fiftieth first tale

1530 Words
On Playlist— Menapak jalan yang menjauh Tentukan arah yang ku mau Tempatkan aku pada satu peristiwa Yang membuat hati lara   Di dekat engkau aku tenang Sendu matamu penuh tanya Misteri hidup akankah menghilang Dan bahagia di akhir cerita   Cinta tegarkan hatiku Tak mau sesuatu merenggut engkau Naluriku berkata Tak ingin terulang lagi Kehilangan cinta hati Bagai raga tak bernyawa   Aku junjung petuahmu Cintai dia yang mencintaiku Hatinya dulu berlayar Kini telah menepi Bukankah hidup kita Akhirnya harus bahagia   Di dekat engkau aku tenang Sendu matamu penuh tanya Misteri hidup akankah menghilang Dan bahagia di akhir cerita Cinta tegarkan hatiku Tak mau sesuatu merenggut engkau Naluriku berkata Tak ingin terulang lagi Kehilangan cinta hati Bagai raga tak bernyawa   Aku junjung petuahmu Cintai dia yang mencintaiku Hatinya dulu berlayar Kini telah menepi Bukankah hidup kita Akhirnya harus bahagia   Cinta biar saja ada Yang terjadi biar saja terjadi Bagaimanapun hidup Memang hanya cerita Cerita tentang meninggalkan Dan yang ditinggalkan Cinta   Untuk keputusan yang berat, Kanya akhirnya dapat memilih sebuah keputusan. Kanya memasukkan semua baju-baju nya pada koper warna birunya dan Reta masuk tanpa sengaja melihat Kanya yang sedang sibuk packing. Tidak mungkin jika kali ini ia membiarkan perempuan itu pergi lagi. "Kamu mau kemana?" "Pergi, Ma." Namun, dari nadanya ia terdengar seperti sedang kecewa dan segera ingin pergi untuk melupakan masalah yang ada, atau setidaknya sejenak bisa mengisi pikirannya dengan hal-hal lain yang menyenangkan. Reta menghela nafas panjang lalu duduk di pinggir kasur Kanya dan Kanya pun menghentikan aktifitasnya sebab Reta terlihat seperti sedang ingin berbicara kepadanya. “Kamu lagi ada masalah?” Kanya hanya mengangguk, melihat respon itu Reta yakin anak perempuan itu sedang tidak ingin membahas apa-apa lagi. “Kalau kamu ada masalah, bilang sama Mama… atau setidaknya bilang sama seseorang yang bisa kamu percaya—“ “Nggak ada, Ma… semua orang pergi ninggalin aku. Aku mau cerita sama siapa lagi?” semua orang yang ia kenal telah pergi, pergi dan tidak lagi berpijak di bumi. Membuat dirinya benar-benar sedih telah kehilangan orang-orang yang sangat ia sayangi.  "Kamu selalu pergi, kenapa kamu nggak coba untuk bertahan? Pergi dari masalah itu nggak baik, sayang." ujar Reta yang berusaha mengetahui apa yang ada di balik kepala Kanya, sepertinya ada masalah selain kepergian Milano. Bahkan untuk kepergian Milano, Kanya sudah tidak bisa lagi menahannya. Ia pasti sedih sekali dengan kenyataan itu. Reta mengira bahwa kemungkinan saja, Kanya memiliki masalah lain selain kehilangan Milano di dalam hidupnya. Pelan-pelan, Kanya ikut duduk disamping Reta, dalam hatinya ia merasa tidak sanggup lagi untuk menahan semuanya sendiria, "Apa gunanya bertahan kalau semua orang pergi? Kanya mau mulai kehidupan baru, ma. Dan tentunya juga di lingkungan baru." "Maksud kamu?" Reta bingung dengan penjelasan Kanya, apakah perempuan itu benar-benar ingin pergi dari sini? Kanya menggenggam tangan Reta. "Aku mau menetap di Bandung, ma. Mulai kehidupan baru disana. Dengan adanya aku disini, kepala aku selalu aja mengingat rentetan hal-hal yang terjadi. Aku menderita, ma. Aku nggak kuat kalo harus ngejalanin hari-hari disini… apalagi rumah ini, aku selalu teringat dengan Kak Milano." ucap Kanya sambil menatap dalam mata Reta. Reta menangis lagi, mendengar itu ia sedih. Bagaimana pun juga batu yang sekeras apapun bisa terkikis karena air dan hati yang tegar pun lama-lama akan rapuh. Semua ada batasannya, kapasitas hati juga ada batasnya. Semuanya tidak bisa dipaksakan. Reta mengangguk lalu memeluk Kanya, mengizinkan Kanya untuk pergi dari rumah ini dan menetap di kota lain, jika hanya berbeda kota. Reta yakin dirinya dan juga Artha bisa sering mengunjugi anak perempuan itu jika ada sesuatu hal. Sebab meskipun Kanya sudah melakukan operasi, tetap saja ia butuh pengawasan yang sering. "Yang kuat ya, Nya. Semoga kamu bahagia di akhirnya, sudah cukup kamu menderita sebelumnya. Mama akan berdoa yang terbaik buat kamu." Kanya mengangguk dan mengamini dalam hati. Apapun yang akan terjadi di masa depan nanti, biarkan semuanya mengalir begitu saja dan semoga apapun yang mengalir selalu diiringi oleh lagu-lagu kebahagiaan. *** Keesokannya, keduanya sama-sama menarik koper namun berbeda tujuan. Ya, keduanya itu adalah Kanya dan Raken. Mereka berdua sama-sama meninggalkan kenangan dan memulai hidup baru. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari salah satu dari mereka, padahal mereka berada di tempat yang sama. Apakah kali ini tidak ada kebetulan yang membuat mereka bertemu, setidaknya hanya untuk 'saying goodbye'. Sepertinya tidak ada, alam tidak mengijinkan mereka untuk bertemu apalagi untuk sebuah kebetulan, itu tidak akan terjadi. Lagi pula kalau mereka ditakdirkan bertemu hari ini, akankah sanggup mengatakan selamat tinggal untuk selama-lamanya? Nyatanya, ucapan selamat tinggal itu menyakitkan. Setelah berpamitan dengan orang tuanya, Kanya segera pergi menuju kota bandung. Ia menolak saat Reta mengajukan diri untuk menemaninya disana karena ia ingin mandiri disana. Namun berbeda dengan Raken, justru ia bersama keluarganya karena ia memang ke luar kota karena tujuan keluarga. Dan saat kereta mereka berjalan, keduanya berkata dalam hati 'Goodbye, Dear' sekencang-kencangnya. Tidak ada hal manis yang terasa saat perpisahan telah terjadi. Semua kilas balik tentang kejadian di hari-hari bahagia seolah terulang kembali, membuat mereka sama-sama memiliki niat untuk memperbaiki hubungan mereka yang sudah retak. Namun, percuma saja. Mereka tidak bisa. Untuk saat ini, mereka sedang tidak bisa untuk bersama-sama. Terlalu banyak masalah, juga rasa sakit yang di rasakah. Apalagi rasa kecewa atas ketidakpercayaan Raken kepada Kanya. Mereka ingin memperbaiki, namun rasanya itu tidak mungkin terjadi. *** "Coffee latte, nggak pake gula ya mbak." pesan Kanya saat sampai dikota tujuan. Setelah pesanannya selesai di buat, ia menggenggam gelas kertas itu dan menyetop taksi yang berjalan. Ia akan tinggal di sebuah apartment yang ia sewa untuk beberapa bulan kedepan dan jika ia merasa nyaman diapartement itu Artha akan membelikannya namun jika ia tidak nyaman di apartment itu ia akan cari apartment lain yang sesuai dengan keinginannya. Langkahnya melangkahkan tepat dan percaya diri, menyakini didalam hati bahwa setiap langkahnya adalah awalan baru yang akan ia tulis dilembaran baru. Beradaptasi dengan lingkungan baru itu tidak mudah, apalagi jika seorang diri. Tapi, Kanya yakin ia bisa melewati semuanya, kehidupan barunya. Namun, dalam tiap kata yang terucap di dalam hatinya, ia mempertanyakan sesuatu. Entah untuk siapa. Akankah takdir mempertemukan kita kembali? *** Dua tahun kemudian Kanya duduk di sebuah cafe sambil menyesap coffee latte pesanannya di sebuah kota bandung. Ia berada di sebuah café yang sangat dekat dengan kampusnya saat ini. Kelasnya saat ini telah berakhir sejak tadi, ia enggan untuk pulang ke apart sebab ia sedang ingin menyesap di coffee di sebuah café dekat sini. Hanya untuk memandang lalu lalang di sekitar sini.   Menatap jalanan hilir-masuk orang-orang yang berjalan. Ia melihat ada anak-anak yang merayakan ulang tahun di depannya, terlihat sangat bahagia. Ia jadi mengingat ulang tahunnya satu tahun yang lalu. Apalagi jika melihat foto polaroid bersama teman-temannya di Jakarta.   *Flashback on* "Happy birthday! Kanyaaa!!" teriak kedua temannya dengan membawa kue dan dekorasi lainnya, Kanya tidak meyangka bahwa akan diberikan kejutan seperti ini disaat dirinya mengira bahwa tidak akan ada yang ingat hari ulang tahunnya. Kanya terkejut bukan main, ia menutup mulutnya untuk tidak teriak, matanya speechless. "Ah kalian!!" mulutnya ditutup oleh telunjuk temannya saat ia akan meniup lilin diatas kue cheesecake itu. "Make a wish dulu lah!" sahut Faya, temannya yang berasal dari Indonesia. Ia mempunyai dua teman yang berasal dari Indonesia. Kanya memejamkan matanya dan berdoa dalam hati lalu meniup lilin itu sampai apinya padam. "Yeayyy!" seru mereka dan Faya membuang lilin-lilin itu. "Kita potong kuenya yuk!" celetuk Jena. "Satu, dua." mulai Faya. "Tigaaaa!" pekik mereka berdua sambil menemplokkan satu bundar kue pada wajah Kanya, melihat muka Kanya penuh dengan cream kue keduanya ketawa kencang. Itu memang bukan kue, itu hanya cream yang dibentuk menyerupai kue. Itu jebakan untuk Kanya. Kanya meraup kasar lalu memeperkan cream tersebut pada kedua temannya lalu mereka berpelukan sambil tertawa. "Sorry, Nye. Kue mahal, dompet kita tipis soalnya." sahut Jena diiringi tawa Faya. "Sialan lo pada, gue kira cheesecake beneran." dan Kanya pun ikut tertawa. "Mana hadiahnya?" todong Kanya sambil menadahkan tangannya. "Traktirannya apa dulu nih?" tanya Faya. "Cireng gopean!" jawab Kanya. "Boleh tuh, udah lama gue nggak makan cireng." celetuk Jean dan langsung di senggol Faya. Jean sempoyonga.n "Ih masa traktirannya cireng sih." dumel Faya. "Ya trus apa, Fay?" tanya Jean. Faya tersenyum miring lalu membisikkan sesuatu pada Jean. Jean mengangguk setuju. "Dinner gratis!" pekik keduanya. Kanya memutar bola matanya, mereka memang selalu tidak jauh dari yang namanya makanan. "Oke! Tapi kalau berat badan kalian naik jangan salahin gue yaa?!" "Deal!!!" teriak mereka. Lalu Faya mengisyaratkan untuk memberikan kado untuk Kanya. "Nih hadiah dari kita." pekik Jane. "Makasih! Ah sayang kalian deh!" bukan memeluk temannya ia justru memeluk hadiahnya. "Itu bukan hadiah mahal, Nye. Tapi itu pasti bikin lo seneng." "Yups." "Walaupun bukan hadiah mahal, itu berkualitas, Nye." "Yups." "Pokoknya lo pasti suka, Nye." "Yupssss." Kanya langsung membuka itu, saat terlihat hadiahnya matanya berbinar namun kemudian ia menatap temannya datar. "Lo pada sinting kali ya? Ini dikata bukan hadiah mahal?" bagaimana tidak, ini adalah stiletto limited edition yang sangat menjadi incaran kaum hawa. Mereka berdua mengangguk bareng. "Dasar. Makasih yaaaa! Sayang kalian!" Kanya memeluk erat keduanya sampai keduanya terbatuk-batuk. Kanya jadi ingat dengan Luna dan Karina, ngomong-ngomong Kanya kangen. Mereka makan-makan di restaurant terbaik sebagai traktiran ulang tahun Kanya. Mereka berdua telah lama masuk ke dalam kehidupan Kanya, dan membuat hidup Kanya jauh lebih berwarna. *Flashback off*  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD