6.3DARA

1444 Words
Hampir pukul sembilan Kinan dan Mira pulang mereka sedang berada dijalan, kali ini Kinan yang mengambil alih kemudi dua gadis itu berjalan dengan kecepatan sedang, Mira yang duduk di boncengan tenang seperti bayi yang di jejali makanan alias tidak rewel tapi tidak lama suaranya mengalihkan fokus Kinan yang sedang nyetir. "Nan, kamu yakin toh aku terimo iku pekerjaan dari Bule gendeng?" "Udah loe diem aja, ntar kita bahas dirumah sama Naya juga, kalau dia ngasih ijin loe jalani aja pekerjaan dari bule itu, lumayan Mir, gajinya besar!" sambil teriak di balik tutup helmnya Kinan bicara dengan nada yang keras. "Kok aku ngerasa kue jual aku karo Bule iku sih Nan?" "Udah jangan ngomong aja, ntar kita bahas di rumah!" ucap Kinan melajukan motornya lebih kencang. "Nan aku gak kerungu kue ngomong opo?" "Udah gak usah banyak ngomong Mir, ntar aja bahas nya dirumah." ucap Kinan sambil membuka kaca penutup helmnya. "Apa, aku ora kerungu Nan!" ucap Mira lagi sambil menoleh ke arah Kinan membuat air liurnya muncrat ke wajah Kinan. "Buset dah, loe ngomong apa lagi kumur kumur sih, ludah loe muncrat semua." Kali ini Mira mendengarnya lalu memandang Kinan dengan wajah cemberut. "Kan kamu ngerti dewe, aku ngomong angine mabur mabur Nan, nang Rai ku, yo wes, muncrat koyok banyu pancuran." "Makannya gue bilang juga apa loe diem gak, udah tau lagi di jalan banyak angin tuh mulut kagak di tutup ngomel mulu, dah lah diem gue mau tancap gas biar cepet sampek rumah." ucap Kinan langsung melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi, Mira langsung mengeratkan pegangannya sambil komat kamit baca mantra, iya mantra di mudahkan jodoh, eh salah mantra diselamatkan sampai tujuan maksudnya. Tak lama mereka tiba di rumah kontrakan yang sudah mereka tinggalin hampir satu tahun lebih ini Kinan dan Mira memarkirkan kendaraannya didepan kontrakan saat Kinan sudah lebih dulu masuk Mira dikejutkan oleh suara seorang pria. "Baru pulang Neng?" sapa seseorang dari arah belakang Mira. "Eeh, iya setan eh setan!" ucap Mira tanpa sadar, ia berbalik melihat pria tersebut ternyata adalah Rudi pria muda yang tinggal disebelah kontrakan mereka bersama istrinya. "Eh, maaf Mas Rudi saya kaget tadi." "Gak apa neng, kok baru pulang Neng?" "Biasa la Mas kerja, lembur jadi pulang malam." "Oh gitu!" "Permisi Mas saya masuk dulu." ucap Mira sambil mengangguk sopan. Akibat insiden pengrebekan yang mereka lakukan Marni dan Rudi lebih ramah sering bertanya dan bersapa jika bertepatan mereka bertemu. Mira meninggalkan Rudi yang mungkin juga baru kembali dari pekerjaannya, sekedar info kalau Rudi ini supir ojol alias ojek online, ia juga baru pindah menetap di Jakarta bersama istrinya. Saat Mira masuk ia melihat Naya dan Kinan sudah duduk bersama memandang ke arahnya. "Lama banget loe, dari mana?" tanya Kinan. "Biasa tegur sapa sama tetangga," "Tetangga?" "Iya." "Siapa?" "Iku loh Nan, Mas Rudi seng tinggal di kontrakan sebelah." "Ohh," Kinan hanya ber oh ria. "Cepet kemari, kita bahas yang tadi!" "Bahas opo toh?" Kinan menarik Mira duduk diantara keduanya. "Bahas Bule lo itu." Mira mengangguk mengerti. "Gue udah jelasin semuanya sama Naya." "Terus gimana Nay, kamu setuju?" tanya Mira. "Tergantung!" "Kok gitu?" Mira menautkan alisnya tak mengerti. "Kira kira bule itu bisa di percaya atau gak, dengerin aku Mir, kita disini sendiri, apapun yang terjadi gak ada yang bakalan bantuin kita, kita harus pinter pinter jaga diri, aku sebenernya gak begitu setuju, soalnya berbahaya banget loe kerja ama dia." "Terus kita tolak aja deh ya." ucap Mira. "Jangan!" ucap Kinan cepat. "Nan, ini resikonya besar." Naya memandang kedua sahabatnya. "Kita kerja bagus bagus aja, meskipun hasilnya sedikit, seenggaknya kita aman." "Nay, ini kesempatan bagus Nay, kita bisa dapet uang lebih dari pekerjaan ini, lagian Mira kan bisa ngindari hal hal yang gak baik, dia kan udah dewasa!" ucap Kinan menatap Mira yang hanya memandang ke kanan dan Kiri saat Naya dan Kinan berbicara saling bergantian. "Sek sek sek, wes dengarkan aku, aku ambil kerjaan iki, tapi nak Bule gendeng iku macem macem, aku langsung berenti piye, cocok toh?" "Tapi Mir, aku takut kamu kenapa napa." "Sebulan, sebulan aja coba gimana?" Kinan masih membujuk keduanya. "Kenapa kamu ngebet banget sih Nan?" tanya Naya kepada Kinan. "Sayang Nay, dia siap kasih Mira berapa pun, kamu denger berapa pun!" "Ya udah terserah kamu aja, tapi aku mau kamu jaga diri jangan terlalu lugu, mengerti?" tunjuk Naya pada Mira yang mengangguk patuh. "Sekarang kita bahas apa aja yang boleh dan gak boleh kalian lakukan kalau berdua!!" "Opo toh?" "Intinya loe jangan kontak fisik kalau hanya berdua!" "Maksud kue ojo sentuhan nguno toh?" "Iya itu maksudnya Mir, selebihnya gak apa apa kayanya masih batas aman, kalau pun loe harus beres beres apartemennya ya gak apa apa, kan loe digaji untuk itu." Mira mengangguk mengerti. "Terus, masalah uang gaji loe, menurut loe berapa Nay kita minta sama Bule itu?" "Aku gak tahu Nan, berapa?" "kalau lima puluh juta gimana?" "Wah ojo toh Nan, iku pemerasan jenenge." ucap Mira tak terima. "Jangan lah Nan, kamu ini ada ada aja minta sampai segitu banyak." "Gini Nay, dia keliatan butuh banget sama pertolongan Mira, jadi apa salahnya kalau kita kasih harga tinggi." "Nan, jangan karena uang segitu banyak kamu jual temen kamu." ucap Naya mengingatkan. "Ya enggak lah Nay, aku gak serendah itu, apa salahnya dia bayar jasa yang setimpal." "Tapi jangan segitu aku gak setuju!" ucap Naya final. "Jadi berapa?" "Sepuluh juta dalam sebulan!!" ucap Naya tampak berpikir. "Tapi itu juga udah banyak banget!" tambah Naya lagi. "Enggak Nay, gue yakin bule ini kaya, tajir melintir, gimana kalau dua puluh juta, deal?" Naya memandang Kinan dan Mira keduanya menunggu jawaban Naya. "Oke, kita coba dalam sebulan, kalau dia pria yang sopan dan baik kamu boleh teruskan pekerjaan ini." "Deal?" tanya Kinan. "Deal!" balas Naya dan Mira bersamaan. "Tapi gue mau loe nanti bilang ama bule itu bayar di muka." ucap Kinan pada Mira. "Loh kok gitu toh?" "Jangan gitu lah Nan, kamu belom kerja udah minta duit." Naya ikut menambahi. "Bukan apa apa kita harus jaga jaga, kalau dia bohongin kita gimana, lagian uang segitu pasti gak ada apa apanya buat Bule kaya." "Terserah kalian, tapi jangan keterlaluan kamu ngerti kan maksud aku." Kinan mengangguk mendengar ucapan Naya. "Ya udah semoga berhasil." ketiganya berpelukan sambil tertawa bersama. *** Sesuai yang dikatakan Kinan, Xavier datang lebih awal ke restoran Satya ia duduk menunggu kedatangan Satya disana. Tidak berapa lama kedatangan Mira dan Kinan membuat pria bule tersebut berdiri menghampiri mereka. "Gimana? udah ada jawaban?" "Sabar dong Mister kenapa buru buru sekali." ucap Kinan "Saya cuma ingin memastikan kamu mau atau tidak?" tanya Xavier menatap ke arah Mira. "Iya lo Mister, saya setuju." "Ahh syukurlah, jadi berapa yang kamu minta?" "Bisa kita duduk dulu Mister?" ucap Kinan memandang kearah dudukan yang lebih sepi dari tamu yang datang. Mereka berjalan menuju meja itu Mira duduk disamping Kinan sedangkan Xavier berada di depan mereka. "Kita tunggu Chef Satya dulu ya?" "Kenapa harus nunggu Satya?" "Biar ada yang bertanggung jawab kalau Mister macem macem." "Macem macem gimana maksud kamu?" "Ya macem macemin temen Saya lah." "Dia bukan tipe saya, jadi kamu jangan takut." "Kita kan gak tau, soalnya buaya itu semua sama!" "Ya udah terserah kalian aja, yang jelas saya tidak seperti itu." Satya tiba tidak lama setelahnya dan ikut bergabung bersama mereka. "Gimana udah dipikirin mateng mateng?" tanya Satya pada kedua gadis dihadapannya. "Udah Chef, Mira mutusin mau ambil pekerjaan ini." "Oke kalau gitu sekarang, Mira kamu mulai bekerja bersama Xavier besok, kamu mengerti?" Mira hanya mengangguk saja ia hanya memperhatikan mereka bertiga tanpa bersuara sedikit pun. "Dan saya mau bilang kalau kami meminta pembayaran dimuka." ucap Kinan memberitahu. "Gak masalah, berapa yang kalian minta, mana nomor rekening kalian saya transfer sekarang." "Ini, kami mau dua puluh juta," Kinan menyodorkan ponselnya kepada Xavier. selang beberapa menit. "Oke, gak masalah, sudah terkirim." tunjuk Xavier pada layar ponselnya kearah Kinan dan Mira. "Mana nomor ponsel loe?" tanya Xavier pada Mira. Mira merogoh saku celananya lalu menunjukkan layar ponsel tersebut kepada Xavier "Ini Mister." ucap Mira menunjukkan sederet nomor yang tertera di ponselnya kepada Xavier, Xavier langsung memanggilnya untuk meninggalkan nomornya pada Mira. "Simpan nomor gue, besok gue hubungi loe, buat kasih tau alamat apartemen gue." Mira hanya mengangguk mengiyakan. "Sat, gue balik ya masih banyak pekerjaan," ucap Xavier sambil berdiri menepuk punggung Satya lalu pergi begitu saja. "Oke, hati hati." "Oh iya Chef, kami mau Chef sebagai penanggung jawab kalau kira kira Xavier macem macem sama temen saya." Kinan mengutarakan niatnya kepada Satya. "Kamu tenang saja Xavier bukan tipe pria nakal dia bisa dipercaya," "Oke, baiklah saya pegang omongan Chef," Kinan dan Mira pergi meninggalkan Satya, hari ini Mira akan bekerja seperti biasanya ia ingin menikmati hari terakhirnya bekerja selama ini. _____________________________ Jangan lupa Komen dan tekan love nya makasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD