7.3DARA

1427 Words
Hari ini setelah Mira mendapatkan telepon dari Xavier pada malam hari pagi pagi sekali Mira sudah berada di apartemen tersebut melihat alamat yang cocok yang diberikan Xavier lalu menekan belnya. Lama sekali Mira menunggu di depan pintu membuatnya merasa salah mencari alamat karena tak kunjung ada jawaban. Ia mencoba memencet bel Apartemen kembali tapi tetap tak ada jawaban sudah hampir satu jam Mira berada disana tapi tidak ada jawaban juga dari Xavier bahkan telponnya saja tidak dijawab. Mira memutuskan untuk kembali pulang, saat ia baru beberapa langkah ia mendengar bunyi pintu terbuka, Mira melihat seorang pria tengah bertelanjang d**a membuka pintu tersebut lalu menatap Mira malas, Mira mendekatinya melihat Xavier tampak sekali baru bangun dari tidurnya. Xavier menguap tepat dihadapan wajah Mira membuat Mira merasa mual sambil menutup hidung nya. "Astaga nogo, Mister baru bangun?" Xavier bergerak melebarkan pintu apartemen tersebut lalu menyuruh Mira masuk. "Kenapa loe dateng sepagi ini sih?" Ucap Xavier membuat Mira mengerutkan dahinya. "Namanya kerja ya datang pagi dong Mister, jadi awak ku iku mesti datang jam berapa toh?" "Ya terserah loe yang penting jangan pagi begini gue masih mau tidur." "Mister baru bangun jam segini?" "Kenapa?" Tanya Xavier yang berjalan di hadapan Mira dengan bertelanjang d**a mendekati lemari es lalu mengambil air mineral didalamnya, menenggaknya hingga setengah botol. Xavier bersandar pada meja bar dekat dapur memandang kearah Mira yang menatapnya dengan susah bernafas bagaimana tidak Xavier hanya menggunakan kolor pendek dan tidak menggunakan baju membuat tubuh atasnya terlihat jelas. "Mister bisa ndak, itu bajunya di pakek dulu, moto ku iku radak sakit ndelok Mister seperti itu." Mira mengucapkan sambil bergerak gelisah berdiri cukup jauh dari Xavier. "Kamu bisa bahasa indonesia aja, gue gak ngerti kalau bahasa loe campur campur begitu!" Xavier berjalan mendekati Mira yang langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Iya Mister, maksud saya pakek bajunya Mister." "Kenapa? Bukannya para wanita suka melihat pria bertelanjang dadaa." Ucap Xavier lebih mendekati Mira lagi. Mira yang melihat ada tanda tanda bahaya langsung teringat ucapan Kinan jangan sampai kontak fisik jika keadaannya berdua. "Stop!" Mira reflek mengangkat tangannya membuat Xavier berhenti tepat didepan Mira yang memejamkan matanya. Saat ia membuka matanya wajah Xavier yang langsung memenuhi pandangannya karena pria itu tengah menatap Mira heran. "Loe kenapa?" "Mister, bisa gak jauhan sedikit, aku susah nafas iki loh." Xavier mundur beberapa langkah melihat Mira yang menghela nafasnya. "Gini ya Mister, selama tidak ada orang diantara kita berdua, saya mau kita harus menjaga jarak bila perlu jangan saling bersentuhan!" Ucap Mira menjelaskan. "Oke, lagian ngapain gue bersentuhan sama loe, kayak gak ada cewek lain aja." Mira menatap pria yang berlaku dihadapannya ini dengan kesal, mengapa yang ia ucapkan dari mulutnya selalu saja hal yang menyakitkan. "Yowes, awas yo nak Mister cari cari kesempatan pegang pegang saya, jauh jauh dengan jarak lima meter." Ucap Mira sambil teriak kepada Xavier yang berjalan menuju kamarnya. "Kok kedengerannya kamu yang mengatur saya." Ucap Xavier berhenti melangkah. "Bu .. bukan gitu, maksud saya itu cuma memberi tahu saja." Jawab Mira gugup, Xavier melanjutkan jalannya ia hanya ingin mandi lalu bersiap siap untuk melakukan pekerjaanya. "Siapkan sarapan untuk ku!" Ucap Xavier sebelum berlalu pergi. Mira menghela nafas berlalu ke arah dapur lalu membuka lemari es melihat apa yang bisa ia masak untuk bule tersebut tapi Mira mengerang kesal melihat isi lemari es tersebut, ia tak menemukan apapun disana dan menutupnya kembali ia melihat, membuka semua rak yang berada di pantry tapi tidak menemukan apapun selain bubuk kopi instan, air mineral dan minuman soda kaleng. Mira berjalan keluar sepertinya ia harus membeli sesuatu batinnya. *** Hari ini resto Satya tampak ramai pengunjung, Kinan tampak sibuk bersama chef lainnya ia sedang membantu chef Indra yang sedang sibuk menyiapkan makanan yang dipesan oleh tamu. "Kinan, bisa ambil kan saus tiram?" "Ya Chef." Kinan meraih saus yang memang berada jauh dari Chef Indra. Keduanya sibuk dengan pesanan pesanan yang datang tanpa henti terlihat sesekali Kinan dan Indra tertawa entah membicarakan apa disela kesibukannya. Satya masuk kedalam dapur mendekati keduanya. "Ada pesanan lagi?" Tanya Satya dari arah belakang Kinan dan Indra. "Oh, Chef Satya, banyak Chef." Ucap Kinan memberikan list dari tamu yang memesannya. Satya mengambilnya satu lembar dan mulai membuat menunya yang tertera disana. Kinan membantu keduanya sekedar info ada tiga Chef di Restoran ini selain Satya dan Indra ada juga Chef Nico mereka datang selalu bergantian tapi kalau Satya ia selalu stay di Restoran karena ia pemiliknya, tapi Satya tidak memiliki waktu yang tepat mengingat ia selalu berpergian dan sibuk untuk mengecek bahan makanan dan melihat cabang Restorannya di luar kota. Kinan memperhatikan pria manis itu dengan seksama, bukan hanya Satya yang memiliki paras rupawan tapi kedua temannya juga memiliki paras rupawan apalagi Chef Nico ia memiliki darah campuran tidak asli indonesia tapi entah kenapa Kinan malah jatuh hati pada Satya yang jelas jelas memiliki kekasih bernama Sarah. Mengingat Sarah ia menghela nafasnya, Satya begitu mencintai kekasihnya bagaimana bisa ia mengharapkan pria yang sudah mencintai wanita lain, Kinan terus melamun hingga tak sadar jika Indra memanggilnya sejak tadi. "Kinan, kamu melamun?" Tanya Indra sambil menyenggol tubuh Kinan. "Eh, ya Chef, ada apa?" Tanya Kinan saat kesadarannya kembali. "Kamu ini, aku bilang menu apalagi yang mau dimasak?" Kinan tampak gugup lalu mengambil daftar tunggu menu yang akan dipesan. "Ini Chef." Sambil menyodorkan menu tersebut ke hadapan Indra. "Oke, nih simpan lagi, tolong bisa kamu potong kan bahan bahannya?" Ucap Indra yang masih sibuk membersihkan wajan yang masih kotor bekas makanan yang ia masak barusan. "Kinan tolong ambilkan air?" Ucap Satya yang masih sibuk dengan perintah Indra lalu berjalan mengambil wadah mengisinya dengan air dan memberikan kepada pria manis tersebut. "Ini Chef." Sambil menyodorkan wadah berisi air tersebut. "Terimakasih Kinan." Ucap Satya saat menerima wadah tersebut. Kinan melanjutkan merajang bahan bahan yang Indra butuhkan. Begitulah setiap harinya pekerjaan Kinan, merasa lelah tentu tapi semua itu ia jalani dengan ikhlas apa lagi bekerja dengan pria yang kita sukai, tidak akan terasa lelah meskipun banyak pesanan. *** Naya baru saja keluar dari tempat syutingnya ia merasa lelah memilih mampir disalah satu Cafe yang tak jauh darinya berjalan kaki. Naya memesan segelas minuman cokelat dingin untuk menghilangkan rasa penatnya. Ia duduk sambil melihat ke arah luar memandang kesibukan kota Jakarta, masih dalam lamunannya ia di kejutkan oleh tarikan kecil pada baju yang ia gunakan, seketika Naya menoleh kesamping melihat apa yang terjadi. Senyuman gadis kecil siapa lagi kalau bukan Kayla terpampang jelas menyambut rasa penasaran Naya. "Tante!" Pekik gadis cantik itu langsung masuk kedalam pelukan Naya. "Loh, Kayla, kok bisa ada disini?" Tanya Naya bingung. "Kay, mau beli ice cream Tan, tuh." Tunjuk Naya kearah boks tempat ice cream membuat Naya mengangguk mengerti. "Terus kamu sama siapa Sayang, Bibi Minah mana?" Tanya Naya kepada Kayla yang terlihat sendiri. "Tadi disana tapi Kayla gak tahu lagi kemana." Tunjuk Kayla kearah sebuah kasir. Naya mengedarkan pandangannya tidak menemukan pengasuh Kayla tersebut. "Kenapa tidak ada?" Kayla hanya mengangkat bahunya acuh tidak perduli lalu duduk dihadapan Naya. "Tante, Tante mau gak jadi mommy nya Kayla?" Naya terkejut dengan pertanyaan itu ia langsung memusatkan pandangannya pada Kayla. "Kenapa Sayang? Kok gitu ngomongnya?" "Soalnya Kayla gak tahu mommy nya Kayla seperti apa, Kayla kan juga ingin punya mommy." Ucap gadis mungil tersebut sambil memohon kepada Naya. "Sayang, Tante tidak bisa!" Terlihat wajah Kayla berubah menjadi sedih mendengar ucapan Naya. "Tante, Kay selalu kesepian, teman teman Kayla selalu di jemput Mamanya tapi Kayla tidak, selalu Bibi Minah, kalau tidak pasti Grand Ma!" "Sayang jangan bersedih, masih banyak orang yang diluar sana tidak punya Mommy dan Daddy, Kayla hanya perlu bersyukur masih memiliki Daddy yang sayang sama Kayla!" Ucap Naya sambil mengelus puncak kepala gadis kecil dihadapannya. Dilain tempat pengasuh Kayla keluar Cafe, mengetuk pintu mobil yang berada didepan Cafe. "Ada apa?" "Tuan, Kayla tidak ada!" "Tidak ada maksudnya seperti apa?" "Tadi saya lagi mengantri untuk membayar, tapi saat saya berbalik dia tidak ada lagi dibelakang saya Tuan." Ucap wanita tua itu memegang cup ice cream sambil menunduk takut. Ankara keluar dari mobilnya menatap pengasuh putrinya lalu menghela nafasnya. "Apa sudah Mbak cari didalam Cafe?" "Belum Tuan!" "Ya sudah biar saya cari kedalam, Mbak disini saja." Ucap Ankara berlalu masuk kedalam Cafe tersebut, terlihat cukup ramai, ia mengedarkan pandangannya melihat ke seluruh sudut Cafe dan melihat Kayla tengah tertawa bersama seorang gadis berambut panjang yang juga sedang tersenyum padanya sambil mengelus puncak kepala Kayla Ankara menarik senyumnya merasa senang tapi ia merasa tak asing dengan wajah wanita yang berada dihadapan putrinya ia mencoba mengingat dimana melihat wanita tersebut tapi ia tak mengingatnya, ia berjalan mendekati putrinya. ________________________________ Ada yang nunggu cerita ini gak? jangan lupa tekan lovenya ya, makasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD