4. Salah menilai

1625 Words
Orang mungkin berpikir bahwa menjadi Abel itu menyenangkan. Dia selalu diajak jika ada rapat di luar dan tentu saja Abel dapat mencicipi makanan dari para koki mahal. Dia bahkan bisa pergi ke luar negeri karena menjadi sekretaris Luna. Dia bahkan dapat menggunakan barang-barang bermerek yang entah dibelikan Luna ataupun dihibahkan padanya. Tapi yang mereka tidak tahu adalah begitu sulit untuk mengikuti jadwal Luna. Abel sendiri heran karena dia yang membuat jadwal itu tapi dia sendiri sering merasa tidak mampu untuk menjalaninya. Luna yang disiplin dan perfeksionis itu menjadi tantangan tersendiri untuk Abel. Tidak jarang dia harus berada di kantor sampai larut malam dan datang pagi-pagi sekali. Semuanya Abel lakukan untuk dirinya sendiri. Sebatang kara sejak kecil membuat Abel menjadi mandiri bahkan sebelum dia dewasa. Dari dulu yang waktu Abel dihabiskan dengan belajar dan bekerja membuatnya kekurangan waktu untuk bergaul. Menyedihkan. Abel kembali melirik jam tangannya sudah pukul 6 sore. Hari ini dia sudah punya janji dengan Allysa, sahabat dekatnya yang hari ini berulang tahun. Dia sudah harus bertemu dengan Allysa jam 8 malam ini, tapi Luna belum terlihat akan beranjak pulang. Bosnya itu malah asyik mengobrol dengan temannya itu. Keduanya tampak membicarakan hal yang penting. Dengan memberanikan diri, Abel mengetuk pintu Luna. Luna pun menghentikan pembicaraannya dan memberi kode bagi Abel untuk masuk. “Bu, saya sudah boleh pulang?” tanya Abel. Luna melirik jam tangannya. “Iya udah, nanti kirim aja jadwal besok ke saya. Makasih ya, Bel.” “Baik Bu,” “Eh, kamu mau saya antar pulang gak?” tanya Daniel. Abel sedikit terkejut mendengar pertanyaan Daniel. Dia tidak tahu harus menjawab apa. “Udah Gue bilangin jangan godain Abel,” kata Luna sambil menjewer telinga Daniel. “Aduh! Aduh! Putus kuping Gue, Lun.” Abel tertawa kecil merasa puas karena tindakan Luna pada Daniel. Dia kemudian mundur dan menghilang dari pandangan Luna dan Daniel. “Biasa aja dong. Orang aku ngajakinnya juga sopan,” protes Daniel sambil mengelus telinganya yang panas. “Gue serius waktu bilang jangan deketin Abel. Gue udah hafal model-model cowok kayak Lo gini.” “Emang Gue model kayak gimana?” “Kayak ....” Luna nampak berpikir “Kayak monyet!” Luna menjulurkan lidahnya kemudian beranjak cepat untuk mengambil tasnya. “Sialan Lo! Ganteng kayak gini dibilang kayak monyet.” Luna terkekeh. “Udah, pokoknya Gue gak ikhlas Lo deketin Abel. Dia itu masih polos banget,” kata Luna kemudian menarik tangan Daniel keluar dari ruangannya. “Lo antar Gue pulang ya? Gue lagi malas nyetir,” kata Luna lagi. “Sekalian aja Lo angkat Gue jadi sopir pribadi Lo,” protes Daniel. “Wah boleh tuh, kapan lagi dapat sopir primata,” ejek Luna yang kemudian menerima pukulan kecil di lengannya oleh Daniel. *** Ini gak benar. Kata Allysa dia hanya akan membantu Abel untuk riasan wajah, tapi sekarang bahkan Allysa telah memilihkan gaun untuknya. Gaun yang seperti kekurangan bahan ini tentu tidak akan membuat Abel nyaman. Seumur hidup dia tidak pernah memakai gaun seperti ini. “Gimana? Bagus gak gaunnya?” tanya Allysa yang baru selesai melakukan riasan wajahnya. Abel menatap Allysa dengan tatapan memohon agar wanita itu tidak memaksa Abel untuk mengenakan gaun itu. “Please,” mohon Abel sambil mengeluarkan puppy eyes-nya. “Percaya deh sama aku, kamu bakalan kelihatan cantik banget pakai gaun ini, Bel.” “Tapi ini terbuka banget, gak akan cocok sama aku.” Abel memandang gaun itu dengan jijik. “Kan belum dicoba. Gak akan tahu kalau belum dicoba, Bel. Dicoba dulu yuk,” bujuk Allysa. Dirinya memang berniat untuk merubah Abel menjadi wanita yang berbeda di ulang tahunnya kali ini. Abel, sahabatnya yang cantik ini belum pernah pacaran sekalipun karena sifatnya yang terlalu tertutup. Tapi malam ini Allysa pastikan Abel akan punya banyak teman kencan. Allysa mengangkat gaun itu dan menyerahkannya pada Abel. “Buruan Abel. Acaranya mulai setengah jam lagi. Mana kamu pakai acara telat datang lagi,” kata Allysa. “Salah kamu juga, kenapa bikin acara di mepet-mepet hari? Tahu sendiri jadwal kerjaku padat.” Abel sebal karena Allysa baru memberitahunya kemarin dulu dan dia bersikeras Abel harus hadir. “Atau aku gak udah ikut deh. Kita rayain aja nanti berdua. Aku gak suka kelab malam,” kata Abel. Dia memang pernah pergi ke kelab malam tapi itu juga karena menemani Luna yang sedang bertemu klien. Dan dari pengalaman itu saja, Abel sudah tahu bahwa kelab malam tidak cocok untuknya. “Gak!” Allysa mengangkat tangannya sebagai simbol penolakan. “Aku capek banget loh ini. Kamu tahu udah hampir 2 minggu ini aku gak tidur dengan nyenyak,” mohon Abel lagi. “Udah sana cobain dulu gaunnya,” kata Allysa sambil mendorong Abel menuju kamar mandi. Dia tidak mau lagi berdebat dengan Abel. 15 menit kemudian Abel keluar dari kamar mandi. Allysa yang tengah membalas pesan singkat di ponselnya kemudian tertegun melihat penampilan Abel yang 180 derajat berbeda dengan Abel yang biasanya. Wanita itu, terlihat bercahaya. “Abel, kamu cantik banget,” puji Allysa. Allysa tidak bohong, Abel terlihat sangat cantik dengan gaun pendek yang mengepas di badannya yang mungil itu. Lipstick merah membuat wajahnya menjadi semakin berkilauan dan seolah menggoda siapa saja. “Untung Lo cewek, Bel. Kalau gak udah Gue cium dari tadi.” Abel mendadak panik dan mundur membuat Allysa tertawa. “Bercanda Bel, jangan serius banget kenapa?” “Gak lucu ya bercandanya.” “Ayo, acaranya udah mau mulai nih. Dan Lo, Lo harus siap-siap karena pasti akan banyak pria yang menggoda Lo malam ini. Ingat, harus jual mahal,” kata Allysa. Abel mengangguk. “Harus apa?” “Harus jual mahal.” Ulang Abel. “Good girl.” *** “Kamu mau lanjut ke kelab ya?” tanya Luna begitu mobil Daniel parkir di depan rumahnya. “Biasalah,” jawab Daniel santai. “Dih, inget umur! Berhenti bersikap kayak anak SMA.” Daniel malah memberikan Luna pandangan mengejek. “Tidak masalah selama aku single dan belum menikah,” kata Daniel yang memberikan penekanan pada kata belum menikah. “Nanti dikekang pasangan, dih!!” Daniel berpura-pura bergidik. Luna melayangkan tamparan di lengan Daniel karena dia tahu Daniel sedang menggodanya dan juga kehidupan pernikahannya. “Jangan terlalu mabuk, nanti hamil anak orang baru tahu rasa kau,” kata Luna kemudian membuka pintu mobil Daniel. “Makasih tumpangannya,” kata Luna. Luna kemudian mendekat dan memeluk Daniel. “Setidaknya kamu teman yang berguna,” ujar Luna kemudian turun dari mobil Daniel. Setelah mengantar Luna, Daniel langsung tancap gas menuju kelab malam favoritnya. Salah satu temannya yang bekerja di klub itu memberitahu Daniel bahwa ada wanita cantik yang siap menemaninya malam ini. Daniel langsung parkir dan masuk ke dalam kelab malam itu dengan bersemangat. Kelab malam itu tampak lebih ramai dari biasanya padahal ini bukanlah malam minggu. Daniel mengedarkan pandangannya ke seluruh kelab ikut menikmati suasana yang ramai dengan ketukan musik yang membuat jantung ikut berdegup seirama. Daniel langsung naik ke lantai dua ketika dia melihat temannya itu sedang duduk santai bersama dua wanita. Sudah berbulan-bulan Daniel seperti ini, mencari kepuasan walau hanya sesaat bersama dengan wanita yang berbeda-beda setiap malam. Temannya itu yang akan menyediakan wanita untuk Daniel. Dia selalu memilih yang cantik-cantik dan juga berbadan aduhai untuk Daniel tiduri hari itu. “Hei, Bro!!” teman Daniel langsung mengangkat tangannya ketika dia melihat Daniel. Kedua wanita itu juga ikut memandang ke arah Daniel. Sudah bisa dipastikan, mereka pun terpukau pada ketampanan Daniel. Hanya dengan kemeja yang kancing atasnya dibuka dan lengan digulung, Daniel sudah dapat memukau mereka. “Kenalkan, ini Dewi dan ini namanya Sarah,” kata pria itu. Daniel memandang kedua wanita itu bergantian. “Aku mau dua-duanya,” katanya sambil tersenyum. “Bagus, keduanya memang agak susah dipilih. Kenapa harus pilih satu jika bisa dapat keduanya, iyakan?” kata pria itu lagi sambil tertawa. “Kalau begitu aku permisi. Silakan nikmati malammu,” katanya lagi. “Akan ku transfer bayaranmu,” kata Daniel sambil mengambil tempat duduk di antara kedua wanita itu. “Minum dulu,” kata Daniel sambil menuangkan minuman ke dalam gelas dan memberikannya pada keduanya. Musik semakin kencang dan orang semakin ramai di lantai dansa membuat Daniel agak penasaran. “Ada apa sih di bawah sana?” tanya Daniel. “Oh itu, ada yang ulang tahun,” kata perempuan bernama Dewi. Dia memakai gaun tanpa lengan yang hanya sebatas dadanya. Bahkan orang dapat melihat belahan dadanya dengan jelas. Wanita satunya lagi bernama Sarah. Dia lebih menggoda lagi, ditambah lagi wajahnya yang lebih cantik daripada Dewi. Tangan Sarah sudah lumayan nakal, dia sudah mulai mengelus d**a bidang Daniel sambil meniup-niup telinga Daniel. Dia seakan sudah tahu kelemahan Daniel yang berada di telinganya itu. Daniel hanya bisa mengimbangi dengan meremas paha Sarah dan Dewi. “Kalian bisa memuaskanku?” tanya Daniel. Keduanya mengangguk. “Kalau kalian bisa memuaskanku, akan kuberi masing-masing 50 juta,” kata Daniel lagi. “Hanya 50 juta?” tanya Sarah. “Kamu maunya berapa? Sebutkan akan ku kabulkan,” kata Daniel lagi. Dia kemudian memegang wajah Sarah dan segera menciumnya. Wanita itu lumayan memabukkan juga. “Gimana kalau kita dance dulu?” tawar Sarah. Daniel mengangguk, dia kemudian mengapit dua wanita itu dan turun ke lantai dansa yang ramai sekali. Sarah dan Dewi kemudian mulai menari dengan gerakan yang tidak senonoh. Mereka menggesekkan tubuh mereka ke tubuh Daniel sambil bergerak sesuai irama. Daniel tidak kalah bersemangat, dia sudah menyentuh bahkan b****g sampai d**a wanita-wanita itu. Bodoh si Nara itu, memangnya apa kurang Daniel sehingga dia bisa-bisa berpaling dari Daniel?. Daniel masih menikmati gerakan tariannya sampai matanya bertabrakan dengan tatapan seseorang. Daniel berhenti sejenak dan kemudian memandang ke arah orang yang tengah menatapnya itu. Sosok yang dia kenali sebagai gadis penurut dan polos, Abel. Kenapa wanita polos kebanggaan Luna itu ada di kelab malam seperti ini? Luna pasti sudah salah menilai gadis ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD