ninth tale

1781 Words
"Jangan pernah merasa bahwa kamulah yang terhebat, karena kita nggak akan pernah bisa menilai diri sendiri." *** JAM istirahat sedang berlangsung, seperti biasanya, Kanya berjalan menuju perpustakaan untuk membaca buku dan mendengarkan musik dalam tenang. Saat Kanya melewati koridor yang sepi, tangannya ditarik kebelakang tanpa aba-aba dan membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Seseorang yang menarik Kanya langsung memojokkan tubuh Kanya disudut koridor. "Lo yang namanya Kanya?!" tanya seseorang dengan nada membentak. Kanya kesulitan bernafas karena lehernya dihimpit oleh orang tersebut "I-iya ka." ucap Kanya, Kanya kenal dengan orang tersebut. Ia adalah Calista, kakak kelas Kanya yang sok berkuasa di sekolah ini karena dia merasa paling cantik dengan make up tebal di wajahnya. Calista melepaskan tangannya dari leher Kanya, Kanya bernafas lega. "Gue peringatin sama lo!" ucap Calista sambil mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Kanya "Jauhin Dafa sama Raken kalo lo mau hidup tenang!" ancam Calista. Kanya memajukan tubuhnya dan mengangkat kepalanya menatap sengit kakak kelas itu "Lalu? Kalo gue nggak mau jauhin mereka, lo bisa apa?" tanya Kanya menantang sambil tersenyum miring. Sungguh, Kanya tidak takut sama sekali dengan ancaman mereka. Calista tersenyum mengejek "Berani juga lo a-dik ke-las." ucap Calista sambil menekan kata adik kelas lalu setelah itu Calista langsung menjambak rambut panjang Kanya. Kanya kesakitan dengan teramat sakit. Ia mencoba untuk membalas namun Calista menarik rambutnya dengan sangat kencang. Tiba-tiba Luna dan Karina datang untuk melepaskan cengkraman tangan Calista di rambut Kanya "Lepasin!" teriak Karina. "Lo ngapain jambak-jambak gitu? Emang Kanya ada salah apa sama lo? Ha!" tanya Luna membentak Calista. Calista makin melotot dengan tajam "Bilangin sama temen lo yang sok berani ini! Bilang sama dia untuk jauhin Raken sama Dafa, atau dia terima akibat nya!" ancam Calista sambil mengepalkan tangannya lalu pergi meninggalkan mereka. "Kanya lo nggak apa-apa kan? Kepala lo sakit ya?" tanya Luna dengan nada khawatir. Karina memegang kepala Kanya "Kepala lo nggak apa-apa kan?" tanya Karina juga dengan nada khawatir. Kanya menghempaskan tangan Karina yang berada dikepalanya "Gue gapapa." lalu pergi ke taman belakang, Kanya sudah tidak mood untuk membaca buku di perpustakaan. Di belakang Kanya, tanpa Kanya sadari, kedua temannya tersenyum senang dan ber-tos ria karena rencana pertama mereka berhasil. Kanya duduk di taman belakang sekolah yang sangat sepi, berkali-kali ia memijat kepalanya yang sakit akibat jambakan Calista tadi. Lalu Kanya merasa ada yang melempar sesuatu mengenai tubuhnya, Kanya mengira itu hanya buah yang jatuh dari pohonnya karena ada burung yang lewat. Tapi buah yang berbentuk seperti kelereng itu dilemparkan ke tubuhnya lagi, Kanya masih fokus kepada kepalanya yang pusing. Lalu buah itu terlempar dari atas tepat di dahi kepalanya, otomatis Kanya langsung mendongak ke atas. Disana ada orang di atas pohon sambil memangku gitar. Kanya mengambil buah itu dan dilemparkan kembali ke orang itu. Tembakannya tepat mengenai kepala orang tersebut. Orang itu terhuyung tapi masih bisa bertahan diatas sana. Kanya tertawa "Ngapain sih di atas sana?" tanya Kanya. Orang itu turun dari pohon "Ngadem aja," ucap orang itu santai "Lah lo ngapain disini? Nggak takut sama rumor nenek tua penjaga disini?" tanya orang itu sambil duduk di sebelah Kanya. "Ngapain takut, didunia ini kan nggak cuma ada manusia doang," balas Kanya santai "Aku lebih takut sama orang yang ada di sebelah aku." ucap Kanya sambil melirik orang disebelahnya. "Kenapa takut sama gue?" "Takut aja, siapa tau kamu udah kemasukan sama arwah nenek tua penjaga itu" ucap Kanya sambil bergidik ngeri. Pletak Dahi kanya di-pletak, Kanya mengusap dahinya sambil meringis 'aw' "Ish kepala aku lagi sakit tau!" ucap Kanya kesal. "Nggak ke kantin?" tanya orang itu. Kanya menaikkan bahunya "Males," ucap Kanya "Kamu ngapain disini Ken?" tanya Kanya. Raken juga menaikkan bahunya sambil memetikkan gitar yang ia bawa tadi "As you can see," ucap Raken "Gue boleh nyanyi kan?" tanya Raken. "Ya boleh lah, siapa juga yang ngelarang." sahut Kanya. "Tapi lo ikutan nyanyi ya?" pinta Raken. Kanya mengangguk pelan "Kalo gue hafal ya." ucap Kanya ragu. "Lagu ini pasti lo hafal kok." "Yakin banget gue hafal?" tanya Kanya. Raken hanya mengangguk dan mulai memetikkan senar gitar. Oh, there she goes again, Every morning it's the same You walk on by my house I wanna call out your name Kanya menatap wajah Raken sambil bergumam 'Shawn Mendes.' dan Raken hanya menggangguk dan melanjutkan lagu tersebut. I wanted to tell you how beautiful you are from where I'm standing You got me thinking what we could be 'cause Lalu Kanya ikut bersenandung ria mengikuti alunan lagu tersebut. I keep craving, craving, you don't know but it's true Can't get my mouth to say the words they want to say to you This is typical love, love Can't wait anymore, I won't wait I need to tell you how I feel when I see us together forever Kanya bernyanyi bareng bersama Raken menikmati alunan lagu. In my dreams, you're with me We'll be everything I want us to be And from there, who knows, maybe this will be the night that we kiss for the first time Or is that just me and my imagination Kanya berhenti bernyanyi dan membiarkan Raken bernyanyi sendiri. Kanya memperhatikan petikan jari Raken di senar gitar dan sesekali melihat Raken bernyanyi, suara Raken sangat bagus, Kanya akui itu. We walk, we laugh, we spend our time, walking by the ocean side My hands are jellied, intertwined A feeling I just can't describe All this time you spent alone, thinking we could not belong to something so damn beautiful So damn beautiful I keep craving, craving, you don't know but it's true Can't get my mouth to say the words they want to say to you This is typical love, love Can't wait anymore, I won't wait I need to tell you how I feel when I see us together forever Lalu Raken berhenti bernyanyi dan mengisyaratkan Kanya untuk bernyanyi. Lalu Kanya bernyanyi mengikuti irama petikan senar gitar yang Raken petikan. In my dreams, you're with me We'll be everything I want us to be And from there, who knows, maybe this will be the night that we kiss for the first time Or is that just me and my imagination Imagination Imagination (Woah, woah, woah...) Mereka berdua tersenyum lalu melanjutkan lagu tersebut bersama-sama. In my dreams, you're with me We'll be everything I want us to be And from there, who knows, maybe this will be the night that we kiss for the first time Or is that just me and my imagination I keep craving, craving, you don't know but it's true Can't get my mouth to say the words they want to say to you Lalu Raken menghentikan petikan gitarnya karena lagu telah selesai "Gue nggak nyangka, ternyata suara lo bagus juga ya." puji Raken. Kanya tersenyum "Aku juga nggak nyangka kalo kamu bisa main gitar sebaik ini," puji Kanya balik "Keren!" lanjutnya. "Lo nggak apa-apa?" tanya Raken karena melihat wajah Kanya, Kanya memang tersenyum bahkan sangat lebar. Tapi saat Raken lihat matanya, memancarkan kesedihan. Kanya menoleh "Aku emangnya kenapa? Baik-baik aja kok" ucap Kanya sambil tersenyum ke arah Raken. Raken hanya tersenyum miring dan merogoh kantung celananya untuk mengambil sesuatu "Senyum lo mungkin bisa sembunyiin semuanya, tapi mata lo nggak," ucap Raken lalu memberikan sebatang cokelat untuk Kanya "Nih, kali aja bisa buat mood lo balik." ucap Raken sambil berlalu meninggalkan Kanya sendirian. Bahkan Kanya belum sempat untuk berkedip ataupun mengucapkan sepatah kata, ia bungkam karena Raken berhasil melihat kebohongan dalam senyuman nya. Kanya menatap cokelat yang berada di genggamannya, cokelat dari Raken, cokelat putih. Bagaimana laki-laki itu tau jika cokelat putih bisa menaikkan moodnya? Bahkan ini yang kedua kalinya Raken memberikan cokelat putih. *** "GIMANA? Acting gue bagus kan?" tanya Calista bangga. "Great! Itu baru namanya sepupu gue!" ucap Luna "Rencana pertama gue bagus kan, Rin?" tanya Luna pada Karina. Karina mengangguk senang "Bagus! Semoga aja Anya dengerin omongan ka Lista." ucap Karina. "Itu pasti. Pasti dia bakal jauhin Raken sama Dafa, meskipun secara perlahan." sahut Calista. Luna berfikir sejenak "Eh guys! Gue masih belum puas sama kejadian tadi, gue rasa Kanya nggak bakal takut sama anceman ka Lista, kalian lihat sendiri kan reaksi dia kayak gimana?" ucap Luna. Karina mengangguk setuju "Kemungkinan dia takut itu sangat sedikit." ucap Karina cemas. "Pokoknya gue nggak mau tau! Kita harus bikin rencana lagi. Kita harus bikin Kanya jauhin ka Raken sama ka Dafa, terutama ka Dafa! " ucap Luna. Calista menatap Luna "Lo yakin Kanya nggak bakal curiga sama kalian berdua?" tanya Calista. Luna tersenyum miring "Gue yakin Anya nggak bakal curiga." ucap Luna. "Se-yakin itu?" tanya Calista sambil menekan kata 'yakin.' Luna mengangguk mantap. "Gue juga yakin kalo Anya nggak bakal curiga, gue sama dia itu udah temenan lama. Mana mungkin dia berfikiran yang enggak-enggak terhadap gue, iya kan?" sahut Karina. "Oke. Sekarang kalian punya rencana apa?" tanya Calista. "Gue mau Kanya bener-bener nurutin kemauan ka Lista, gue mau dia bener-bener takut sama ancaman ka Lista. Pokoknya kita harus bikin Kanya menderita dan menjauhi ka Raken sama ka Dafa!" ucap Luna sambil tersenyum licik. Karina mengangguk senang "Gue setuju sama lo, Lun. Kita harus bikin Kanya menderita!" ucap Karina yang setuju dengan ucapan Luna. "Trus rencana kalian apa?" tanya Calista. Karina tersenyum miring "Kali ini gue punya ide!" ucap Karina. "Apa?" tanya Luna penasaran. "Gue yakin ini pasti berhasil lagi. Rencana nya adalah-" ucap Karina lalu membisikkan rencana kepada Luna dan Calista. Ketiganya tersenyum licik, Luna tertawa jahat "Ide lo kali ini bagus juga!" ucap Luna pada Karina. *** HARI, mulai petang dan cuacanya mulai meredup, Kanya sedang jalan-jalan sore untuk berkeliling di sekitar apartment nya. Kanya berjalan menikmati angin sore, ia bosan jika harus berada di apartment seharian, lebih baik ia jalan-jalan keluar sebentar. Sore ini Kanya ingin melihat senja di taman dekat apartment nya. Ada seseorang menepuk bahunya lalu men sejajarkan langkahnya dengan Kanya "Mau kemana? Tumen keluar." tanya orang tersebut. Kanya mengelus dadanya kaget, ia kira orang jahat yang ingin menculiknya pada sore hari lalu ia disekap lalu di mutilasi-ih ngeri "Ih kamu mah ngagetin aja, Ken." kesal Kanya. Raken hanya tertawa pelan "Mau kemana?" tanya Raken lagi. "Aku mau jalan-jalan aja, bosen di apartment sendirian. Aku mau jalan ke taman buat ngelihat senja." jawab Kanya. Raken mengangguk "Lo mau lihat senja?" tanya Raken lagi dan Kanya mengangguk "Ikut gue yuk! Gue tau tempat yang bagus buat ngelihat senja." ajak Raken sambil menarik Kanya. Kanya yang ditarik masih diam di tempat "Kenapa?" tanya Raken. Kanya menggeleng "Gapapa." Raken menarik lagi "Yaudah ayo buruan, nanti nggak keburu. Gue yakin lo nggak bakal nyesel ikut gue." ucap Raken lalu Kanya mengangguk dan mengikuti Raken. Dan benar, Raken membawa Kanya ke tempat yang bagus untuk melihat senja. Walaupun letaknya jauh dan mereka harus berlari agar sampai diwaktu yang tepat. Dan disinilah mereka, bersama-sama menikmati senja. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD