sixth tale

1513 Words
"Persahabatan bukan tentang siapa yang mengenal paling lama. Ini tentang siapa yang datang kehidup kamu dan dia tidak akan pernah meninggalkan mu." *** SAAT Raken menawarkan Kanya untuk berangkat bareng dengannya, Kanya menolak dengan alasan 'Aku mau berangkat sendiri aja' dan Raken tidak memaksanya karena itu hak nya Kanya mau menerima atau menolak ajakan Raken. Entah Kanya yang berangkat kepagian atau murid-murid yang terlambat masuk sekolah, kelasnya sepi, hanya ada beberapa orang yang mempunyai jadwal piket pagi. Kanya memasang earphone dan menyetel lagu 'Like I'm Gonna Lose You-Meghan Trainor' dan sesekali Kanya mengikuti alunan lagu tersebut. No, we're not promised tomorrow So I'm gonna love you like I'm gonna lose you And I'm gonna hold you like I'm saying goodbye Wherever we're standing I won't take you for granted 'Cause we'll never know when, when we'll run out of time Dan saat Kanya sedang menikmati alunan lagu, Karina yang baru saja datang mengambil sebelah earphone nya dan memakainya "Yaelah, Nya. Lagu nya melow mulu, sekali kali yang Rock dong." "Karin lo ganggu aja deh, yakali pagi-pagi gini dengerin rock, ntar puyeng pala gue." ucap Kanya sebal. Karina mengembalikan sebelah earphonenya "Gimana kemaren sama Dafa?" tanya Karina menaik-turunkan alisnya. Kanya tersenyum, mungkin jika ada yang paham ini bukanlah sebuah senyum tulus atau bahagia, Kanya sedang tersenyum miris "Seru, gue diajak ke Dufan kemaren." ucap Kanya berusaha setenang mungkin. "Ada kemajuan nggak buat hubungan lo sama ka Dafa?" Karina kepo, mulai deh keponya keluar. Kanya tersenyum miris dalam hati dan berusaha menahan dirinya untuk tidak memutar bola matanya 'Boro-boro kemajuan,' batin Kanya miris. "Nggak ada Rin, kita biasa aja, nggak ada kemajuan apapun." ucap Kanya tenang. "Cerita dong ke gue, siapa tau lo mau berbagi moment manis lo sama Ka dafa di Dufan kemaren." mohon Karina. "Nggak ada yang special, Arin. Nothing special. Lagi pula kemaren cuma jalan-jalan kok bukan ngedate atau apapun itu lah, dan gue juga nggak berdua doang sama ka Dafa, ada Luna juga kok." ucap Kanya enggan bercerita, ya memang tidak ada yang ingin ia ceritakan. Biarlah hanya dirinya dan Tuhan yang tau. Karina nampak kecewa mendengar 'Nothing special,' "Yah, padahal kan keliatannya lo cocok gitu sama ka Dafa dari segi wajah." ucap Karina yang sangat mendukung hubungan Kanya dan Dafa. "Cocok pala lo peyang." ucap Kanya sebal. "Morning Anya, Arin." sapa Luna yang baru saja datang. "Morning too Lun." sapa balik Karina dan Kanya. "Btw, kemaren lo kemana, Nya? Gue sama ka Dafa nungguin tau." tanya Luna. "Gue kemaren balik duluan, ada urusan mendadak soalnya, sorry ya udah buat lo sama ka Dafa nunggu." Luna meletakkan tasnya di mejanya "Emangnya kemaren ada urusan mendadak apa sih? Kayaknya penting banget." Kanya berpikir, bingung mau menjawab jujur atau bohong "Oh itu, ka-kak gue sakit, nah iya kakak gue sakit. Jadi gue disuruh ke rumah sakit saat itu juga." dan akhirnya pun Kanya memilih untuk berbohong, karena ia belum siap jika harus menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kemarin. Karina mendengar kata 'Kakak.' Kanya langsung mengajukan pertanyaan "Anya, perasaan lo nggak pernah deh ngenalin Kakak lo ke kita, setiap kita main kerumah lo yang ada cuma bi Ara doang, emang Kakak sama Ayah lo sibuk banget ya? Kita bahkan nggak tau nama Kakak lo." tanya Karina kepo. Kanya memang tidak pernah mengenalkan Milano sebagai Kakaknya, karena permintaan Kakaknya, Milano tidak ingin ada yang tau jika Kanya dan Milano saudara kandung "Oh iya, maaf ya gue nggak pernah ngenalin kalian sama kakak gue, kakak gue jarang ada dirumah soalnya." ucap Kanya. "Emang siapa sih namanya? Kan bisa lo tunjukin foto dia, atau nggak gue cari di **, gue kan pengen tau, Nya. Siapa tau cakep kan gue bisa ngedaftar jadi calon kakak ipar lo." sambil tersenyum percaya diri. Kanya hanya tertawa "Ada-ada aja lo, Lun. Pengen banget jadi Kakak ipar gue." Karina dan Luna makin penasaran "Kasih tau kita dong namanya siapa." pinta Karina. "Namanya-" "Selamat pagi, anak-anak." sapa guru mata pelajaran pertama, ucapan Kanya terpotong oleh guru tersebut dan Kanya menghela nafas lega. *** DI kediaman rumah Artha, Milano baru bangun pagi menjelang siang, jam 10. Ini akibat bermain game sampai larut malam, akhirnya Milano kesiangan. Dan dia bangun karena ia menerima telpon yang berkali-kali menghubunginya. Ayah Calling's Milano menggeser tombol hijau ke arah kanan untuk menerima panggilan. 'Hallo Ayah.' sapa Milano dengan suara serak khas bangun tidur. 'Kamu dimana?' tanya Artha. 'Dirumah Yah, kenapa?' tanya balik. 'Jam segini kamu masih dirumah! Kenapa kamu nggak sekolah!' 'Milano kesiangan, Ayah. Ini baru bangun.' 'Memangnya bi Ara tidak membangunkan kamu?' 'Nggak tau deh, pintu kamar Milano kunci soalnya.' Terdengar helaan nafas, 'Yasudah, nanti saat jam pulang sekolah kamu ke sekolah ya, temui adik kamu, bilang padanya bahwa Ayah ingin bertemu dengannya untuk membicarakan sesuatu.' pinta Ayahnya. 'Ayah suruh bi Ara aja deh, atau siapa aja deh yang bisa. Milano ada acara, jadi nhgak mungkin kalo harus ke sekolah dulu.' tolak Milano, ia tidak ingin menemui adiknya atau pun melihat wajahnya. Jika Milano bertemu dengan Kanya, ia selalu teringat kekasihnya, Dean. 'Ayah nggak mau tau acara kamu, yang Ayah inginkan sekarang adalah tolong bawa Kanya ke kantor Ayah, Ayah ingin mengatakan sesuatu kepada kamu dan Kanya. Ini lebih penting dari pada acara kamu.' 'Ya tapi, aku nggak bisa ke sekolah, aku bener-bener nggak sempet untuk nemuin Anya. Aku ada acara jam 11 dan harus tepat waktu, maaf Milano nggak bisa nemuin Kanya.' 'Ayah nggak mau tau! Jemput adik kamu ke kantor Ayah atau ATM kamu Ayah blokir!' ancam Artha dan langsung mematikan sambungan. Milano langsung melempar ponselnya ke kasur "s**t!" gumam Milano kesal. Gagal sudah jadwal hari ini kalau ia ingin mengganti oli motor kesayangan nya. Lalu ia pun langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. *** SAAT Dafa sedang menikmati bakso jajanan kantin, ia terpikir suatu hal "Eh si Milano kemana ya? Tumben nggak ada kabar?" Faldy mengangkat bahunya "Nggak tau deh, tumben-tumbenan dia nggak masuk tanpa kabar kayak gini. Biasanya kan dia paling rajin masuk diantara kita." "Kita? Lo aja kali." sahut Raken. "Coba ah gue chat pribadi." ucap Dafa. To : Milano Arkine Dafa : Lano, lo kenapa nggak masuk? Bu Nani nyariin lo. Setelah itu Dafa menekan tombol send, memang benar, guru Matematika itu menanyakan anak kesayangannya perihal mengapa Milano tidak masuk hari ini. Dan beberapa detik kemudian Milano membalas pesannya. From : Milano Arkine Milano : gue ada urusan jadi nggak masuk. "Milano nggak masuk karena ada urusan, Fal, Ken." ucap Dafa mengabari. Faldy mengetukkan jari ke dahinya "Urusan apaan ya? Tanya deh." sahut Faldy. Dafa mengangguk dan mengetikkan pesan kepada Milano. To : Milano Arkine Dafa : Emangnya urusan apaan? Kayaknya penting banget. Dan langsung dibalas oleh Milano. From : Milano Arkine Milano : Mau ngeganti oli motor biru gue. Dafa geleng-geleng melihat balasan Milano "Gila nih anak, nggak masuk cuma gara-gara mau ganti oli." Faldy hanya tertawa "Dasar, Motor kesayangan jadinya di special in." ucap Dafa dan Raken hanya ikut tertawa. To : Milano Arkine Dafa : Semoga proses penggantian olinya berlangsung dengan lancar ya. Semoga berhasil. From : Milano Arkine Milano : Thanks ya doa nya, semoga Biru nggak takut masuk ruangan operasi pengganti oli. "Gila." gumam Dafa sambil tertawa kecil. *** KALI ini Milano benar-benar bingung harus meminta bantuan siapa, jika ia meminta bantuan pada Dafa, Raken atau Faldy nanti rahasia tentang Kanya adalah adiknya terbongkar, dan Milano tidak ingin itu terjadi. "Gue minta tolong siapa ya? Duh bingung deh." tanya Milano pada dirinya sendiri. Karena Milano tidak memiliki jalan keluar akhirnya ia memutuskan untuk menjemput Kanya sendiri. Saat Milano sudah sampai di gerbang sekolah, ia menelpon Kanya. 'Halo.' 'Gue tunggu didepan sekolah sekarang. Penting.' 'Ada urusan apa emangnya ka?' tanya Kanya. 'Udah nggak usah basa-basi, cepet kesini.' Dan Milano mematikan handphonenya, terlihat Kanya sedang berjalan menuju ke arah mobilnya. Kanya langsung masuk ke sana "Ka Lano tumben telpon aku, ada apa ka?" tanya Kanya. "Udah nggak usah basa-basi, sekarang ikut gue ke kantor Ayah, Ayah mau ngomong sesuatu sama kita." ucap Milano. Mendengar penjelasan itu Kanya langsung membuka pintu mobil dan bersiap untuk keluar, tetapi Milano menahannya "Ikut gue sekarang!" paksa Milano. Kanya berusaha melepaskan tangan Milano yang menahan dirinya "Nggak mau! Aku nggak mau ke kantor Ayah! Disana pasti ada tante Reta! Aku nggak mau! Bilang sama Ayah aku nggak mau! Tolong lepasin aku! Jangan paksa aku!" lalu Kanya berhasil melepaskan tangan Milano dan langsung berlari menjauhi mobil Milano. Milano mengacak-acak rambut nya frustasi, ia tidak ingin jika harus kehilangan ATM nya "s**t! Bilang apa nanti ke Ayah!" ucap Milano kesal. Lalu Milano langsung mengendarai mobilnya menuju kantor Ayahnya dan pasrah jika ATM nya benar-benar di blokir, lagi pula mana mungkin Ayahnya tega memblokir ATM miliknya. Saat Kanya sudah berlari sangat jauh, Kanya melihat ke arah belakang dan bersyukur bahwa Milano tidak mengejarnya. Kanya mengatur nafasnya akibat berlari tadi "Ayah mau ngomong apa ya? Kayaknya penting banget sampe nyuruh gue sama ka Lano ke kantornya," tanya Kanya pada dirinya sendiri "Ah bodo amat lah, siapa suruh ketemuannya di kantor, disana kan ada tante Reta, males banget ketemu ama dia." sambung Kanya sambil memutar bola matanya tidak suka. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD