BAB 4

1168 Words
Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Rose karena aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Saat aku tiba di rumahnya, aku melihat ia sedang menyiram tanaman. " Rose " " Pak Vino, ada apa kesini?" " Aku kesini ingin meminta maaf padamu soal Selly " " Saya sudah memaafkannya. Anda tidak usah khawatir. Saya baik - baik saja" " Aku sangat ingin kau membuka usaha sendiri dan aku siap untuk memberimu modal usaha agar kau tidak kebingungan mencari pekerjaan" " Terima kasih, tetapi saya tidak ingin hidup dari belas kasihan orang" " Kau jangan berpikir seperti itu. Aku tulus membantumu. Aku tidak ada maksud tertentu padamu. Ambillah uang ini. Terserah kau gunakan untuk mendirikan usaha yang kau inginkan" Aku memberinya amplop yang berisi uang untuk kuberikan padanya sebagai modal usaha. Aku tidak ingin dia bekerja di perusahaan Frans. " Pak Vino, terima kasih atas bantuannya. Mohon maaf jika saya banyak merepotkan anda. Saya berjanji akan membalas semua kebaikan yang anda lakukan untuk saya" " Kau tidak perlu membalasnya. Aku hanya ingin kau hidup bahagia dan sejahtera" Tiba - tiba Rose memelukku sangat erat dan rasanya jantungku berdebar sangat kencang. Aku membalas pelukannya seakan - akan aku tidak ingin kehilangannya. " Rose, aku pamit dulu." " Terima kasih Pak Vino. Nanti saya akan memberitahu anda jika usaha saya sudah berjalan" " Jaga dirimu baik - baik" " Hati - hati di jalan" Rasanya aku tidak ingin pergi tetapi aku sadar diri bahwa aku bukanlah siapa - siapa bagi Rose. *** Aku tidak menyangka jika Vino akan memberiku uang untuk modal usahaku. Aku berencana ingin membuka warung makan di depan  rumah. " Rose, sepertinya kau sangat sibuk" " Saya hari ini ingin membeli bahan - bahan untuk berjualan besok" " Maksudmu ingin berjualan apa?" " Saya ingin membuka warung makan" Frans terlihat sangat terkejut ketika mendengar aku ingin membuka usaha warung makan. " Kenapa kau tidak bekerja di perusahaan ayahku saja?" " Saya ingin memiliki usaha sendiri" " Terserah kau saja. Aku mendukung keputusanmu" Frans mengantarku ke supermarket untuk berbelanja bahan - bahan untuk besok berjualan. Dia sangat membantuku dalam memilih bahan - bahan yang sesuai untuk memasak. " Kau sering memasak di rumah?" " Lumayan, aku dari kecil sangat senang memasak" " Seharusnya kau menjadi koki" " Dulu aku pernah bercita - cita menjadi koki tetapi ibuku tidak setuju" " Kenapa ibumu tidak setuju?" " Ibu tidak pernah memberitahu alasannya. Yang jelas beliau tidak suka aku menjadi seorang koki" " Bisakah kau mengajariku memasak makanan yang enak?" " Tentu saja, aku bisa mengajarimu berbagai macam makanan" Aku bersyukur bertemu pria yang baik seperti Frans. Dia sangat senang mengajariku memasak. Aku berharap hubungan kami semakin baik. *** Aku sangat senang ketika Rose memberitahuku jika hari ini ia mulai berjualan di depan rumahnya. Aku berharap ia bisa menjadi wanita yang sukses dan mandiri. " Selamat untukmu. Semoga jualanmu laris" " Terima kasih Pak Vino. Saya sudah menyiapkan menu spesial untuk anda" " Nanti sore aku berencana ingin ke warungmu. Aku sangat penasaran ingin mencicipi masakan buatanmu" " Saya tunggu kedatangan anda" Sekitar jam 4 sore, aku langsung pergi ke warung makan. Saat tiba disana, aku melihat banyak orang yang membeli makan di warung Rose. " Pak Vino, silakan anda duduk. Saya siapkan menu spesial untuk anda" " Terima kasih Rose. Kamu tidak perlu repot" " Silakan anda cicipi masakan buatan saya" Saat aku mencicipi masakan buatan Rose, rasanya sangat enak dan pas di li dah. " Rasanya sangat enak. Aku ingin memesan dua porsi untuk dibawa pulang" " Saya siapkan dulu pesanan anda" Lima belas menit kemudian, Rose selesai menyiapkan pesananku. Lalu aku pamit pulang sambil membawa masakan buatannya *** Akhir - akhir aku melihat perubahan yang terjadi pada Vino. Dia terlihat sangat bahagia dan saat aku bertanya padanya, ia tidak mau memberitahuku tentang yang sebenarnya terjadi " Vino, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" " Aku baik - baik saja" " Aku yakin kau pasti menyembunyikan sesuatu" " Tidak ada yang aku sembunyikan. Apa kau tidak percaya padaku?" " Tentu saja aku percaya padamu" " Aku ingin kita berlibur bersama Geby ke rumah orang tuaku" " Aku tidak mau ikut. Lebih baik kau saja yang berangkat" " Ayolah sayang, ikutlah. Aku tidak ingin kau terus - terusan bertengkar dengan mama" " Kau tau kan dari dulu mamamu gak suka sama aku!" " Aku yakin mama pasti berubah, sayang" Tiba - tiba Geby datang menghampiri kami dan ia berusaha meyakinkanku untuk ikut berlibur ke rumah mertuaku. " Mama ikut ya. Geby pengen sama mama" " Geby sayang, kalau kamu mau ikut papa, mama di rumah aja" " Ayolah ma, mama harus ikut!" " Geby, kamu jangan paksa mama." Rasanya aku tidak tega ketika melihat Geby menangis dan akhirnya aku terpaksa ikut berlibur ke rumah mertuaku. " Oke, mama ikut. Geby jangan nangis ya" " Horeeeee, mama ikut" Aku senang melihat kebahagiaan di wajah Geby. Ia merupakan hartaku yang sangat berharga. *** Aku sangat senang karena usahaku semakin laris. Frans menawarkan bantuan untuk membangun warung makanku semakin berkembang luas. " Rose, aku ingin membantumu untuk mengembangkan warung makanmu" " Terima kasih tetapi aku tidak ingin merepotkanmu" " Aku tidak pernah merasa di repotkan olehmu. Aku dengan senang hati membantumu" Aku sangat senang memiliki teman sebaik Frans. Dia seorang pria yang baik dan suka menolongku. " Kau ingin makan apa?" " Aku sangat ingin dibuatkan seafood yang enak" " Tunggu sebentar, aku siapkan dulu" Sejam kemudian, aku menghidangkan pesanan Frans di atas meja. Ia makan sangat lahap dan sepertinya ia sangat menyukai masakanku. " Masakanmu sangat enak. Kau sangat cocok jadi istriku" " Apa kau bilang? Istrimu?" " Hehehe, aku becanda! Kau serius sekali!" " Aku tidak suka kau bercanda seperti itu" " Memangnya kau tidak ingin menikah lagi?" " Mmm, sepertinya tidak. Aku lebih nyaman hidup sendiri" " Benarkah? Aku tidak percaya dengan ucapanmu" " Ya sudah jika kau tidak percaya." " Rose, kau seorang wanita yang sangat baik. Kau butuh pendamping yang bisa melindungimu setiap saat" Tiba - tiba ponselku berbunyi dan aku langsung mengangkatnya ketika Vino yang menelfon. Aku berusaha menjauh dari Frans agar ia tidak mendengar pembicaraan kami. " Halo " " Hai Rose, bagaimana kabarmu?" " Saya baik, ada apa anda menelfon?" " Aku hanya ingin tau kabarmu saja" " Kebetulan sekarang warung saya menyediakan menu baru. Apa anda tidak ingin mampir untuk mencoba?" " Mungkin minggu depan karena saat ini aku sedang berada di luar kota" " Oh, oke. Jika anda ingin mampir, kabari saya" " Pasti aku akan memberi kabar. Kalau begitu sampai jumpa" Rasanya ada kerinduan di dalam hati saat mendengar suara Vino. Aku tersadar saat Frans memanggilku dan aku bersikap seolah - olah tidak terjadi sesuatu. " Rose, apa kau baik - baik saja?" " Aku baik - baik saja" " Maaf Rose, aku harus kembali ke kantor. Lain kali aku kesini" " Tunggu sebentar, aku bawakan bekal untukmu" " Tidak usah, aku sangat kekenyangan." " Hati - hati di jalan " Frans memang pria yang baik tetapi aku tidak bisa menyukainya karena hatiku hanya untuk Vino
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD