bc

dr. Heart: Menikahi Pewaris Taipan

book_age18+
8.5K
FOLLOW
103.4K
READ
HE
badboy
confident
doctor
drama
bxg
office/work place
secrets
assistant
like
intro-logo
Blurb

Spin-Off MENIKAH DENGAN BOS MANTAN TUNANGANKU

Buku ke-3 dari seri POLI CINTA

.

Lian itu anak ketiga Liang Raiden, seorang taipan negeri ini. Kalau Ayah, Ibu dan Abangnya hobi nyetak uang, Lian mah bagian ngabisin aja, meski ga bakalan habis juga tujuh turunan.

Lian itu dikenal jomblo sejak lahir. Padahal dia tuh cantik. modis, dan MAHAL! Ya, mungkin gara-gara spesifikasi yang terakhir banyak cowok yang mundur sebelum berperang.

Sekalinya dapet cowok modelan Savian, yang cuma hobi ngoleksi kartu member platinum untuk dipamerin ke deretan selingkuhannya.

Lalu ... apakah nasibnya Lian bakalan begitu terus? Lantas, kalau satu saat dia naksir seorang dokter yang ternyata B aja sama dia gimana? Bisa ga ya Lian ngeluluhin hatinya si dr. HEART ini? Dan apakah benar si dokter ga punya perasaan apa-apa?

.

Pict: dari berbagai sumber.

Cover made by: PicsArt and Canva.

Foto hanya sebagai ilustrasi.

Start: March 2023

chap-preview
Free preview
BAB 1: THE GIRL
“Saya khawatir Nona kenapa-napa.” “Seorang putri kerajaan Raiden tidak akan pernah kenapa-napa. Bukannya itu yang selalu mereka katakan di belakang saya?” “Nona Lian?” Lian tak lagi mendengarkan ucapan Efendi, supir pribadinya. Ia turun dari sedan mewah yang membawanya ke sebuah klub di bilangan Jakarta Selatan. Ada satu misi yang harus dituntaskannya malam ini. “Wow! Anjriiit, man! Itu Berliana Raiden bukan?” “Wah, iya tuh.” “Man … look at her … Anjayyy! Sadeees! A serial killer in a beautiful wedding dress. Mau ngapain coba dia? Taruhan?” “Siapa takut!” Berliana Seira Raiden, biasa disapa Lian, anak ketiga dari Liang Raiden, salah satu taipan negeri ini. Ia sangat berharap adalah benar bahwa dirinya seorang serial killer, karena misinya datang ke tempat itu adalah untuk membunuh! Membunuh cintanya. Lian tengah menunaikan tugasnya sebagai salah satu model di sebuah perhelatan peragaan busana saat mendapatkan kabar yang tak mengenakkan hati. Fashion show itu diadakan seorang kerabatnya yang juga merupakan designer baju pengantin dimana karya-karyanya tengah sangat diminati beberapa tahun belakangan. Sialnya, saat Lian hendak melepas gaun yang dikenakannya, mungkin karena terburu-buru, resletingnya justru tersangkut dan membuatnya kesulitan menanggalkan baju itu. Tak bisa membuang waktu lagi, Lian pergi begitu saja dan tak mengindahkan panggilan Geya, sang desainer, sama sekali. Termasuk beberapa panggilan ke ponselnya yang hanya Lian jawab dengan satu kalimat di pesan singkat. Lian: Maaf Kak, Lian ada urusan mendadak. Dan beginilah keadaannya sekarang … mengenakan gaun pengantin cantik berbahan satin dan brukat, di sebuah klub malam, di tengah hingar bingar musik, di antara tatapan dan cibiran sinis pengunjung lain. Luar biasa! Lian menyapukan pandangannya ke segala sisi, mencari orang yang telah merusak mood dan kesempatanya menjadi model utama pagelaran sebuah bridal yang tengah naik daun. Kurang ajar sekali memang! ‘Nah, itu dia!’ Pria itu berpenampilan mencolok. Mengenakan setelan mahal bermotif kotak-kotak hitam dan putih yang saat ini lebih terlihat seperti taplak meja bagi Lian. Wajahnya tampan luar biasa, khas model-model pria di halaman editorial majalah fashion. Tubuhnya pun tinggi, 180 cm, juga atletis. Belum lagi senyum malaikat mautnya, bibir terangkat sebelah, namun tetap memikat. Yang sayangnya, kali ini di mata Lian justru seperti pasien stroke! Pria itu tertawa renyah, lalu menyesap blueberry martini yang merupakan salah satu minuman premium bagi penikmat vodka. Ya, pria itu seleranya memang high class. Setelah gelasnya ia letakkan, pria itu menaikkan kembali sudut bibirnya. Lian paham betul jika senyuman itu adalah bagian terbaik, dan hanya sang pria tebarkan untuk merayu. Siapa yang dirayu? Tentu saja seorang gadis bergaun seksi yang duduk di sampingnya. ‘Masih bisa senyum, hah?’ Lian merangksek maju, berhenti selangkah di balik punggung sang pria, bersedekap. “Kupikir kamu ada meeting sama agency, Babe?” Savian, nama pria itu. Ia sontak menoleh, raut wajahnya berubah, membelalak. Apakah karena kecantikan Lian yang amat sangat luar biasa ditambah gaun pengantin masterpiece yang dikenakannya? Tentu saja bukan. Namun lebih ke … ‘s**t! I'm caught!’ “Lian … kok kamu di sini?” Pertanyaan basa-basi yang tak perlu. Di saat yang sama, tangan Savian yang sebelumnya mengelus-elus pinggang dan sisi samping tubuh wanita di sampingnya sontak ia pindahkan ke kepalanya sendiri, menyugar surai, salah tingkah. Ia pun merubah posisi duduknya, kini menghadap Lian. “Ga ada larangan di pintu kalau Berliana Seira Raiden ga boleh masuk ke sini,” jawab Lian, ketus. “Bukannya … malam ini kamu ada acara, Honey?” ‘Honey? Cih!’ “Dia siapa, Sayang?” tanya wanita yang duduk disamping Savian. ‘Sayang? Wow! Bravo!’ Sungguh jelas jika Savian berusaha mengendalikan ekspresinya. Ia harus terlihat santai dan tak terintimidasi. Apalagi dengan tatapan dari puluhan mata yang benar-benar tertuju ke mereka bertiga. Bisa-bisa karirnya luluh lantah nanti. ‘s**t, Lian! What the hell are you doing?’ “Kamu ga mau bilang aku siapa?” desak Lian. “Lian … aku baru kenal dia, Sayang.” “Hah?” Kini sang wanita yang terperangah. “Baru kenal kamu bilang?” Lian terkekeh sinis sementara Savian terbatuk. “Jadi, dia siapa, Savi?” tanya wanita itu. Rautnya antara bingung dan geram. Savian tak berani menjawab. “Savi!” “Diam kamu Santi!” Lian menggelengkan kepala, mengapa juga ia harus menyaksikan perseteruan tak penting itu. Kesabaran Lian nyaris di ambang batas. Sepertinya jika terlalu lama di sini ia bisa menjadi serial killer dalam kenyataan. Mencekik Savian, lalu menancapkan high heel-nya di kepala Santi. Skenario yang luar biasa sempurna. Lian mengulurkan tangannya, telapak menengadah ke atas, jari telunjuknya bergerak-gerak sebagai isyarat meminta sesuatu. “You make me sick! Balikin!” ketus Lian. “Lian … jangan gitu, Babe.” “Lo yang nyari gara-gara! Mana? Balikin gue bilang!” Kata ganti orang pun berubah menjadi informal, tanda jika Lian sudah mengosongkan stok kesabarannya. “Aku bisa jelasin, Babe. Aku dan Santi baru ketemu di sini. Kita cuma ngobrol. Ga lebih!” “s**t! Lo mau balikin sekarang selagi gue minta baik-baik, atau ….” Savian mengambil dompet dari saku celananya. Wajahnya yang tampan kini nampak pias. Dengan ragu ia membuka lipatan dompet itu perlahan. Tak sabar, Lian merebutnya kasar. “Lian!” “Shut up, Savi!” Satu kartu kredit platinum, kartu membership sebuah pusat kebugaran tempat Savi mencetak roti sobek di perutnya, kartu membership beberapa klub malam mewah seperti yang ia datangi malam ini, kartu member sebuah bengkel dan salon mobil yang sangat Lian kenali pemiliknya, juga beberapa kartu member dan voucher belanja dari butik-butik busana pria yang jelas branded dan high quality. Wah, bahkan kartu member Lian tak sebanyak koleksi pria itu. ‘Dasar b******n!’ Tanpa rasa kasihan, Lian meraup semua kartu itu. Menyisakan KTP, debit card berwarna biru muda yang mungkin isinya tak seberapa, SIM, dan kartu NPWP. “Babe! Are you kidding me?” Savian nyaris memekik saat Lian melempar dompet kosong Savian ke wajah tampannya, lalu memasukkan kartu-kartu tadi ke dalam pouch-nya. “Emang lo pikir siapa yang ngasih lo kartu-kartu ini? BoNyok lo? No! That’s me! Bahkan nama di credit card adalah nama gue anjeeeng!” “LIAN!” Lian mendengkus keras. Marah. “Babe, I’m sorry. Let’s talk, ok?” pinta Savian. Lian justru terkekeh sinis. “Yeah! Talk to my hand!” sinisnya. “Aku ga ada apa-apa sama cewek ini, Lian! Berapa kali aku harus ….” Lian mengangkat ponselnya dengan sebuah video yang tengah berputar. Wajah perempuan itu jelas adalah Santi. Dan tau apa yang mereka lakukan? They did bercinta sambil berdiri di sebuah kamar mandi hotel. Bukan di kamar, tapi kamar mandi hotel yang biasanya terletak tak jauh dari lobi. Dasar setan! Bahkan begituan tak lihat tempat. Savian makin pias. Jakunnya bergerak naik turun, menelan salivanya sendiri. Matanya membelalak, napasnya Senin Kamis. “Masih mau nyangkal?” “Kamu stalking aku?” “Waaah!” ujar Lian seraya bertepuk tangan. “Now I’m the villain?” “Lian ….” “Apa? Mau bilang kalau lo khilaf?” Savian menghempaskan napas, putus asa. “Let’s break up, Savian! You and I … end!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook