Make-up

1646 Words
**Yunki POV** . . . Aku terbangun entah pukul berapa ini. Hari ini kami dan besok kami akan beristirahat setelah kegiatan comeback BTL. Segera aku ambil ponsel di nakas yang berada di samping tempat tidur. Menatap jam yang menunjukan pukul 10 pagi. Hari ini akan akan aku habiskan bersama Reya dengan mengobrol melalui chat atau sambungan telepon. Aku dan Reya berkenalan lebih dari setahun yang Lalu. Aku menyatakan perasaan beberapa bulan lalu. Sejujurnya,tak menyangka akan jatuh cinta pada seseorang yang sama sekali belum no pernah kutemui. Apa cinta memang seaneh ini? Aku memasang alarm pukul satu siang. Biasanya, ia sudah kembali. Kekasihku itu seorang guru di Indonesia. Ia bisa berbahasa Korea walaupun awalnya banyak kesalahan dalam penulisan Hangul, tapi kini ia semakin mahir. Tentu, karena aku adalah gurunya. Kreekkk! Pintu terbuka aku melihat Namjun yang berjalan masuk. "Kau sudah bangun *hyung?" (Kakak (jika yang lebih muda laki-laki)) "Hmm, ada apa?" "Kau tak sarapan? SeoJin Hyung memasak nasi goreng dan beberapa masakan pagi ini." Apa aku harus sarapan? Entahlah, tapi sesekali bangun lebih pagi aku rasa tak masalah. Aku berdiri kemudian berjalan keluar kamar. Tak ada yang tau jika aku memiliki kekasih dunia Maya. Aku diam karena belum yakin untuk menceritakan pada yang lain. Walaupun, aku tau jika mereka merasakan perbedaan padaku. Di luar aku melihat Jimmy dan Jeongu yang sedang berlatih. Mereka sepertinya sangat menyukai tarian kami kali ini. Aku berjalan ke meja makan, dan sarapan menjelang makan siang. Seojin Hyung telah memasak banyak untuk kami. Nasi goreng kimchi, sosis goreng, dan sup tofu. Tak lama setelah makan dan mencuci piring aku ke ruang tengah. Di sana yang lain masih sibuk berlarian. Aku memperhatikan Hobbie yang sibuk menatap dirinya di cermin sambil menari. Saat persiapan comeback ia sakit, sementara selama seminggu kami berlatih dan kesulitan dengan beberapa gerakan. Namun, Hobbie dengan mudah mempelajari, hanya dengan melihat Jimmy mencontohkan gerakan sebanyak dua kali. Hobbie memang ahlinya dan aku tak meragukan kemampuannya. "Aku akan tidur lagi," ucapku sambil lalu berjalan kembali menuju kamar. Sampai di kamar aku merebahkan tubuh. Menatap layar ponsel, ada satu pesan. ------- Reya: Kau libur hari ini? Apa sudah bangun? Kau sudah sarapan? You: iya, aku sudah bangun dan sarapan. Kau tak bekerja? Reya: Aku masih bekerja, tapi aku merindukanmu. ⊙.☉ _______ Aish, gadis ini menyebalkan sekali. Ia selalu tak serius jika mengatakan rindukan. Apa semua gadis seperti itu? Tsundere? ____ You: Rindumu palsu Reya: Apa kau merasa seperti itu? You: Apa wajah orang yang sedang rindu akan seperti ini => ⊙.☉ Reya: Aku seperti itu jika merindukanmu. ⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌ You: I love you(๑˙❥˙๑) Reya: I love you more(*˘︶˘*).。*♡ *Saranghae Lim Yunki ... (aku mencintaimu) You : Aish menyebalkan. Reya: Aku akan melanjutkan pekerjaan. Aku akan menghubungimu nanti. Jangan lupa makan. Istirahatlah, jangan terlalu lelah. You: Baik, segera hubungi aku jika kau telah selesai bekerja. Aku baru saja selesai makan, dan akan beristirahat seharian. ________ Aku kadang merasa jika memiliki kekasih seperti ini adalah cara yang paling aman. Jujur, semakin lama aku merasa semakin kesepian. Merasa tak punya kebebasan untuk berteman, tak bisa dengan mudah keluar dan berjalan-jalan dengan teman atau sahabatku. Saat ini dengan adanya Reya yang selalu memperhatikanku, sebagai Lim Yunki, aku merasa tak terlalu kesepian. Aku tak tau apa salah jika kadang aku merasa banyak orang bertopeng disekitar ku. Kebanyakan dari mereka menganggap aku sebagai idol, seorang member BTL. Sejujurnya, aku ingin dianggap sebagai diriku. Aku ingin berteman tanpa perlu menahan diri dalam bersikap. Rasanya itu lebih baik. Walaupun, aku sadar punya keenam orang yang akan selalu tulus padaku. Tetap saja, perhatian dari orang spesial itu penting bagiku. Hariku tak pernah membosankan, setiap hari Reya selalu menghubungi. Mengirimkan banyak pesan penuh perhatian, juga pesan manis. Itu cukup membuatku merasa jika ada seorang yang benar-benar tulus. Hmm ... Gadis itu ... aku ingin menemuinya. Ia tak terlalu cantik, jujur kuakui. Wajahnya terkesan tak ramah, itu adalah kesan pertama saat melihat foto juga video yang ia kirim. Namun, jika kalian mengenalnya itu akan menjadi berbeda. Ia sangat perhatian, manis, juga aneh. Entahlah, kadang aku merasa jika aku jatuh cinta karena dia aneh? Membicarakan Reya tak akan ada habisnya. Ia memang berusia tiga tahun lebih tua dariku, tapi—sikapnya sama sekali tak menunjukkan itu. Sungguh ... Ia masih seperti gadis yang labil, moodnya buruk. Mungkin karena ia sempat mengalami depresi beberapa tahun lalu. Hal yang sama yang pernah aku alami. Reya ... Aku ingin menemuimu .... . . . **Yunki POV end**  **Reya POV** . . . Siang ini aku ada rencana untuk hadir ke acara pernikahan temanku saat SMU. Sejak pagi aku berkutat dengan beberapa pekerja rumah, setelah selesai aku segera mandi dan bergegas ke kamar. Masih pukul sepuluh, tapi—aku sudah akan memulai merias wajahku. Membuka semua peralatan makeup milikku ke tempat tidur. Entahlah, aku rasa aku lebih suka jika semua terlihat berantakan. Hahaha, kebiasaan aneh dan tak patut ditiru memang. Aku mengambil ponselku melihat satu pesan masuk. Dari kekasihku Lim Yunki. ________ Yunki: Apa yang sedang kau lakukan? Aku: Aku sedang membersihkan wajah dengan toner. Hari ini aku akan pergi ke pernikahan temanku dan aku akan berdandan cantik. Yunki: Kau pergi sendiri? Aku: Tidak, aku akan pergi bersama temanku. Kau sudah bangun? Apa sudah sarapan? Yunki: Pria? Aku: Aku bertanya apa kau sudah sarapan? Yunki: Kau akan pergi dengan teman pria atau wanita? Aku: Kau sudah sarapan atau belum? Sarapan dan jangan terlambat. Yunki : Hmmm, ______ Aku tau dia kesal, dan aku memang sengaja membuatnya cemburu. Sebenarnya, senang mengetahuinya kesal karena cemburu. Namun, aku tak bisa membiarkan seseorang marah kepadaku terlalu lama. Aku mengambil earphone dan menghubungi si pencemburu itu. Cukup lama Sampai akhirnya ia menerima panggilan. "Hmm?" Benar ia kesal suaranya terdengar tak bersahabat. "Kau marah?" Tanyaku, yang sebenarnya sudah tau jelas jika ia marah. "Aku bertanya dan kau mengalihkan. Apa itu baik?" "Maaf, aku juga bertanya dan kau tak menjawab?" "Jadi ini waktunya saling membalas sapaan menyalahkan?" "Aku akan pergi bersama teman wanita. Kau tau, dulu aku bersekolah di sekolah kejuruan. Jadi, saat itu, tak terlalu banyak murid pria." "Kenapa kau mengalihkan pertanyaan ku jika kau pergi bersama teman wanita?" Aku tersenyum, sejujurnya dia imut sekali saat ini. Walaupun aku tak bisa membayangkan wajah Yunki. Hanya saja aku merasa saat ini dia pasti se-imut itu. "Aku ingin—kau cemburu." "Aish menyebalkan." "Hahahhahaha." "Itu menyenangkan?" tanyanya, nada suaranya sudah sedikit berubah. Ia sepertinya tak lagi marah. "Baiklah," jawabku sambil mulai memakai concealer, corrector hijau setelah selesai memakai primer. Aku sedang datang bulan dan ada bercak merah karena jerawat yang muncul tiap kali datang bulan. "Kau sudah makan?" Tanyaku lagi. "Hmm, tadi aku memasak nasi goreng kimchi dan makan bersama yang lain." "Benarkah? Kau bangun pagi? Padahal ini masih hari istirahatmu." "Aish, menyebalkan." Ia berdecak kesal lagi saat aku meledeknya. Aku terkekeh, kemudian fokus dengan foundation yang kini kupakai. Sambil sesekali bersenandung. "Aku sedang memakai makeup. Apa kau ingin aku mematikan panggilan?" "Jangan, aku ingin bersamamu." Senang dan berdebar mendengar jawaban seperti itu darinya. Aneh memang, terutama mungkin untuk orang yang tak pernah mengalaminya. Apalagi, aku tak tau pasti bagaimana wajah Yunki. Dia pernah mengirim fotonya hanya saja masih mengenakan masker wajah. Dan hanya memperlihatkan kedua matanya. Aku rasa ia cukup tampan. Tatapannya bagaikan bulan sabit manis dan hangat. "Aish," gerutuku kesal karena membuat alis adalah hal yang paling menyebalkan untukku. "Ada apa?" "Aku membuat alis dan ini menyebalkan," Jawabku. Aku mendengarnya terkekeh. "Cukup tempelkan perekat berwarna hitam chagiya*." (sayang) "Aigooo*, aku benar-benar memiliki kekasih yang jenius. Kemudian semua orang akan memanggilku Sinchan." Sungguh ia menyebalkan sekali. (ya ampun) Ia tertawa lepas dan aku senang mendengarnya tertawa. Ya, walaupun aku yang harus jadi sasaran bully untuknya. "Aku merasa lelah, dan ingin berpergian sendiri. Kadang aku merasa jika dunia perlahan menjauh dan aku sendirian." "Kita akan pergi kebanyakan tempat jika kau kemari nanti. Jangan merasa seperti itu. Kau tau kan jika aku akan selalu ada untukmu?" "Hmm, baik ... Walaupun kau menyebalkan." "Iya, aku menyebalkan tapi kau menyukaiku 'kan?" "Hmmm, aku mengantuk." Ia mengelak dengan cara yang tak elegan. "Oke, baiklah tidur sana. Sementara aku akan membuat pria lain sebal," ucapku dengan nada yang akan membuatnya kesal. "Yak! Menyebalkan sekali." "Weewkkkk." Aku kembali melanjutkan kegiatan sementara panggilan masih tersambung. Kadang aku mendengarnya mengobrol lalu sepertinya ia kembali masuk ke kamar. Kami saling terdiam dan melakukan kegiatan masing-masing. Tapi, sesekali saling menyapa. Aku cukup lama jika berdandan. Biasanya hampir satu jam. Yang membuat lama bukan proses makeup hanya saja. Aku memberikan jeda yang lama untuk setiap step-nya. Setelah selesai memakai eyeshadow sisi kanan, aku bisa sibuk dan asik bersenandung kecil selama beberapa menit kemudian kembali memakai untuk sisi kiri. "Lama sekali?" "Tinggal memakai lipstik." "Kirimkan aku fotomu hasil makeup selama 52 menit." "Baik, tunggu aku akan letakan ponsel dan berpakaian. Aku akan mengirim setelahnya. Mau dimatikan?" "Tidak, Biarkan seperti ini." Aku bergegas berganti pakaian. Menatap ponsel, rasanya malu padahal Yunki juga tak bisa melihatnya. Bodohnya aku! Setelah berganti pakaian aku kembali duduk dan memasang earphone. Aku membuat video 5 detik untuk aku kirimkan padanya hasil setelah makeup. "Yunki-yaa?" Dia diam tak menjawab. Mungkin ia tidur? "Kau tidur?" tanyaku pelan. "Aku hampir tertidur karena menunggumu." "Maaf," ucapku. "Aku kirimkan video setelah aku make-up. Aku tak terlalu pintar make up." "Yak!" teriak Yunki cukup mengagetkanku. "Kenapa?!" "Kenapa make-up mu tebal sekali?" "Tidak, ini sama sekali tak tebal." "Aish, kau! Jangan banyak tersenyum!" "Kau cemburu lagi?" "Yaa, aku cemburu. Apa kau tak bisa tak datang ke acara itu?" "Tidak! Aku sudah selesai makeup dan siap." Rengekku. "Hmm, menyebalkan, jangan terlalu sering bermake-up. Aku tak suka kau terlalu cantik di hadapan orang lain." "Kenapa, bukankah itu bagus?" Ia tak menjawab hanya sibuk berdecak kesal. "*Saranghae." (Aku mencintaimu) "*Nado...," sahutnya cepat masih terdengar kesal sebenarnya. (Aku juga) "Aku akan berangkat, aku matikan panggilan. Dan aku akan menghubungimu jika sudah kembali." "Hmm, aku akan menunggu. Hati-hati," "Iya baik..." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD