eleventh note

1372 Words
"Kamu nggak akan tau kapan perasaan itu muncul dan kapan perasaan itu hilang." *** KANYA, Luna, dan Karina sedang duduk di barisan paling depan untuk menonton pertandingan basket. Disana ada Raken dan Dafa dan peserta lainnya dari perwakilan sekolah SMA Trakhina Wijaya dan di sebelah kiri ada lawan dari SMA Nagasakti. Pertandingan pun di mulai, bola basket sudah di oper sana-sini dan di dribble oleh pemainnya. Suara riuh para penonton pun sangat terdengar pada indra pendengaran. Dafa yang memegang bola pun langsung memasukan bola ke ring lawan. Suara tepuk tangan pun terdengar dari pendukung SMA Trakhina Wijaya. "Yeay! Ayo semangat ka Dafa!" seru Luna sedangkan Kanya hanya bertepuk tangan saja. Permainan pun semakin seru ketika mencapai score 20-20, pertandingan memanas, penonton pun terus menyemangati dengan bersorak dan menyanyikan yel-yel. Pertandingan dimenangkan oleh SMA Trakhina Wijaya, dan penonton pun bersorak bahagia. Kanya turun ke lapangan untuk memberikan air minum untuk Raken, tiba-tiba seseorang menghalanginya. Wanita itu bersedekap "Mau kemana adik kelas ku?" dia bertanya dengan wajah, ya bisa dibilang songong dengan dua pengikut dibelakangnya. "Bukan urusan lo!" ketus Kanya lalu melangkahkan kakinya melewati tiga iblis didepannya. Ketiganya menghalangi Kanya dengan tangan direngtangkan "Eh-eh, berani-beraninya lo! Mau ngasih minum ke Raken? Atau Dafa?" tanya wanita itu namun di abaikan oleh Kanya yang berusaha untuk melepaskan diri. "Gue mau lewat ka Calista!" teriak Kanya dan mengundang orang-orang di lapangan untuk menonton nya. "Bukannya gue udah peringatin sama lo buat jauh-jauh dari mereka? Kenapa lo bandel!?" balas Calista dengan teriak. Botol minum yang ada di genggaman Calista pun dibuka, "Karena lo nggak nurutin kemauan gue, gue kasih pelajaran sama lo!" ucap Calista sambil menyiram air yang ada di botol minum mengenai rok abu-abu yang di pakai Kanya. Mata Kanya melebar, sungguh wanita gila didepannya ini membuat Kanya emosi, banyak anak-anak yang menyaksikan kejadian tadi. Calista dan anak buahnya pun tertawa bahagia melihat rok Kanya yang basah seperti buang air kecil di rok. Karena Kanya tidak terima dengan perlakuan Calista, Kanya membuka tutup botol yang tadinya ingin ia berikan pada Raken. Lalu Kanya menyiram air dalam botol tersebut ke rambut Calista, air pun membasahi rambut dan wajah Calista. Tawa Calista pun berhenti digantikan rasa terkejut atas perlakuan Kanya. Mata Calista memerah dan bersiap untuk mengamuk "Lo!" teriak Calista, demi apapun baru kali ini ada yang membalasnya dan membuatnya malu di depan umum. Dengan secepat kilat Kanya langsung berlari ke loker untuk mencari pakaian untuk bisa menutupi roknya yang basah akibat ulah Calista tadi. Calista dan anak buahnya pun langsung lari ke kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya. Kanya membuka lokernya, biasanya ia menyimpan sebuah jaket atau kaus olahraga, namun sepertinya hari ini dewi fortuna tidak berpihak pada dirinya. Lokernya kosong, hanya ada flatshoes dan tissue di sana. Kanya mengambil tissue tersebut dan menggosokkan tissue pada roknya dan berharap roknya bisa kering karena tissue tersebut. Seraya menggosokkan tissue, Kanya juga meniupnya "Aduh, ayo cepetan kering." ucap Kanya pada dirinya sendiri. Kanya tidak menyadari bahwa ada seseorang di belakang nya, lalu orang itu mengaitkan sebuah jaket ke rok Kanya agar menutupi air yang membasahi rok tersebut. Kanya membalikkan badannya dan terkejut dengan apa yang dilihatnya "Pakai dulu jaket gue supaya ketutupan." singkat, lalu pergi meninggalkan Kanya. Kanya belum sempat untuk berterima kasih kepada si pemilik jaket, namun dia sudah pergi secepat kilat. Kanya bersyukur ada yang meminjamkan jaket padanya untuk menutupi rok depannya yang basah. *** SAAT Kanya kembali ke kelas, kedua temannya sudah ada di sana "Anya, rok lo udah kering?" tanya Luna dan Kanya pun menggeleng. "Belum, ini gue tutupin pakai jaket." jawab Kanya lalu duduk di bangkunya. 'Itu bukannya jaket ka Raken ya? Kok bisa ada di Anya.' batin Karina. "Itu jaket siapa, Nya? Punya lo? Kok gue baru lihat ya." tanya Karina memastikan. Kanya menelungkupkan wajahnya di atas tasnya "Gue cape, gue tidur bentar ya. Kalo ada guru bangunin." ucap Kanya lalu memejamkan matanya dan kedua temannya tidak menjawab. Sudah ada guru yang masuk namun mereka berdua tidak ada niatan untuk membangunkan Kanya. Karena guru itu sadar bahwa Kanya tidak memperhatikan penjelasannya lalu guru itu berjalan ke arah Kanya, ternyata benar Kanya tertidur. Guru itu memanggil Kanya "Kanya Armaya!" panggil guru itu. Merasa namanya di panggil, membuat Kanya terbangun dari alam mimpinya dan melihat guru di depannya ia menggigit bibir bawahnya takut "Kenapa kamu tidur disaat pelajaran dimulai?" tanya guru itu dengan tegas. Kanya melirik kedua temannya seolah bertanya 'Kenapa-kalian-ngak-bangunin-gue?' dan kedua temannya hanya bergumam maaf. "Kalau ditanya itu jawab, bukan diam." tegas guru itu. "Ma-maaf bu." ucap Kanya berusaha sopan. "Ibu tidak terima ucapan maaf. Karena kamu tertidur di pelajaran saya, saya mau kamu belajar di luar kelas." ucap guru itu final. "Tapi bu-" "Tidak ada tapi-tapi, cepat bawa buku kamu ke luar kelas dan jangan ke kantin. Cukup di depan kelas." tegas Bu Ami. Kanya pasrah dan membawa bukunya keluar kelas, sungguh mengapa Luna dan Karina tidak membangunkannya? Jika ditanya apakah Kanya kesal atau tidak jawabannya, iya. Tapi Kanya tidak bisa marah begitu saja pada kedua temannya, ia harus mendengar penjelasan mereka mengapa tidak membangunkannya saat guru datang. Raken dan Dafa yang sedang berjalan di koridor kelas sepuluh untuk ke kamar mandi untuk baju melihat Kanya yang sedang berada di luar kelas. "Itu Kanya? Kenapa diluar?" tanya Dafa. Raken hanya menaikkan bahunya dan menghampiri Kanya "Kenapa nggak masuk?" tanya Raken. Kanya mendongak "Aku dihukum, Ken." jawab Kanya sambil menunduk melihat buku pelajaran. "Eh Anya, ngapain diluar gini?" tanya Dafa yang baru saja bergabung. "Aku dihukum, ka." ucap Kanya. "Kok bisa?" tanya Raken. "Ya bisa lah, Raken. Seharusnya lo nanya nya tuh gini 'Anya dihukum gara-gara apa?' gitu." ucap Dafa yang meniru nada datar Raken. Raken mendengus "Tadi aku ketiduran di kelas." jawab Kanya. Dafa dan Raken mengangguk mengerti "Pelajaran siapa, Nya?" tanya Dafa. "Bu Ami." jawab Kanya. "Lo ikut kita aja yuk, ke rooftop. Dari pada disini sendirian." ajak Dafa. Kanya menggeleng "Ngakk ka, makasih. Aku harus tetep disini." tolak Kanya. "Kenapa? Takut sama bu Ami? Tenang aja ada kita." ucap Dafa. Kanya menggeleng "Nggak ka, makasih. Aku harus jalanin hukuman, makasih atas tawarannya." ucap Kanya. "Yaudah kalo gitu kita duluan ya." pamit Dafa dan Kanya mengangguk. Sedangkan Raken hanya tersenyum pada Kanya dan Kanya juga hanya membalas senyuman Raken. *** "NYA, maaf tadi kita mau bangunin lo, tapi bu Ami ngelarang kita." ucap Luna dengan nada bersalah. Karina mengangguk "Maaf banget, Nya. Gara-gara kita lo jadi dihukum." ucap Karina. Kanya hanya tersenyum "Ngak apa-apa kok, ini bukan salah kalian." ucap Kanya. "Tapi, Anya. Ini salah kita, coba aja kita bangunin lo sebelum bu Ami dateng." ucap Luna dengan nada menyesal. Kanya merangkul pundak Luna dan Karina "Udah, lagi pula ini udah berlalu. Gue udah maafin kalian sebelum kalian minta maaf, mending kita ke kantin yuk, udah laper nih." ajak Kanya. Mereka mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kantin untuk mengisi perutnya yang ingin diberi asupan. *** DI kediaman rumah Artha, semua orang sedang sibuk termasuk dirinya. Hari ini Milano juga izin pada sekolah karena ingin membantu keperluan-keperluan yang dibutuhkan. "Den Milano, neng Anya kok ngak ada? Apa belum dikabarin?" tanya bi Ara kepada Milano. "Lano nggak tau, tanya sama Ayah aja." jawab Milano sambil meninggalkan bi Ara. Bi Ara mencari keberadaan Artha, "Tuan, apa neng Anya sudah di beri tau?" tanya bi Ara. Artha menggeleng "Belum bi, biarin aja. Saya juga nggak tau dimana keberadaan dia." ucap Artha. "Apa neng Anya juga nggak bisa dihubungi?" tanya bi Ara hati-hati. "Bi tolong cek makanan deh, mungkin ada yang kurang atau apa." ucap Artha mengalihkan obrolan. Bi Ara hanya mengangguk patuh dan turun ke bawah untuk mengecek makanan. "Bibi harus ngasih tau neng Anya, ini penting." ucap bi Ara pada dirinya sendiri. *** "NYA! Lo mau pulang bareng kita nggak?" tanya Luna, Luna membawa mobil bersama Karina karena rumah mereka satu arah. Kanya menggeleng "Makasih, gue bisa pulang sendiri kok." Luna dan Karina mengangguk "Yaudah kita duluan yaa! Bye!" pamit Karina dan Luna. Kanya melambaikan tangan "Bye!" Handphone yang ada di dalam kantung seragamnya berdering. Bi Ara's Calling Kanya menggeser tombol hijau. "Halo Bi, kenapa?" sapa Kanya. "..." "Maksudnya?" tanya Kanya tidak mengerti. "..." "Apa?!" pekik Kanya kaget. "..." "Yaudah Anya kesana bi, makasih infonya." lalu Kanya langsung mematikan panggilan sepihak. Kanya meremas ujung roknya, tangannya terkepal dan raut wajahnya menunjukan kekecewaan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD