Kasus Terpelik

527 Words
Sabtu, pukul 11.00 Dani berkali-kali menguap di sofa putihnya. Sesekali dia mengarahkan pandangannya keluar tirai jendela kaca yang terbentang megah di sampingnya. Panorama perumahan penduduk Kampung Baru Tengah tersaji sejauh mata memandang. Matahari sudah mulai tinggi karena hari hampir menyentuh siang. Namun di dalam apartemennya sama sekali tidak terasa panas, sebab selain pendingin udara menyala, juga karena letak kamarnya yang berada di lantai 15. Dia sangat menikmati waktu liburnya di Apartemen Pertamina yang baru saja rampung di bangun ini. Dani cukup bangga bisa menjadi bagian dari penghuni apartemen ini. Bisa jadi karena Apartemen Pertamina adalah aset berharga yang dimiliki kawasan Kampung Baru Tengah. Meskipun sebenarnya proyek gedung dua puluh tingkat ini belum selesai menyeluruh, bangunan yang direncanakan akan menghabiskan dana sekitar 497 miliar ini sudah cukup memesona. Rencananya akan dibangun empat tower yang di setiap towernya masing-masing berisi 300 unit. Dalam keadaannya yang sedang asyik bermalas-malasan, mendadak smartphone-nya berdering. Dani komat-kamit mengajukan kalimat yang mengandung makna tidak ingin diganggu. "Mau apa lagi, sih, polisi penuh masalah ini," ungkapnya kesal. "Tidak bisa melihat orang santai, ya. Kemarin masalah pemerkosaan. Kemarinnya lagi masalah minuman keras. Kemarinnya lagi masalah nenek-nenek maling ayam. Masalah sepele begitu seharusnya tak perlu memerlukan bantuanku. Itu bukan kelasku." Dengan rasa malas berpangkat tiga, Dani terpaksa mengangkat telepon itu. "Ya, halo, Pak Heri, ada pemerkosaan dimana lagi?" "Berhentilah bersikap seperti itu, Detektif Dani yang terhormat!" Heri menyahut dengan menyindirnya. "Aku tahu masalah-masalah kriminal di Kampung Baru terakhir-terakhir ini membuatmu tak bersemangat untuk menyelesaikannya." Nah, itu paham! Dani membatin. "Lalu kamu mengganggu waktu bermalas-malasanku siang ini untuk apa? Nenek-nenek maling jambu tetangga? Atau kakek-kakek yang menyodomi cucunya sendiri?" Anggota kepolisian Sektor Barat itu tertawa kecil. "Kelihatannya kepiawaianmu dalam menjadi detektif tak lantas membuatmu rendah hati terhadap masalah-masalah kriminal yang sepel, ya! Asal kau tahu, ya, masalah-masalah yang kau anggap sepele itu sangat berat bagi orang-orang yang menimpanya." Dani tertawa. "Siapa suruh melakukan tindak kriminal. Itu salah mereka sendiri, pak polisi." "Ah, sudahlah! Sebaiknya kau dengarkan ini. Jika kau menginginkan masalah dengan tingkat kesulitan yang tinggi maka inilah saatnya. Kemarin pagi telah ditemukan mayat dengan kondisi d**a berlubang dan kehilangan jantung. Sementara itu, pihak rumah sakit umum yang mengotopsinya mengatakan, pada mayat ini sama sekali tidak terdapat tanda-tanda kekerasan dan sidik jari pelaku." Dani langsung menegakkan badannya. Matanya mendelik. "Diracuni mungkin." "Kata dokter juga tidak ada sebab sama sekali, tidak terdeteksi adanya racun atau bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh si mayat." Diam adalah satu-satunya cara untuk berpikir sekarang. Bagaimana mungkin seseorang bisa dibunuh tanpa adanya bekas-bekas penganiayaan atau racun yang masuk ke dalam tubuh? Ironisnya, pelaku juga sama sekali tidak meninggalkan sidik jari. Pembunuh macam apa ini? "Bagaimana, pak detektif?" polisi itu segera melindapkan lamunan berpikir Dani. "Apakah kau sudah mendapatkan jawabannya di sana?" "Mustahil." "Apanya yang mustahil? Ini adalah jawaban dari doamu yang menginginkan kasus kriminal pelik. Rasakan kau!" Dalam sekejap pikiran Dani langsung kusut. Dipikirkan berapa kali pun menurutnya kasus ini tetap tidak masuk akal. Bahkan bisa dibilang ini adalah kasus terpelik yang pernah dia tangani. "Jangan kebanyakan berpikir, Detektif! Sebaiknya langsung saja ke sini. Kita akan ke rumah sakit bersama untuk melihat mayatnya." Tanpa pikir panjang Dani menyahut. "Baiklah aku segera ke sana!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD