Ziyad membiarkan Aira tidur. Ia hanya memandangi perempuan itu, membelai rambut dan pipinya. Untuk gadis ini, Airani Dewi, ia tak dapat mendefinisikan mengapa ia begitu menginginkan perempuan ini dalam segala kondisi, mungkin ini yang namanya cinta, hasrat, bukankah cinta memang teramat sukar untuk didefinisikan. Ia mau berbuat apa saja untuk gadis yang sudah diperawaninya ini. Pagi hari setelah menunaikan sholat subuh bersama, Ziyad menariknya kembali ke tempat tidur. Perempuan itu berada dalam kungkungan di atas tempat tidur. Tapi, Aira berkata, “Aku harus kembali ke kamarku, aku tidak ingin ada orang yang melihatku berpindah kamar jika aku siang baru pindah.” “Kalau begitu tidak usah keluar kamar, dan tidak usah kembali ke kamar ibumu hingga besok, Ibu akan mengerti.” kata pria itu s

