(POV ZARA) Derap langkah kaki ayah terdengar mendekat, dapat kulihat ketegangan di wajah Tante Miranda begitu kentara. "M-mas ... baru pulang? kamu dari mana?" tanya Tante Miranda sok akrab. Padahal sudah jelas ayah seperti enggan disapa olehnya. Wanita itu mendekat beberapa langkah hendak mencium tangan ayah. "Cukup, Miranda, apa kamu sudah minta maaf sama adikku?" tanya Ayah, sambil menolak uluran tangan gundiknya. Si gundik tercenung sejenak. "Belum," jawabnya lesu. Aku menyeringai, mana mungkin mau ia minta maaf pada Om Burhan, dosanya itu terlalu banyak dan kata maaf saja tak cukup untuk menghapuskan dosanya. "Aku harap kamu minta maaf sama dia, dan aku harap kamu sadar dan menyesali semua perbuatanmu itu," ucap Ayah lalu naik ke lantai atas. "Iya, Mas, iya! Aku akan minta maa

