Yeon sangat ingin membalas keluarga Dong secepatnya. Namun dia sadar bahwa tubuh Sky belum sanggup dia gunakan untuk melawan keluarga Dong. Dia berencana untuk melatih fisiknya terlebih dulu agar bisa digunakan untuk bertarung.
"Tubuh anak ini terlalu kurus dan lemah. Aku harus melatihnya dengan berolah raga," pikir Sky sambil menatap telapak tangannya.
Demi memperoleh kembali tubuh idealnya, Yeon memulai olahraga sejak saat itu.
Malam yang cukup panjang, dia habiskan untuk push up dan scot Jump ribuan kali.
Setelah merasa cukup lelah, dia pun tertidur.
Dua minggu kemudian ...
Tok tok tok
Seorang pelayan mengetuk pintu kamar.
"Siapa itu?" tanya Yeon sambil menoleh ke arah pintu.
"I .. ini aku, tuan Sky," ucap Bibi Young.
"Masuklah," sambung Yeon dengan nada pelan.
"Kenapa tuan tidur dibawah lantai?"
"Apakah tuan Dong Min yang menyuruhmu?" tanya bibi Young dengan tampang terkejut.
"Lupakan itu. mungkin aku terjatuh saat sedang tertidur," jawab Yeon sambil menghela napas.
"Ngomong ngomong apa tujuan bibi kemari?" tanya Yeon sambil mengerutkan dahi.
"Mengantar sarapan tuan seperti biasa," ucap bibi Young sambil membawa masuk satu porsi makanan.
"Ah, begitu ya," sambung Yeon sambil tersenyum.
Yeon menyantap sarapannya dengan begitu lahap, karena memang rasanya begitu enak. Meskipun itu hanyalah sebuah makanan sisa, rasanya sangat luar biasa karena dimasak oleh seorang koki yang cukup handal.
"Sangat jarang melihatmu makan begitu lahap, tuan. Aku sangat senang melihatnya," bibi Young tersenyum haru.
"Hari ini waktu cuti sekolahku akan berakhir, aku sangat tak sabar membalas para ... , maksudku untuk pergi ke sekolah," jawab Yeon sambil menggaruk garuk kepalanya.
Kreattt
Yeon keluar dari kamar untuk pertama kalinya, selama ini dia mengurung diri untuk meningkatkan keterampilannya. Namun tak ada yang curiga ataupun waspada pada Sky sama sekali, karena Sky yang mereka tahu, memanglah seorang penyendiri yang benci berkumpul dengan mereka.
Tap tap tap.
Yeon berjalan menuruni tangga
"Akhirnya kau keluar juga, apakah tubuhmu sudah baik baik saja sekarang?" tanya Dong Min sambil meremas pundak Yeon dengan keras.
"Aku baik baik saja kok, ayah," Yeon melakukan hal yang sama seperti Dong Min. Tentunya tenaga yang dia keluarkan jauh lebih besar sehingga hampir membuatnya menangis.
Kretakk
"Ahhh, sialan dia benar benar sudah mulai berani denganku," pikir Dong Min sambil melepaskan pegangannya.
"Apakah rasanya sangat luar biasa, Ayah?" tanya Yeon dengan tersenyum.
"Ya , sangat sangat luar biasa sampai aku hampir menangis," ucap Dong Min sambil berdalih bahwa tangisannya adalah tangisan kebahagiaan atas pulihnya Sky.
"Kalau begitu, aku berangkat dulu. Tolong jaga ibu baik baik ya, ayah," Yeon meremas semakin kencang sebelum dia melepaskan pegangannya.
Kretakk
"Bangke, rasanya sakit sekali!" pikir Dong Min sambil menahan rasa sakit.
"I .. iya .. ," Dong min memegang pundaknya yang terasa sakit saat Yeon melepas pegangannya.
Ketika Yeon pergi meninggalkan kediaman Dong, Dong Min pun memanggil kembali para pembunuh bayaran.
"Habisi dia, kali ini lakukanlah dengan benar!" bisik Dong Min dengan tampang kesal.
"Baik tuan," para pembunuh bayaran menghilang dari pandangan Dong Min.
"Entah dari mana datangnya kekuatanmu itu, tapi aku pastikan kau akan menyesal karena telah berurusan denganku," ucap Dong Min dengan kesal.
yeon menghentikan langkahnya di tengah jalan karena merasakan hawa membunuh yang terus mengikutinya. Melihat buruan mereka menghentikan langkah di tempat sepi, para pembunuh bayaran pun memulai aksi mereka.
Woooshhh
"Matilah kau bocah!" teriak para pembunuh bayaran sambil mengayunkan pedang mereka.
Wooshh, Yeon menghindari tebasan para pembunuh bayaran.
Tap, Yeon merebut salah satu pedang dari pembunuh bayaran ketika sedang menghindari serangan.
Bukkk Sratt, Yeon memukul dan menebas para pembunuh bayaran satu persatu.
"I ... iblis, bocah ini adalah seorang iblis," para pembunuh yang melihat teman temannya mati melesat mundur secara bersamaan dengan tubuh yang gemetar ketakutan.
Yeon bisa saja pergi mengejar mereka semua, tapi itu tak dia lakukan karena dua hal. Pertama dia akan terlambat sekolah, dan kedua karena ingin memancing musuh yang lebih kuat.
Setelah berjalan kaki dalam waktu yang cukup lama saat, dia pun sampai di SMA Seung. Jarak dari rumah keluarga Dong menuju SMA Seung sangatlah dekat, jadi dia hanya perlu berjalan untuk sampai ke sana.
Murid murid terkejut melihat Sky kembali bersekolah, setelah dikabarkan telah meninggal. Ada yang kesal karena kalah taruhan, ada pula yang kesal karena kalah taruhan.
"Haha, sepertinya preman yang pamanmu sewa tidak cukup kuat untuk menghabisinya," ledek Kang Dae.
"Cih, diam kau!" bentak Jum dengan tampang kesal.
"Haruskah kita beri dia pelajaran sekarang?" tanya Joo sambil bangkit dari kursinya.
"Biar aku saja yang pergi, kalian tetap disini dan lihat saja pertunjukan yang akan kubuat," Jum bangkit dari kursinya, lalu melangkah mendekati Sky.
"Bisakah kau minggir?" ucap Yeon dengan tampang kesal.
"Apa kau bilang?" ledek Jum sambil berpura pura tak mendengar.
"Aku bilang, minggirlah sialan!" bentak Yeon sambil menatap tajam mata Jum.
"Apa aku tak salah lihat?"
"Sky baru saja membentak Jum."
"Dia pasti sudah gila karena kepalanya terbentur sesuatu," bisik Joo sambil tersenyum.
Meski tahu bahwa Sky akan dibuly lagi, para siswa hanya terdiam kaku karena takut akan kekuatan Jum.
Mendengar Sky berkata kasar padanya, Jum pun langsung memasang tampang kesal.
"Dari mana datangnya keberanianmu itu ha?" Jum meraih pakaian Yeon.
Yeon menangkis tangan Jum hingga terlepas dari pakaiannya, lalu memukulnya sekeras tenaga tepat di perut.
Duakkk
Saat Jum menggungkuk kesakitan sambil memegang perutnya, Yeon mendorong punggungnya dengan siku sehingga membuat Jum terjatuh menghantam lantai.
Brukkk
Ketika dalam keadaan tengkurap, Yeon menempatkan kakinya ke atas punggung Jum sambil berkata, "Sudah kubilang minggirlah dasar bocah!"
Yeon mengangkat kembali kakinya dari atas punggung Jum, lalu menendang pinggangnya hingga terlempar menghantam tembok.
Duakkk
Brukk
Prakkk
Jam dinding yang menggantung di atas tembok terjatuh menghantam kepala Jum.
Melihat Jum mengeluarkan begitu banyak darah, semua gadis pun berteriak, "Kya, pembunuh!"
Sementara gadis gadis menjerit, para siswa yang pernah membully Sky langsung gemetar ketakutan. Mereka terdiam kaku dengan oenuh rasa takut akan pembalasan Yeon.
Tap tap tap tap
Yeon mengabaikan ekspresi semua orang dengan berjalan santai menuju tempat duduknya.
"Kupikir dia pentolan kelas ini, ternyata hanya pecundang lemah yang kebanyakan gaya. Cih," pikir Yeon sambil berjalan menuju tempat duduknya.
"Serangan yang luar biasa teman," ucap Kwan sambil melirik Yeon yang melewati tempat duduknya.
Yeon mengabaikan Kwan karena berpikir bahwa tak ada gunanya mengajak dia mengobrol.
"Menarik sekali, benar benar sosok yang sangat kuat. Kupikir tempat ini hanya berisi seorang pecundang saja," gumam Kwan sambil menatap punggung Yeon.
Mendengar teriakan para siswi kelasnya, pak guru In Su melesat cepat menuju kelas tersebut dengan kecepatan tinggi.
"Hari ini adalah hari pertama Sky masuk sekolah setelah cuti dua minggu.
" Dia sering kali masuk rumah sakit karena menjadi korban bully, apakah kali ini dia dikerjai lagi?" pikir In Su sambil berlati sekencang mungkin.
Saat tiba di dalam ruang kelas 1 F , In Lu dikejutkan oleh pemandangan tak biasa. Dimana Jum sang pentolan kelas benar benar babak belur dan terluka parah. Dan saat menanyakan apa yang terjadi kepada semua orang, para siswa melirik ke arah Sky dengan kompak.
"Berhenti bercanda, kenapa kalian malah melemparkan kesalahan seseorang kepada Sky?" tanya In Lu dengan tampang kesal.
"Guru, mereka tidak berbohong loh. Memang akulah yang telah menghajarnya," jawab Yeon dengan santai.
"Tuh, benarkan. Sky tak mungkin me ... eh ... ," In Lu terdiam kaku setelah mendengar pengakuan Sky.