. Kanya melihat ke jam tangan yang ada di tangannya "Yaampun udah jam 9, aku lama banget ya pingsannya?" tanya Kanya sambil menggigit bibir bawahnya. Raken mengangguk "Iya makanya gue khawatir banget sama lo, gue takutnya lo kenapa-napa." ucap Raken. Kanya tersenyum lebar "Makasih loh udah di khawatirin, tapi bener deh, aku nggak kenapa-napa." ucap Kanya meyakinkan Raken. "Iya, kamu nggak kenapa-napa, tapi makan bubur dulu yuk, tante udah bikinin buat kamu." ucap tante itu yang membawa mangkuk berisi bubur. Raken membantu Kanya membangunkan tubuh Kanya untuk duduk "Kamu makan dulu, biar cepet sembuh." ucap Mamanya Raken. Mamanya Raken menyuapi bubur untuk Kanya namun saat di telan sama Kanya, tubuhnya menolak asupan dan ingin memuntahkan. Raken langsung mengambil air minum dan diberikan kepada Kanya sambil membantunya, lalu Raken mengambil alih mangkuk dan mencoba untuk menyuapi Kanya. "Coba dikit-dikit, perut lo butuh asupan," ucap Raken sambil menyendokkan bubur sepucuk sendok "Pelan-pelan." ucap Raken. Pas Kanya menelan, tubuhnya tidak menolak lagi, mungkin tadi kaget karena Kanya baru siuman "Yaudah tante keluar dulu ya, mau nemenin Raya ngerjain pr, tapi kalian jangan macem-macem ya, Raken inget Kanya lagi sakit." nasihat mamanya Raken. "Iya mah." ucap Raken lalu kembali menyuapi Kanya dengan telaten. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD