20.3DARA

1268 Words
Naya mendekati Ankara yang tampak masih berbicara serius dengan Bella artis yang tengah naik daun tersebut. Naya menuntun Kayla dengan perlahan menuju ayahnya. Ia benar benar ingin cepat pergi dari sana dan bergabung bersama sahabatnya di rumah sakit. "Sayang, Tante pulang ya!" bujuk Naya saat mereka hampir mendekati Ankara. "Kok cepet banget?" bocah kecil itu memandang Naya yang jauh lebih tinggi darinya. "Enggak kok, kan memang Tante sudah waktunya pulang!" "Kayla boleh ikut Tante gak?" gadis kecil itu terlihat menatap Naya dengan raut memohon. "Nanti Daddy marah loh!" jawab Naya dengan membungkukkan tubuhnya kearah Kayla. "Aku bilang deh sama Daddy!" "Jangan!" potong Naya cepat. Naya menarik Kayla menjauhi ayahnya yang tengah memperhatikan mereka berdua. Naya berjongkok di hadapan gadis kecil tersebut membuat Kayla lebih muda memandang Naya. "Sayang, lain kali Tante janji deh kita jalan bareng ke taman bermain. Mau?" gadis kecil itu mengangguk antusias sambil tersenyum membuat matanya yang sifit yang ayahnya turunkan semangkin tidak terlihat. "Mau Tante, sekarang aja yuk?" ajaknya kepada Naya. "Gak bisa sayang. Tante sudah buru buru mau pulang jengukkin temen Tante yang sakit." Terlihat Kayla mengerucutkan bibirnya kearah Naya membuat Naya gemas dan mencomot bibir Kayla yang maju. "Tante gak sayang ya sama Kayla?" sambil memandang Naya dengan mata memelas. "Kok gitu nanyanya? Sayang dong. Tante sayang banget sama Kayla!" Naya menarik tubuh kecil itu kedalam pelukannya. Kayla langsung memeluk tubuh Naya dengan erat. "Tante Naya kenapa sih, Daddy gak mau jadiin Tante Naya Mommynya Kayla!" tanya Kayla polos. Naya menghembuskan nafasnya lelah, pertanyaan ini lagi yang Naya dapatkan membuatnya harus memutar otak. Kata kata apa yang cocok untuk memberikan pengertian pada anak yang belum genap berusia lima tahun ini. "Tante dan Daddy tidak saling kenal sayang!" ucap Naya bingung. "Kenalan dong. Apa susahnya sih!" jawab Kayla dengan wajah cemberut. Naya mengerjabkan matanya bingung Kayla benar benar anak yang pintar membuatnya sulit untuk mencari alasan. "Tante dan Daddy tidak cocok sayang!" Naya mengusap lembut rambut gadis itu yang terlihat sedang berpikir. "Daddy pasti jahatin Tante kan. Makannya tidak cocok, padahal Tante Naya kan cantik. Kenapa Daddy malah milih Tante genit!" Kayla mengusap lembut pipi Naya membuat Naya tersenyum lebar memandang gadis kecil yang selalu menyita perhatiannya karena kepintarannya. "Kamu ini masih kecil sudah tahu Tante genit!" Naya mencubit hidung kecil Kayla membuat mereka berdua tertawa bersama. Ankara selalu memperhatikan gerak gerik Naya dan putrinya dari kejauhan membuatnya tidak fokus berbicara pada wanita disampingnya. Naya dan putrinya terlihat sangat akrab. Tidak biasanya putrinya langsung menyukai orang asing menurut Ankara. "Kamu denger aku ngomong gak sih?" Bella berbicara sendiri tanpa ada jawaban membuatnya memandang tatapan Ankara kearah putrinya dan Naya yang masih tertawa lepas. "Mas Ankara?" panggil Bella kepada Ankara yang langsung menatapnya. "Eh sampai mana tadi?" Ankara menatap Bella yang tampak terlihat sebal karena di abaikan. "Mas kenapa liatin cewek itu? Naksir?" Bella melipat kedua tangannya di atas perut menatap Ankara tidak suka. Ia yang sudah lama mengincar produser tampan ini kenapa tidak pernah di tatap sedemikian rupa. Ternyata firasatnya benar, gadis kampungan itu ancaman untuknya. "Tidak, aku hanya takut Kayla terpengaruh dengan wanita itu!" Ankara tetap memperhatikan Naya dan putrinya diikuti Bella yang juga memandang kearah dua orang itu. "Itu benar sekali Mas, Mas harus mengambil langkah cepat, sebelum gadis kampung itu menghasut putri Mas yang tidak tidak!" Bella mencoba mempengaruhi Ankara yang tampak mulai terpengaruh. Naya dan Kayla tampak mendekati mereka berdua. Bella mengangkat dagunya tinggi tinggi sambil melipat kedua tangannya di atas perut. Lalu menatap Naya dengan tatapan tajam. "Maaf Pak, ini Kaylanya! Saya pamit pulang lebih dulu!" ucapnya yang hendak berlalu dari tempat tersebut karena merasa risih dengan tatapan Ankara yang tidak lepas menatapnya. "Pulang aja sana. Gak perlu pamit sama kita, Cari perhatian!" Bella menatap Naya sinis lalu menyuruhnya pergi dengan isyarat, ia menghedikkan dagunya mengusir Naya. Naya yang memang tidak ingin berada disana pun berlalu pergi meninggalkan Kayla putri kecil Ankara yang menatapnya sendu. Untung saja Naya sudah memberikan gadis kecil itu pengertian. Sehingga Naya tidak perlu repot repot membujuknya di hadapan ayahnya yang jelas tidak menyukai kedekatan Naya dan Kayla. *** Di lain tempat Mira dan Xavier tampak keluar dari ruangan Kinan karena Xavier meminta Mira untuk membeli sesuatu. Xavier sedikit haus sehingga membawa Mira keluar dari kamar inap tersebut. Hari mulai petang saat mereka memilih keluar. Mereka melewati lorong lorong rumah sakit sambil berjalan bersisian. Suasana rumah sakit tampak sepi membuat Xavier berjalan mendekati Mira yang tampak santai. Mira mengerutkan dahinya melihat Xavier mendekatinya. "Ngopo toh Mister deket deket karo aku?" Mira menatap Xavier dengan mata memicing kearah pria setengah bule itu. "Ngomong apa sih loe!" Xavier menatapnya dengan alis terangkat. "Jangan deket deket Mister!" ucapnya sambil menjauhkan tubuhnya. "Siapa yang mau deketin kamu!" Xavier memandang kesana kemari seperti orang yang tengah waspada. "Jauh jauh Mister jangan deket deket. Awas kalau Mister mencoba mencari kesempatan!" Mira menatap pria di sampingnya yang terus bergerak gelisah. "Kamu ini percaya diri sekali!" Xavier menatap Mira yang tampak berjalan meninggalkannya. Xavier mengejar Mira untuk mensejajarkan langkahnya. "Jangan tinggalin gue!" "Kenapa? Gak di tinggalin kok." Mira menatap Xavier sambil mengerutkan dahinya. "Jalannya jangan cepet cepet!" "Sek sek sek, Mister takut ya?" Mira berhenti berjalan memandang Xavier dengan mata menyipit. "Siapa yang takut! Biasa aja kali!" ucap Xavier sembari berlalu berjalan lebih dulu meninggalkan Mira yang melihatnya dengan heran. Xavier berjalan di depan Mira yang terus memperhatikan pria di hadapannya. Saat mereka berjalan melewati sebuah ruangan bunyi berderet suara pintu yang bergesek dengan lantai membuat Xavier terkejut dan berlari kearah Mira melewati gadis itu yang terperangah melihatnya. Xavier berlari kencang meninggalkan Mira yang benar benar terheran melihat Xavier meninggalkannya akibat takut membuat Mira tertawa menatap pria yang lari kocar kacir karena seorang perawat yang hendak keluar dari ruangan yang mereka lewati. "Ada apa Mbak?" perawat itu tampak heran melihat Mira tertawa sendiri. "Ndak apa apa Sus, iku loh temen aku larinya kenceng banget!" tunjuk Mira kearah Xavier yang sudah tidak terlihat lagi. "Hah, siapa temennya Mbak?" perawat tersebut tampak celingukkan melihat kearah yang Mira tunjukkan, tapi tidak ada siapapun membuat perawat tersebut heran dan mengangguk pergi meninggalkan Mira yang terlihat masih tertawa. Xavier menghela nafasnya kembali keruangan Kinan meninggalkan Mira yang tidak lagi terlihat. Ia memang menyusul Mira kerumah sakit ini saat pekerjaannya sudah selesai. Karena Satya berada disini ia juga ikut menjenguk Kinan sahabat Mira kekasih pura puranya. Mira kembali keruangan Kinan melihat pria setengah bule itu sedang duduk di depan ruangan Kinan membuat Mira geleng geleng kepala. "Mister!" panggil Mira membuat Xavier yang tampak sedang mengatur nafasnya terlonjak kaget dan menatap Mira dengan tajam. "Mister kenapa lari ninggalin aku?" Xavier mengusap keringatnya yang menetes akibat berlari kencang lalu menatap Mira sinis. "Oh, gue olahraga dikit!" jawab Xavier sambil bergerak salah tingkah. "Olahraga apa malam malam begini? Takut ya?" Mira menatap Xavier dengan mata memicing. "Enak aja, gue gak takut!" Mira terbahak menatap Xavier yang terlihat wajahnya memerah. "Ngaku ae lah Mister, wong Mister takut karena bunyi pintu kan?" "Sok tahu loe, emang tadi bunyi pintu?" "Ya iya lah, orang yang keluar tadi suster kok!" "Lah kamu ngapain masih disini?" tanya Xavier mencoba mengalihkan pembicaraan. "Ya manggil Mister lah, jadi gak iki mau nyari minuman?" "Ya jadilah! Sana!" usir Xavier kepada Mira. "Lah kok aku, Mister ndak ikut?" "Enggak, gue disini aja!" Xavier membenahi duduknya sambil melipat kedua tangannya di dadaa. "Jadi aku sendiri nih? Beneran ndak mau ikut?" "Enggak!" jawab Xavier cepat. "Ya udah aku keluar dulu deh, awas loh ada mayat berjalan nanti!" ucap Mira berlalu pergi sambil tertawa melihat Xavier terlihat masuk kedalam ruangan Kinan. Pria bule itu ternyata sangat penakut, salah satu kebiasaan yang Mira ketahui dari Xavier. _________________________ Maaf untuk typo dan yang lainnya Komen
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD