3. adik kesayangan

2188 Words
"Nanti pada hati yang baru kamu mau menceritakan apa tentang ku padanya?" *** "Assalamualaikum Akira pacar jichang wook pulanggg!" Teriak Akira ketika masuk ke dalam rumah. "Gak usah teriak-teriak kali Nyet!" Sarkas Saka, kesal. "Dih, kok udah pulang lagi bang?" Tanya Kira heran. "Udahlah gue kan pake motor, lo pake angkot jadi lama. Makannya bareng gue aja!" "Lo mah, kan udah gue bilang bang, gimana sih!" "Iya iya, gak mau ada yang tau kalo lo adeknya gue!" "Nah pinter, jawab salam gue dulu kali!" "Waalaikumsalam, sini deh gue mau ngomong sama lo!" Saka menyuruh adiknya duduk di sebelahnya. "Wait, saya mencium bau-bau aura negatif!" Ujar Akira lalu duduk di sebelah Saka. "Dih, becanda mulu lo! Nanti di becandain balik mewek, sakit hati, bilang nya di kasih harapan palsu." “Mana ada, kok malah jadi bucin sih lo?!" "Hm, gini. Gue mau ngasih tau sama lo, Jangan deket-deket Malvin ya, gue tau dia ganteng dan tipe lo banget. Tapi dia itu playboy, gue takut dia nyakitin lo dan gue gak mau lo sakit hati." "Utuutuutu cayang, abang ku ini perhatian sekali sih, gemas." Ucap Akira sambil mencubit pipi Saka. "Geli Nyet, jijik!" Akira tergelak. "Iya bang, jujur nih ya dia emang tipe gue banget. Udah ganteng, tinggi, bersih, badan nya mantul, bibir nya hot, mata nya tajam setajam silet. Sungguh nikmat mana lagi yang kamu dustakan?" "Ck, pokok nya lo jangan deket-deket deh sama Malvin, dia playboy!" "Ah masa sih? Gak percaya gue. Muka nya sih pecicilan, tapi tadi di kantin serem sih!" "Muka nya sih iya gak meyakinkan kalo dia itu tipe playboy, tapi emang dia itu playboy. Hampir semua cewek cantik Di SMA Garuda, pernah jadi pacar dia. Dari ketua cheers yang sexy dan bohay itu, terus ketua basket si cewek tomboy tapi cakep parah, terus anak kelas sepulu yang degem degem, pokoknya gak ke itunglah cewek yang pernah jadi pacar dia di sekolah!" "Pasti sih banyak cewek yang ngejar dia, saingan gue banyak njir!" "Udah lo mundur aja lah, saingan lo glowing-glowing. Lo b***k kagak ada yang mau!" "Kejam amat tuh mulut!" "Heheh, bercanda adek ku sayang" "Iya udah bang gue bakal mundur. Saingan ku mening-mening jadi yowis aku mundur alon-alon saja!" Akira tertawa mendengar ucapan nya sendiri, membuat Saka mengernyit heran, mengapa humor adiknya ini sangat receh, sampai omongannya sendiripun di tertawakan. "Fix, lo udah gak waras!" "Dih, jahat lo!" Ucap Akira di sela-sela tawanya. "Pokoknya lo jangan deket-deket sama playboy macem Malvin ya!" Peringat Saka lagi. "Gitu amat lo sama temen, lagian mana mungkin dia suka sama gue. Gue cantik sih polos-polos gimana gitu tapi gue gak sexy apalagi semok, jauh dah jauh. Bahkan mau di liat dari ujung monas sekalipun gue mah kagak bakal keliatan sama sekali!" "Gue akuin sih lo emang cantik, tapi ya gitu badan lo gak sexy. But menurut gue lo itu punya daya tarik yang beda dek, lo gak tau kan siapa tau Malvin tertarik sama lo!" "Sialan lo! Lagian gak masalah kok kalau dia tertarik sama gue, bersyukur gue di sukain cogan macem dia!" "Serah lo deh, pokoknya gue udah ngasih tau ya. Nanti kalau disakitin jangan nangis ke gue, udah males nih. Udah gue tutup jasa curhat nya!" "Dih jahat lo doain adiknya disakitin, kejam!" "Bukan gitu, ngasih tau lo aja supaya agak jaga jarak sama si Malvin. Soalnya dia keliatan tertarik sama lo!" "Emang ya, gak akan ada yang bisa nolak innerbeauty gue, termasuk cowok seganteng si Malvin temen lo itu. Hahah!" "Sumpah dek, gue pengen tenggelemin lo ke rawa-rawa rasanya!" Akira tergelak, lalu lari menuju kamarnya. "Hahah, ampun Bang ampun!" Malvin membelah hiruk-piruk jalanan Jakarta yang macet dengan motor ninja hitam miliknya dengan kecepatan di atas rata-rata. Entah mengapa mood nya saat ini sangatlah buruk, terlebih lagi tadi Mona baru saja memutuskannya. "Whats up bro, udah lama lo gak kesini. Ada apa gerangan?" Seseorang menyambutnya dengan hangat ketika Malvin baru saja sampai. "Ada lawan gak?" Tanya Malvin. "Woah, datang-datang tanya lawan. Kebetulan ada dua orang," ucapnya. "Berapa Dav?" Tanya Malvin. Dav, Dava Mahesa. Ketua balap liar. Dan tentunya juga sahabat Malvin dan teman-temannya, Malvin, Saka, Boby, Aldo, dan Dena sering datang ke arena balap yang di pegang Dava. Hanya saja akhir-akhir ini mereka jarang datang karena kesibukan masing-masing. "Sepuluh juta, plus satu mobil BMW keluaran terbaru!" Jawab Dava. "Gue ambil!" "Mantap setelah sekian lama raja jalanan akhirnya comeback!" Dava tersenyum senang. "Lebay, siapa lawan gue?!" "Gilang Albert dan Dwiky Patra, pemenang tidak terkalahkan setelah berbulan-bulan lo gak datang. Dan mereka juara bergilirnya." Malvin tersenyum miring. "Cukup sulit berarti lawan gue?" "Gak ada yang sulit buat lo bro, gue yakin lo menang!" "Of course, disini gue raja nya!" Ucap Malvin, menyeringai. Dava tertawa mendengar ucapan teman nya ini. "Oke, setengah jam lagi!" Ucapnya lalu pergi dari hadapan  Malvin. Malvin mengangguk. Hanya dengan balapan stress nya hilang, saat ini ia sangat butuh pelampiasan dan caranya hanya balapan atau menghabisi orang. Karena Malvin bukan tipe orang yang bisa menghabisi seseorang tanpa alasan jadi balapan tujuan utama nya, andai ada seseorang yang mengusik nya sudah pasti pilihan Malvin jatuh pada pilihan menghajar orang. Dava datang dan menepuk bahu Malvin. "Are you ready?" "Always!" Jawabnya. Tiga motor dengan mesin motor yang menyala sudah berbaris, Malvin melirik tajam lawannya. Seringai di bibirnya tidak terlihat karena tertutup oleh helm fullface yang di pakainya. "READY?!" Malvin menarik pedal gasnya, derungan motor mulai terdengar keras. "GO!" Malvin memimpin pertandingan. Gilang di posisi kedua dan Dwiky di posisi terakhir. Setelah menyelsaikan dua putaran Malvin finish paling awal. Suara teriakan dari penonton sangat keras mereka tau bahwa Malvin lah yang akan memenangkan balapan kali ini, setiap Malvin ikut balapan pasti ia yang akan memenangkannya. Raja jalanan sudah menjadi julukannya. "Congrats bro, sudah kuduga!" Ucap Dava sumringah. "Thanks, see. Sepuluh juta dan satu mobil BMW!" Dava tergelak lalu memberikan amplop coklat dan kunci mobil. "Ini buat lo!" Gilang menghampiri Malvin. "Selamat bro, bener kata orang gak ada yang bisa kalahin Raja jalanan!" "Jelas, tapi lo berdua juga hebat!" "Gue iri sama lo Bang!" Ucap Dwiky sambil terkekeh. "Kalau gak ada gue, lo berdua pemenangnya bukan? Tenang gue balapan kalo lagi boke sama stress aja!" Dava, Gilang, dan Dwiky tertawa. "Mana ada seorang Malvin boke!" Ujar Dava masih dengan tawanya. "Btw lo gak punya cewek buat di kenalin ke gue gitu? Kata nya cewek lo banyak Vin." Tanya Gilang, bercanda. "Kagak mau, gue gak suka berbagi!" Jawab Malvin. "Hahahahah, maruk amat lo Bang!" Ucap Dwiky sambil tergelak. "Tapi kalau lo mau boleh deh ambil satu, yang jadi pertanyaan nya cewek nya mau gak sama lo?" Ucapan Malvin membuat Gilang, Dwiky dan Dava terbahak. Walaupun terlihat cuek Malvin itu tetap punya sisi humor yang bagus. "Jahat banget lo, gue gak jelek-jelek amat kok!" Ujar Gilang. "Ya udah, nanti gue kasih nomor nya sama lo." "Siap!" "Gue mah kan ganteng jadi nanti juga mati satu tumbuh seribu, Hahahhaha." "Najis lo Vin!" Ketus Dava. Malvin tergelak. "Udah udah. Karena sekarang gue lagi baik, gue traktir lo bertiga!" "Nah gitu dong, dari tadi!" Ucap Gilang sambil terkekeh. "Gue telpon temen-temen gue dulu kalian duluan, Dav cafe biasa!" Ucap Malvin. Dava mengacungkan jempolnya. "Siap!" Lalu mengajak Gilang dan Dwiky. Gara merogoh handphone nya dan mencari nama Saka lalu menelponnya, tidak lama terdengar suara di sebrang sana. "Halo, ada apa Vin?" "Halo, lo ajak yang lain ke cafe deket tempat balapan. Gue traktir" "Paling baik emang lo Vin, 15 menit lagi nyampe." "Gue tunggu!" Sambungan terputus, Malvin langsung memasukan handphonenya kembali dan segera pergi. Hanya butuh satu menit untuk Malvin sampai di cafe karena jarak tempuh yang lumayan dekat, disana sudah ada Dava, Gilang, dan Dwiky yang sedang asik menghisap rokoknya. Malvin menggeser kursi di sebelah Dava. "Kenapa belum pesen?" Tanyanya. "Solidaritas bro!" Jawab Dava santai. "Cih, so imut lo anjing. Najis!" Cercar Malvin. "Yeu, sans dong bos!" Kekeh Dava. "WOY, NGOBROL GAK AJAK-AJAK LO YA!" semua terlonjak mendengar teriakan seseorang, Boby. Siapa lagi tukang rusuh gak punya malu selain Boby. Boby datang bersama Saka, Dena, dan Aldo. Mereka langsung duduk di kursi yang masih kosong. "Siapa?" Tanya Aldo setelah mendudukan dirinya dan menunjuk Gilang serta Dwiky. "Oh, yang ini Gilang, yang sebelah nya Dwiky. Pemenang balapan pas gak ada gue, mereka berdua juara bergilir." Jawab Malvin lalu menyalakan rokoknya. Aldo hanya menanggapi dengan anggukan. "Lo ngajak kita kesini pasti karena lo menang balapan sama mereka?" Tanya Saka. "Yoi! Oh kenalan dulu dong!" Gilang tersenyum memperkenalkan dirinya. "Gue Gilang dari SMA Angkasa, gue yakin kalian tau sekolah gue." "Gue Dwiky, adik tingkat Bang Gilang di Angkasa." "Gue Saka." "Gue Boby." "Gue Dena." "Gue Aldo." Setelah berkenalan mereka memesan makanan. Malvin dengan sombong memamerkan kunci BMW yang ada di tangannya. "Sombong banget lo!" Sinis Dena. Malvin terkekeh. "Sirik aja lo!" "Besok bawa dah ke sekolah, gue nebeng!" Ucap Boby. "Bye the way, siapa yang taruhan mobil?" Tanya Aldo. "Gue!" Jawab Dwiky. "Gila, lo dapet darimana?" "Hasil balapan juga." "Pantes aja!" Malvin menurunkan kakinya dan menatap teman-temanya. "Eh menurut lo si murid baru itu gimana?" "Tuh kan! Karma lo. Suka kali lo sama tuh anak baru!" Ucap Boby. "Ya kali! Kagak lah. Btw gue baru di putusin Mona anjir!" Ucap Malvin sedih. "Halah so sedih lo b*****t, padahal cewek lo masih ada dimana-mana!" Sarkas Aldo. Malvin tergelak. "Tau aja lo!" "Stres lo Vin!" Mereka terhanyut dengan obrolan mereka sendiri, Gelak tawa memenuhi isi cafe. Cafe tempat mereka biasa nongkrong setelah balapan memang buka 24 jam, jadi mereka bebas disana. Lagian semua waiters sampai cleaning service saja mengenali mereka. "Omo omo omo. oppa gue ganteng banget!" "Anjir kissed kissed segala gak rela dede bang gak rela!" Teriak Akira heboh. Suda pukul 1 malam tapi ia masih saja teriak-teriak sambil nonton drakor. "Yaalloh maafkan hamba yang polos ini" ucap Kay sambil mengadahkan kepalanya. Ceklek "Bocil, belum tidur lo? Pake teriak-teriak segala. Ada yang ngikutin nyaho loh!" Ucap Saka menghampiri adiknya. Akira mendudukan dirinya. "Eh, kok lo belum tidur? Dari mana rapih banget?!" "Abis nongkrong, pas pulang lewat kamar lo berisik banget!" "Oh, sama Aa Malvin ya?" Tanya Akira sambil tersenyum jahil. "Iya, najis banget panggilan lo. Alay!" Cibir Saka. "Eh Bang, mamah papah kapan pulangnya sih?!" "Baru juga sehari, mereka disana dua minggu masih lama!" "Ah kesel ditinggal berdua sama lo!" Saka terbahak. "Udah lo mending tidur nanti besok telat. Gimana?" "Ah... iya deh gue tidur. Tapi lo tidur sini ya, gue takut lo sih nakut-nakutin tadi!" Saka tersenyum. "Halah! Bilang aja lo modus mau peluk-peluk abang lo yang ganteng ini." Akira nyengir. "Salah satunya itu, tapi gue emang takut. Pleaseee ya!" Ucapnya memohon. "Iya, ya udah gue ganti baju dulu ke kamar!" "YESS!" Tak. Saka menyentil dahi Akira. "Berisik!" Akira meringis tangan nya mengusap-usap dahinya yang sakit. "Iya Bang iya maaf" ucap Akira lirih. Saka tersenyum, lalu pergi untuk mengganti pakaian. Hanya butuh lima menit untuk Saka beraih-bersih dan ganti pakaian. Setelah selesai ia masuk kedalam kamar Akira, ternyata Akira sudah tertidur.Saka naik ke kasur, ia tersenyum melihat ketenangan adiknya itu. Ia sangat senang setelah beberapa tahun berpisah dan jarang bertemu akhirnya sekarang mereka bisa kembali bersama. Saka menyesal dulu selalu membuat Akira menangis, karena ia benci adik perempuan. Ia ingin memiliki adik laki-laki, dulu saat di Bandung Akira menjadi bahan bulan-bulanan Saka dan temannya. Flashback Bandung, Seorang gadis kecil berumur sekitar empat tahun sedang duduk di bangku taman sambil memperhatikan dua orang anak laki-laki yang sedang bermain bola, Gadis itu menangis karena tidak memiliki teman bermain. Dia Akira. Akira menangis mengadu kepada orang tua nya bahwa dirinya tidak memiliki teman. Elin-Mamahnya langsung memarahi Saka, anak laki-laki yang tadi sedang bermain bola. "Abang!" Teriak Elin. Saka yang merasa di panggil langsung menghampiri Elin. "Iya mah?" "Kenapa adiknya gak di ajak main, hm?" "Dia sendiri yang gak bisa main!" Judes Saka. " ta-tadi a-aku ma-mau main ta-tapi abang en-nggak ngoper bo-bolanya!" Jawab Akira terbata karena habis menangis. "Karena kamu gak bisa main, huh!" "Abang gak boleh gitu, mamah tau kamu gak mau punya adik perempuan tapi percaya nak, suatu saat nanti kamu akan merasakan kehilangan kalau adik kamu pergi?" "Emang Akira mau pergi kemana?" Tanya Saka. "Ke-kemanapun, asal gak ketemu a-abang, a-aku ma-mau cari a-abang baru a-aja!" Jawab Akira. "Yaudah sana kamu cari abang baru aja. Lagian main sama kamu gak seru!" "Yaudah Akira main sama mamah aja ya di dalem," ajak Elin, Akira mengangguk mengiyakan. Akira dan Saka tidak pernah akur, tapi suatu hari Akira mengalami kecelakaan yang membuatnya koma. Saka awalnya tidak terlalu peduli, namun saat melihat mamahnya yang menangis setiap hari dan adiknya tidak sadarkan diri berminggu-minggu, ia mulai cemas lalu bertanya pada Eko-sang papah. "Pah kenapa Akira gak bangun-bangun? Terus mamah kenapa nangis terus?" Eko tersenyum getir. "Adik kamu lagi sakit, dan sekarang dia lagi tidur jadi belum bangun deh. Mamah kamu nangis karena adik kamu gak bangun-bangun, mamah takut Akira pergi." "Pergi kemana pah?" "Pergi ninggalin kita semua untuk selamanya." Saka menangis. "Saka gak mau adik saka pergi, Saka sayang sama Akira. Saka gak pernah benci Kira pah, tolong bangunin Kira Pah. Saka mau minta maaf!" "Udah ya Saka gak boleh nangis, masa anak laki-laki nangis. Sekarang mau ketemu Akira gak?" Saka mengangguk dengan semangat. "Ayo masuk, Nah Saka ajak ngobrol Akira ya. Dia pasti dengar kok, siapa tau Akira mau bangun setelah denger Saka ngobrol sama dia ya!" "Iya Pah." "Yaudah papah keluar dulu ya!" Saka hanya mengangguk. Saka melihat adiknya yang terbaring pucat di atas kasur dengan perban dikepala, matanya beralih menatap tangan sang adik lalu menggenggamnya erat. "Dek, abang minta maaf ya. Abang janji kalau kamu sadar nanti kita main berdua, abang sayang sama kamu, abang gak benci sama kamu, dan abang gak mau kamu pergi ninggalin abang" ucap Saka sambil terisak. Saka merasakan jari tangan Akira bergerak, Saka menepuk-nepuk pipi Akira. "Dek, dek!" Saka langsung berlari keluar. "Mah pah tangan Kira tadi gerak!" Elin dan Eko langsung memanggil dokter."Gimana dok?" Tanya Elin penuh harap. "Oh tadi hanya refleks biasa Pak Bu." "Jadi anak saya belum sadar dok?" "Untuk saat ini be-" "Mah pah," suara lirih Kira. "Akira! Ya Allah terimakasih Ya Allah!" Ucap Elin penuh sukur. "Alhamdulillah, semua berkat Yang Maha Kuasa." ucap Dokter lalu memeriksa keadaan Akira. "Selamat bu pak, akhirnya anak anda melewati masa kritis nya," lanjutnya. "Terimakasih dok terimakasih!" "Iya, kalau begitu saya permisi dulu Bu Pak." "Dek akhirnya kamu sadar, maafin abang ya. Abang janji bakal temenin kamu main!" "Bener bang?" Tanya Akira masih dengan suara lemahnya. "Bener!" Setelah kejadian itu Saka benar-benar menjaga Akira, tapi saat umur Akira 5 tahun dan Saka 6 tahun mereka harus berpisah, tapi kini Saka bersyukur bisa kembali lagi bersama adik kesayangannya ini. "Abang janji bakal jagain kamu dek!" Ucap nya lalu mengecup kepala Akira, dan ikut berbaring sambil memeluk Akira
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD