twenty eighth tale

1843 Words
"Enak ya jadi cowok, rambut acak-acakan malah jadi keren, coba kalau cewek rambutnya acak-acakan? bad hair banget." ucap Kanya begitu melihat rambut Raken yang masih rapih walaupun habis ujan-ujanan tadi, bahkan tanpa perlu dikeringkan menggunakan handuk, rambutnya masih rapih dan justru terlihat sangat bagus, sungguh membuat Kanya iri. Berbeda dengan Raken, rambut Kanya yang basah membuat rambutnya menjadi tipis, yang membuatnya lebih terlihat tirus. Padahal menurut Raken, meskipun basah sehingga membuat tipis tidak mengubah kecantikan Kanya sama sekali. Justru Kanya terlihat lebih segar setelah bermain hujan di malam hari. "Siapa bilang? Menurut aku kamu makin cantik kok acak-acakan gitu." jujur Raken karena baginya, perempuannya itu mau model rambut bagaimanapun akan tetap cantik. Jika hanya basah karena air hujan begini, justru makin terlihat cantik, sangat cantik bahkan. Mendegar itu entah kenapa membuat Kanya terdiam. Kenapa Kanya jadi salting gini? Kenapa jadi diem kayak patung gini? Karena Kanya terlalu lama melamun, ia tidak sadar bahwa sedari tadi Raken menghentikan mobilnya. Bahkan Kanya baru sadar Raken menghentikan mobilnya saat Raken kembali sambil membawa sekantung jajanan yang tidak asing bagi Kanya. iya, sekantung  jajanan kue cubit yang baru saja Raken beli dipinggir jalan itu. Melihat jajanan itu seketika ingin berhenti dan membelinya karena Kanya terlihat sangat menyukai itu. "Kue cubit, nih." ucap Raken membawakan kue cubit yang ia beli dipinggir jalan. "Wow enak tuh, kurang ya makan satu biji doang tadi?" ucap Kanya meledek sebab tadi siang entah karena gengsi atau apa, Raken tidak berani meminta lagi kue cubit yang ada digenggamannya. Atau mungkin karena Kanya terlalu lahap memakannya sehingga membuat Raken sungkan untuk meminta lagi sebab takut Kanya ingin memakan semuanya. "Yaiyalah kurang, Anya. Nyangkut ditenggorokan doang satu biji mah." ucap Raken sambil cemberut. Kanya tertawa melihat hal itu terjadi. "Suapin dong, aku kan lagi nyetir." ucap Raken memberikan seluruh kantung jajanan kue cubit itu pada Kanya. "Modus banget deh." kekeh Kanya melihat perilaku Raken saat ini, padahal jika berhenti sejenak untuk makan kue cubit juga tidak akan memakan waktu yang lama. Kanya sudah mengetahui dengan jelas kalau Raken hanya modus saja kepadanya. Raken tersenyum miring. "Masa modus sama pacar sendiri nggak boleh." goda Raken yang membuat pipinya memerah, Kanya menundukkan kepalanya menatap kue cubit agar Raken tidak menggoda nya lagi. Entah kenapa setiap Raken menegaskan bahwa Kanya adalah pacarnya, ia merasa begitu aneh. Karena ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi. "Aaaaaaaaa." Raken sudah membuka mulutnya lebar-lebar menunggu Kanya menyuapkan kue cubit padanya karena sedari tadi Kanya hanya diam menatap sekeliling jalanan dan sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kanya tersenyum miring. "Bentar." lalu menjejalkan satu buah kue cubit utuh kedalam mulut Raken. Padahal sudah hampir tengah malam, namun pikiran jahil milik Kanya tidak dapat menghentikan aksinya, entah kenapa dengan Raken rasanya ia ingin selalu bercanda dan menghabiskan tawa bersama dengan Raken. Sebab Raken adalah alasan terbesarnya untuk bisa merasakan kebahagiaan saat ini. Raken melebarkan matanya lalu mengunyah kue itu dengan susah payah, Kanya tertawa melihat wajah konyol Raken. "Jahat banget sih sama pacar." rajuk Raken sambil cemberut sebab kesulitan untuk menelan kue cubit utuh yang masih panas karena pada saat ia membeli kue itu, pedagangnya baru saja selesai memasaknya. Untung saja lidahnya tidak melepuh. Meskipun Kanya lebih sering bercanda, Raken merasa senang  sebab Kanya lebih banyak tertawa sekarang. Tidak ada lagi yang Raken inginkan selain Kanya bahagia, melihat Kanya yang sedari tadi sangat bahagia dan sering tertawa membuat Raken tidak bisa menghentikan niatnya untuk merangkul pundak Kanya dan mengacak-acak rambut basah Kanya. Raken berharap, Kanya bahagia tidak hanya untuk saat ini saja. Namun untuk waktu yang lama, dan kalau bisa diminta ia ingin Kanya bahagia untuk selama-lamanya. Bahkan walau nanti sudah bukan ia lagi yang menjadi alasan dari suara tawa renyah milik Kanya itu. Sepanjang perjalanan pulang, mereka saling membagi canda dan tawa. Saat mereka sudah sampai di apartment Kanya, Kanya menoleh pada sekeliling apartmentnya. Sepertinya hujannya serentak, di apartment Kanya juga sedang hujan sekarang walaupun tidak begitu deras seperti tadi, namun hujannya lumayan lebat namun tidak berangin. "Nya." panggil Raken sebelum Kanya keluar dari mobilnua. Kanya menoleh mendengar namanya dipanggil. "Kenapa?" "Makasih ya buat hari ini." Raken mengucapkan itu sambil mendekatkan dirinya pada tubuh Kanya lalu mencium kening Kanya, lumayan lama sampai Kanya menutup matanya. Mungkin itu adalah cara Raken menunjukan rasa sayangnya pada Kanya. Raken benar-benar berterimakasih kepada Kanya untuk aktivitas mereka hari ini, berkat itu mereka berdua dapat merasa senang dan tertawa lebih keras dari hari-hari biasanya. Tidak ada yang Kanya inginkan selain menghentikan waktu, Kanya ingin kebahagiaan tidak akan berakhir. Dulu, ia pikir ia tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Namun, ia salah. Hidup tidak selalu tentang kebahagiaan, hidup juga tidak selalu berujung pada kebahagiaan, kita hanya bisa berdoa agar kita bisa di pertemukan dengan orang yang bisa membuat kita merasakan kebahagiaan, dan Kanya beruntung telah di pertemukan dengan Raken. *** Setelah menghubungi Mamanya waktu itu, Valen segera untuk mengurus perpindahan sekolahnya agar bisa cepat pindah menuju sekolahnya Kanya dan belajar bersama dengan sahabatnya itu. Valen yang telah mengurus perpindahan sekolah nya, dan hari ini hari pertamanya sekolah di SMA Trakhina Wijaya, ia ingin berangkat bersama dengan Kanya. Sebab ia belum mengatahui jalan dan juga tata letak ruangan yang ada pada sekolah Kanya. Sekaligus ia ingin berangkat bersama dengan sahabatnya, semoga saja Kanya belum berangkat sekarang. Valen menelpon Kanya, butuh waktu dering yang lumayan lama hingga pada akhirnya Kanya menjawab panggilan dari dirinya. "Hallo Le kenapa?" Kanya terdengar sedang melakukan sesuatu. Sebetulnya ia sedang merapihkan buku-buku yang hendak ia bawa karena kemarin malam pulang terlalu larut hingga membuat dirinya lupa untuk merapihkan buku untuk ia bawa kesekolah esok hari. "Nya, kamu dimana?" "Di apart, ada apa?" "Bareng." "Bareng kemana? Aku mau sekolah Ale, aku nggak kemana-mana." "Ya iya Nya, bareng ke sekolah." Kanya terdiam sesaat lalu memekik. "Oh iya lupa! Ini kan hari pertama kamu pindah! Ya kan?! Maaf suer deh aku lupa Le." Gara-gara keasyikan menghabiskan hari bersama Raken kemarin membuat Kanya banyak melupakan hal-hal penting. Kanya menjadi tidak enak karena melupakan hari dimana Ale akan pindah kesekolahnya. "Iya Anya sayang, duh makin pikun ya sekarang." "Yaudah kita ketemuan di depan gerbang sekolah aja ya?" "Ketemuan di taman dekat lampu merah aja ya." Pinta Valen karena ia tidak ingin ia menunggu atau Kanya menunggu didepan gerbang. Takut jikalau satpam menyuruh untuk segera masuk dan tidak berlama-lama dipintu gerbang. "Oke deh, yaudah aku otw sekarang." "Oke bye Nya." "Bye Ale." Valen memutuskan sambungan, ia sangat bahagia sekarang. Ia bisa sekolah kembali dan tidak homeschooling, apalagi bersama dengan Kanya, semakin sering ketemu nantinya dengan Kanya. Ia juga bisa menghabiskan waktu bersama dengan Kanya. ia merasa senang. *** Begitu ia ingin berangkat sekolah, ponselnya berbunyi. Ada line dari Raken, Kanya langsung membuka line itu dan berdiri pada depan pintu. Raken : Aku nggak masuk hari ini, kamu berangkat sendiri gapapa kan? Aku ada acara keluarga mendadak. Baru saja ia akan memperkenalkan Raken pada Valen. Sebab sebelumnya ia belum pernah mengenalkan Valen pada pacarnya itu. Tapi yasudahlah masih ada esok hari, pikir Kanya. Kanya : Iya Ken, gapapa kok aku bisa naik taksi. Salam ya sama keluarga kamu. Send. Sebelumnya Kanya sudah lebih dulu memesan taksi, sehingga terlihat bahwa taksi sudah datang dan siap mengantarkan dirinya kemana saja. Karena tidak ingin supir taksi menunggu lama-lama, Kanya segera untuk Lalu Kanya naik taksi ke taman dekat lampu merah untuk berangkat bersama Valen. Ternyata Valen sudah ada disana, ia membawa mobil. Lalu Kanya turun dan membayar ongkos pada taksi tersebut. Valen melambaikan tangan pada Kanya, Kanya berlari kecil menghampiri Valen lalu mereka berdua menghamburkan pelukan. "Aaaaa Kangenn." ucap Valen yang berada di pelukan Kanya. Valen tidak menyangka akhirnya bisa satu sekolah dengan Kanya. "Aku jugaa! Akhirnya kita bisa sekolah bareng!" pekik Kanya senang dan mengedurkan pelukannya. "Yaudah ayo berangkat!" ajak Valen lalu mereka berangkat sekolah bersama. Valen sengaja mengajak Kanya berangkat bareng karena ia ingin mengobrol dulu dengan sahabatnya itu sebelum masuk ke sekolah. S "Tau nggak, Nya. Aku semalem sampai nggak bisa tidur karena terlalu semangat buat sekolah." kekeh Valen sebab semalaman ini ia tidak bisa tertidur sama sekali, dan terjaga sepanjang malam. Kanya tertawa. "Lebay deh, Le." "Ish serius Kanya. Pokonya ya nanti kamu kenalin aku sama cogan cogan ya!" ya beginilah Valen bukannya berpikir akan lebih fokus dan giat belajar malah memikirkan cowok ganteng yang ada disekolah, sungguh tidak patut untuk dicontoh. "Kamu mah pikirannya cogan melulu. Belajar dulu biar bener". ucap Kanya sambil geleng-geleng. "Nanti tunjukin aku ke arah ruang kepala sekolah ya, Nya." pinta Valen. "Nggak sekalian di temenin?" tanya Kanya. Valen cemberut "Nggak usah kali, aku bisa sendiri kok. Aku kan bukan anak kecil." Kanya terkekeh. "Iya Le, tapi aku takut kamu nyasar." "Kan nanti aku di anterin kekelas baru aku." ucap Valen "Oh iya, semoga kita satu kelas ya! Nanti aku request sekelas sama kamu." kata Valen "Kalau bisa." Lanjut Valen sebab menurutnya akan lebih asik jika bisa satu kelas dengan Kanya sehingga mereka bisa lebih sering bertemu dan bisa makan bekal bareng jika istirahat. "Semoga bisa Le, nanti aku kenalin sama dua sahabat aku di sekolah." "Kamu punya sahabat? Aku pikir kamu nggak punya temen sama sekali." ledek Valen. Kanya mencibir. "Yee, awas ya nanti nggak aku kenalin, biarin aja sendirian." sambil menjulurkan lidahnya. Valen langsung cemberut. "Ah jangan dong, nanti aku bosen kalau sendirian." "Iyaaa nanti aku kenalin kok." lalu Valen memekik senang sebab sebelumnya ia tidak memiliki teman lain selain Kanya. Ia merasa berpindah sekolah ke sekolah umum adalah keputusan yang baik sehingga membuat dirinya ingin segera bisa bersosialisasi dengan yang lain. *** Bel istirahat berbunyi membuat seluruh murid keluar untuk segera kekantin mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Namun, Kanya lebih dulu memeriksa ponselnya sebelum kekantin mencari makan. Valen : Yah, Nya. Kita beda kelas :( Line dari Valen yang sudah dikirim sejak tadi pagi, namun karena dikelas tidak boleh bermain ponsel membuat pesan tersebut baru bisa Kanya baca saat jam istirahat. Kanya : Kelas kamu dimana? Valen : 10 IPA C, kesini dong aku mau istirahat bareng kamu. Kanya : oke oke wait. Kanya segera berjalan ke kelas Valen, terlihat Valen disana, seperti sedang berkenalan dengan teman-teman barunya. Kanya melambaikan tangan lalu Valen langsung keluar dari kelas. "Ayo ke kantin, sahabat aku pengen kenalan sama kamu." ajak Kanya sebab tadi pagi Kanya sudah bercerita dengan teman-temannya dan katanya mereka ingin berkenalan dengan Valen. Valen mengangguk lalu mengikuti Kanya ke kantin. "Rin, Lun. Kenalin nih, Valencia Zrena. Anak baru." panggil Kanya lalu duduk bergabung dengan Luna dan Karina. "Hai Valen sini gabung." ajak Karina. Valen mengangguk lalu bergabung dengan mereka. "Panggilan kamu apa?" tanya Luna. "Aku Valencia Zrena biasa dipanggil Ale sama Kanya. Tapi kalian juga boleh panggil aku Valen, Len, atau Rena. Semuanya juga boleh." Karina tersenyum. "Kalau semuanya disangka lagi nge-absen lah." ucap Karina "Gue panggil lo Len aja ya? Eh maaf, gue kebiasaan ngomong gue-lo" lanjut Karina merasa tidak enak karena Valen memulainya dengan bahasa aku-kamu. Valen terkekeh. "Gapapa kok, mendingan pakai lo-gue aja biar nggak terlalu baku. Kalau gue sama Kanya emang lebih nyaman pakai aku-kamu, udah terbiasa." Sebab sejak awal mereka bertemu memang sudah menggunakan aku-kamu sebagai obrolan dan sampai sekarang mereka sudah terbiasa akan hal itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD