8.3DARA

1500 Words
Ankara mendekati putrinya yang masih asik menikmati semangkuk ice cream yang sempat Naya pesankan ia melihat putrinya tersenyum senang ia tidak pernah melihat Kayla bisa sedekat ini dengan seorang wanita siapa gadis ini batin Ankara. "Apa kau berniat menculik putriku?" Ucap Ankara saat berada tepat di meja tersebut. Naya yang terkejut reflek berdiri memandang kearah pria yang tampak marah dari cara ia memandang kearah Naya. "Maaf, Pak, tapi Kayla datang sendiri kemari, saya tidak berniat untuk menculiknya!" "Mana mungkin seorang anak kecil datang sendiri kemari, seharusnya kamu membantunya kembali, bukan malah menahannya seperti ini, apa kamu tahu kalau ia dari tadi membuat orang khawatir?" Ankara menatap Naya dengan mata sipitnya yang menatapnya tajam. "Maaf Pak, saya yang salah!" Ucap Naya sambil membungkukkan tubuhnya. "Daddy, Daddy gak boleh jahat dengan Tante Naya, Kayla yang datang menemuinya." Ucap gadis kecil itu sambil menggoyang tangan Ayahnya. "Kayla, daddy tidak suka kamu pergi tanpa seijin Daddy, kamu mengerti?" Gadis kecil itu hanya mengangguk sambil cemberut. "Maaf kan saya Pak, ini salah saya, jadi jangan marah pada Kayla." Ucap Naya dengan sopan. "Saya tahu apa yang harus saya lakukan, jadi jangan ikut campur!" Naya terdiam seribu bahasa ia tidak berani menatap pria dihadapannya ini yang tak lain adalah seorang Produser yang ia kenal beberapa hari lalu. "Ayo, kita pulang sayang." "Tapi Kayla masih ingin bersama Tante Naya!" Ucap Kayla melepas paksa tangannya yang di pegang oleh Ankara. "Daddy sudah berkali kali mengatakan jangan terlalu dekat dengan orang asing." Ucap Ankara menatap putrinya tanpa memikirkan gadis disampingnya. "Daddy, Tante Naya bukan orang asing." "Daddy tidak mengenalnya, jadi dia termasuk asing untuk kita." Tanpa mendengar ucapan putrinya pria keturunan Asia itu mengangkat putrinya setelah meletakkan beberapa lembar uang ratusan sebagai tanda ganti untuk Naya. Naya hanya bisa menatap kepergian Kayla yang menangis meminta Ayahnya untuk menurunkannya. Naya menghela nafasnya menatap beberapa lembar uang yang Ankara tinggalkan, mengapa ia bertemu dengan pria arogan itu, dan parahnya putrinya menyukai nya. Naya menyudahi acara minumnya ia mengambil lembaran uang pecahan seratus itu lalu memasukkannya kedalam dompetnya, nanti akan Naya kembalikan jika bertemu kembali dengan pria arogan itu. Di dalam mobil Kayla masih terus merengek membuat Ankara tidak fokus mengerjakan pekerjaannya. "Kayla sayang, Daddy janji akhir pekan ini kita akan pergi kemanapun Kayla mau, jadi Daddy mohon berhentilah menangis." Ucap Ankara mencoba membujuk putrinya yang enggan menatapnya, Ankara memandang kearah pengasuh putrinya mencoba memerintahkan untuk mendiamkan putrinya dari tatapannya. "Non, nanti kita beli ice cream yang banyak ya Non, sekarang Nona Kayla diam dulu, katanya ingin jadi anak pintar kok nangis." Kayla membuka tangannya yang menutupi wajahnya memandang ke arah pengasuhnya. "Bibi, apa aku bisa minta sesuatu?" Tanya nya membuat Ankara memperhatikan dari arah depan jok mobil. "Apa Non, bilang saja Daddy pasti kasih apapun yang Non Kayla minta." "Beneran?" Tanyanya lagi dengan nada antusias. "Iya bener, tanya aja langsung sama Daddy nya Non Kayla." Kayla melirik pria didepan yang tak lain adalah Ayahnya dengan tatapan tajam dan raut malas. "Bilangkan saja padanya, aku tidak ingin apapun, mainan, ice cream, liburan bersama, tapi cuma satu yang Kayla mau!" Pengasuhnya tampak mengerutkan dahinya merasa bingung. "Memangnya Non Kayla maunya apa?" "Kayla hanya mau punya Mommy, teman teman Kayla selalu diantar jemput dengan Mommy nya, tapi Kayla selalu dengan Bibi Minah." Ucapnya diakhir cerita sambil terisak kembali. Ankara terdiam mendengar ucapan putrinya, semenjak kepergian istrinya yang pergi meninggalkannya setelah melahirkan putri cantik yang sangat mirip dengan Ankara, sang istri meninggalkannya untuk selama lamanya, membuat Ankara tak pernah benar benar mendekati wanita, karena tak pernah merasa tertarik, tapi ucapan putrinya menyadarkannya bahwa ia tidak bisa egois memikirkan dirinya sendiri, putrinya membutuhkan sosok seorang ibu dimasa pertumbuhannya, selama ini hanya sang ibu yang menemani putrinya sebagai pengganti figur seorang ibu. Ankara .menghela nafasnya sampai saat ini ia bahkan enggan mendekati wanita, karena semua yang mendekatinya hanya mengincar dirinya tidak sepenuhnya menyayangi Kayla. Ankara menutup tablet ditangannya ia tidak bisa lagi fokus mengerjakan pekerjaannya. "Antarkan mereka pulang kerumah mama saya!!" Ucap Ankara kepada supir yang berada disampingnya dan dijawab anggukan patuh pada supir Ankara. *** Kinan sedang duduk menikmati waktu istirahatnya, ia merasa kesepian tidak ada Mira disampingnya, bagaimana hari pertama temannya yang paling polos itu, apakah ia mengalami kesulitan batin Kinan, ia menghela nafas, disana didepan sana Satya dan Sarah tengah tertawa bahagia, membuat hati Kinan sesak, kenapa ia harus menyukai Satya yang jelas jelas tidak bakal meliriknya, ia hanya gadis berpenampilan urakan, rambut panjang yang selalu digelung, berpakaian tidak pernah feminim, bagaiman mungkin Satya mau memandangnya seperti ia memandang Sarah yang tengah ia pegang helaian rambutnya. "Kenapa Mbak, kepingin ya?" Ucap seseorang dari arah belakang Kinan membuatnya sedikit terkejut. "Apaan sih loe, kayak tahu aja." "Tahu lah Mbak, Mbak lagi liatin bos sama pacarnya kan, makannya Mbak carik pacar dong, biar gak ngenes sendirian?" Ucap Bagas yang melintasinya saat dari arah dapur. "Gak usah kayak cewek deh loe nyinyirin hidup orang, sana kerja, kayak gak ada kerjaan aja, ngurusin urusannya orang." "Ck, Mbak Kinan ini sok sok'an ngeles!" "Aduhh, Bagas ngomong lagi gue beri ini sama loe ya!" Kinan menunjukkan kepalan tangan kearah Bagas yang langsung berlalu sambil terkekeh. Kinan menghela nafasnya mengapa Mira pergi biasanya teman medoknya itu yang selalu merecokinya baru sehari saja ia sudah merindukan teman cerobohnya itu. Kinan menghela nafas berlalu masuk kedalam dapur, sepertinya ia ingin menyibukkan diri saja agar terlupa dari sosok Satya didalam pikirannya. Setelah menyiapkan sarapan untuk bos alias pacar pura puranya Mira mulai membersihkan seluruh apartemen Xavier, ia memasuki kamar yang masih berantakan tidak karuan, dan melihat keranjang pakaian kotor lalu memasukkannya kedalam mesin cuci menghidupkannya setelah Mira beri deterjen lalu ia beralih membersihkan kamar Xavier menunggu cuciannya selesai. Hampir tengah hari Mira selesai membersihkan seluruh apartemen itu, tidak lupa ia juga membuat masakan untuk makan siang Xavier, karena lelah Mira tertidur disofa yang berada diruang tv. Xavier masuk kedalam apartemennya saat waktu hampir sore ia baru saja pulang dari Sorum mobilnya mengecek semua pekerjaan karyawannya dan kembali ke apartemen lagi, saat memasuki apartemen itu Xavier bisa melihat apartemennya sudah bersih dari barang barang yang Xavier letakan dengan sembarangan. semenjak kepulangannya dari Jerman ia memang belum mencari asisten rumah tangga untuk membersihkan apartemennya ia mendekati Mira yang tertidur dengan mulut terbuka dan rambut tergerai sempurna, cantik batin Xavier memandang Mira yang tertidur nyenyak gadis mungil dihadapannya ini tidak sadar jika Xavier tengah memperhatikannya dari jarak dekat. Ia lalu beranjak dari sana membiarkan Mira tertidur. Mira terbangun mendengar suara sendok dan piring tergerak, ia mengerjabkan matanya saat melihat hari sudah mulai gelap, Mira memandang jam dinding menunjukkan hampir pukul enam sore, tampaknya rasa lelah membersihkan apartemen Xavier membuatnya tidur panjang, ia melihat kearah dapur Xavier tengah memakan makanan yang berada di meja makan, yang sudah Mira siapkan, ia berjalan mendekati Xavier lalu duduk dihadapannya, demi apapun pria dihadapannya seratus persen lebih tampan saat selesai mandi dan wangi seperti ini, Mira menggeleng geleng kan kepalanya di hadapan Xavier yang menatapnya dengan dahi berkerut. Xavier menepuk pipi Mira membuat Mira tersentak kaget. "Apa yang Mister lakuin, kenapa toh mukul mukul pipiku?" Ucap Mira waspada takut Xavier berbuat lebih menyentuhnya. "Saya kira kamu ngelindur jalan sampai kemari." "Jangan sentuh sentuh Mister kita hanya berdua di sini, dan ketiganya setan." Ucap Mira membuat Xavier memutar bola matanya. "Saya cuma mencoba menyadarkan mu jika kamu memiliki masalah gangguan tidur sambil berjalan!" Ucapnya jujur. "Mister ini ada ada aja." "Soalnya kamu duduk disitu sambil geleng geleng, ya saya kira kamu mimpi sambil berjalan." "Dah lah, Mister kenopo toh ndak bangunkan aku." Xavier memandang kearah Mira sambil mengunyah makanannya. "Kamu bisa gak ngomongnya Indonesia semua, saya kurang paham sebagian apa yang kamu ucapkan." "Kenapa saya gak dibangunkan Mister?" "Oh, saya juga tertidur saat pulang sore tadi, baru aja bangun dan mandi, jadi gak sempat membangunkan mu, saya kira malah kamu sudah pulang." "Kan Mister bisa bangunkan saya pas Mister pulang sore tadi." "Saya lihat kamu capek banget, jadi saya biarkan." "Lah dalah, gara gara Mister iki aku pulang malem." Xavier hanya memandang gadis itu tanpa berniat menjawab. "Mister!" panggil Mira saat melihat Xavier selesai dengan makanannya. "Hemm!" Jawab Xavier singkat. "Saya kapan pulangnya?" Xavier menautkan alisnya mendengar pertanyaan Mira. "Ya kamu kalau mau pulang ya pulang aja, gak usah tanyak saya, yang penting pekerjaan mu selesai." "Lah gitu toh, aku malah nungguin Mister nyuruh pulang, kalau tahu gitu dari tadi aku udah pulang Mister." "Ngapain kamu nungguin saya?" "Kali aja ada tugas yang lain." "Untuk sekarang belum ada!" "Yowes, aku tak mule yo Mister?" "Terserah kamu, saya gak ngerti." "Oh, iya, saya pulang Mister!" Ucap Mira sambil terkekeh berdiri hendak pergi. "Mira tunggu?" "Ada apa Mister?" "Kemari kan handphone mu?" Mira mengambil ponselnya dan memberikan kepada Xavier. Terlihat Xavier mengetik sesuatu di ponselnya. "Ini, simpan lah, ini password apartemen saya, supaya saya tidak terganggu dengan suara bel mu itu." Mira mengangguk senang ia juga tidak ingin menunggu berjam jam diluar hanya karena menunggu Xavier bangun dari tidurnya. Hari pertama kerjanya cukup menyenangkan semoga ia seterusnya bisa menikmati pekerjaan barunya batin Mira meninggalkan gedung apartemen tersebut setelah menelpon Rudi Ojol yang mengontrak disamping kontrakannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD