14.3DARA

1301 Words
Mobil Ankara menjauhi lokasi syuting tersebut, Naya hanya bisa terdiam dan menjawab seadanya pertanyaan dan celoteh dari gadis kecil yang duduk di tengah diantara Ankara dan Naya, Ankara sendiri sedang sibuk dengan ponselnya ia tidak merasa terganggu dengan apa yang di pertanyakan dengan putrinya sampai pada ucapan Kayla yang berbunyi. "Tante, Tante mau gak jadi Mommy nya Kayla?" Pertanyaan itu lagi yang terlontar dari mulut gadis cantik tersebut membuat Naya serba salah ingin menjawab apa, jika Kayla bertanya tanpa ada sopir, pengasuh dan paling parah daddynya mungkin Naya bisa menjawab apa saja, tapi ini Naya di buat bingung dengan pertanyaan anak kecil itu ingin bungkam pasti dia akan menuntut jawaban jadi Naya berpikir bertanya saja kembali. "Kenapa Kayla meminta seperti itu?" Naya tahu Ankara menyimak pembicaraan mereka dari gestur tubuhnya ia berhenti memainkan jari jarinya karena fokusnya yang terbagi. "Karena Kayla maunya Tante yang jadi Mommy Kayla." Kali ini Naya kembali dibuat bingung harus bertanya apa lagi. Naya mencoba mengalihkan pandangan Kayla dengan gerakan mata Naya untuk bertanya Ayahnya saja, beruntungnya ia mengerti tapi Naya malah dibuat mati kutu dengan pertanyaan Kayla kepada Ayahnya. "Daddy mau kan jadiin Tante Naya sebagai Mommy Kayla!!" Ingin rasanya Naya tepok jidat saja. Ia melihat kearah Ayah dan anak itu, Kayla menggoyang goyangkan tangan Ankara sembari bertanya. "Daddy jawab, mau kan?" Ankara hanya menatap putrinya tanpa menjawab, membuat Kayla terus memaksanya. "Kenapa mesti dia?" Tanya Ankara menyebutkan kata dia untuk Naya. "Namanya Tante Naya Daddy?" "Iya itu maksud Daddy." "Karena Kayla gak suka sama temen Daddy yang suka genit genit." Ucap Kayla membuat ketiga orang dewasa disana menahan senyumnya. "Kamu ini masih kecil, udah bicara genit genit siapa yang ajarin?" "Kan Daddy yang ajarin." Jawab Kayla lagi membuat yang lainnya menahan tawa. "Kapan Daddy ngajarin kamu seperti itu?" Tanya Ankara bingung pada putrinya. "Waktu Kayla tanya saat Daddy jawab telpon dari seseorang, Daddy jawab kalau itu dari Tante genit!" Jawab Kayla polos. Membuat orang orang yang berada di dalam mobil itu terkekeh tanpa bersuara termasuk Naya. "Kenapa kamu tertawa, ada yang lucu?" Tanya Ankara kepada Naya yang langsung terdiam. "Maaf Pak." "Daddy, Daddy belum jawab apa yang Kayla tanya?" "Apa lagi?" "Daddy mau kan jadiin Tante Naya sebagai Mommy Kayla?" Pertanyaan itu lagi, Naya kembali pusing ia melihat Ankara pria itu juga pasti pusing dengan pertanyaan putrinya. "Kayla sayang, nanti kalau sudah dirumah kita bahas ini lagi ya sekarang Kayla gak boleh ganggu Daddy, Daddy lagi kerja." Ucap Naya lembut membuat gadis itu tersenyum sambil mengangguk mengerti. Mereka tiba di rumah besar yang Naya pikir itu adalah rumah Ankara tapi ia salah itu adalah rumah orang tuanya. Naya turun dari mobil tersebut menggendong Kayla, beruntungnya gadis tersebut tertidur saat sudah hampir sampai, kalau tidak mungkin mereka akan bingung menjawab pertanyaan dari gadis kecil tersebut. Naya masuk kedalam mengikuti pengasuh yang menunjukkan dimana letak kamar Kayla, Naya meletakkan anak itu perlahan agar tidak terbangun dari tidurnya. Setelah melakukan itu ia berpamitan undur diri, saat menuruni tangga Naya berpaspasan dengan Ankara yang juga tengah memandangnya. "Bisa kita bicara sebentar." Tanya Ankara. Naya mengangguk "Boleh pak!" Naya mengikuti pria tersebut lalu mereka berhenti di bagian halaman belakang, rumah sebesar ini tampak sepi Naya juga tidak mengerti mengapa rumah sebesar ini tidak ada orang sama sekali. "Apa kau senang?" Ankara berbalik menatap Naya yang berjalan di belakangnya saat mereka tiba di halaman belakang. "Maksud Bapak?" "Kau sudah berhasil mendekati putriku, dan mencari posisi sebagai ibunya dengan wajah polos mu itu, bukan begitu?" Naya spontan terkejut ia tidak menyangka jika Ankara akan mengatakan hal itu. "Apa maksud Bapak?" "Jangan pura pura bodoh, kau sengaja melakukannya mendekati putriku, lalu mendekatiku untuk mencari kesempatan." Naya menatap tajam pria dihadapannya ini ia bahkan tidak pernah terlintas dipikirannya ingin menjadi ibu ataupun istri seorang Ankara, Naya mendengus sebal lalu memandang Ankara lekat lekat. "Ohh, begitukah?" Naya melipat kedua lengannya diatas perut menatap Produser tampan dihadapannya. "Tidak salah lagi, itu semua yang ada didalam pikiranmu." Jawab Ankara. "Aku memang gadis biasa, miskin, tidak punya apapun tapi aku masih cukup sadar dimana tempatku, dan aku bahkan tidak pernah bermimpi untuk menjadi Nyonya disini aku tidak selicik itu Tuan." Ucap Naya tersulut emosi. Ankara terkekeh menatap Naya membuat Naya merasa heran. "Kau pikir aku percaya, hanya karena tampilanmu biasa saja, kau bukan gadis seperti itu, hem. Yang benar saja, semua wanita yang mendekatiku semua sama saja, licik. Hanya menginginkan kekayaan semata." "Benarkah?" Tanya Naya tak yakin. "Ya, aku bisa membuktikannya dan itu kau salah satunya." "Kasihan sekali." Naya mengucapkannya sambil tertawa memandang pria dihadapannya ini. "Kenapa kau bicara seperti itu?" "Lihatlah, siapa yang tidak menyukaimu aku akui semua wanita mungkin mau dan sukarela datang padamu, tapi jika kau bicara bahwa tak ada wanita satupun yang datang tulus mencintaimu dan putrimu kau sungguh kasihan sekali." Ucap Naya sedikit menunjukkan raut prihatin, membuat Ankara mengepalkan tangannya, ternyata gadis dihadapannya ini selain licik juga pandai bersilat lidah. "Jaga ucapanmu." "Kenapa? Aku hanya mengatakan apa yang kau katakan!" Ucap Naya menaikkan alisnya menatap Ankara yang menatap nya tajam dengan rahang mengeras. "Sepertinya pembicaraan ini tidak penting bagiku, terimah kasih atas tumpangannya, saya pamit pulang!" Naya berjalan keluar meninggalkan Ankara yang terperangah menatap kepergiannya baru kali ini ada seorang gadis yang terang terangan tidak menyukainya. *** Kinan mampir disebuah Toko kue yang menyediakan berbagai jenis kue dan cake, ia memasuki Toko tersebut melihat lihat kue apa yang ingin ia beli, ia berniat mencari beberapa untuk ia bawa pulang mengisi lemari pendingin agar ada makanan yang bisa disantap saat bersantai ada banyak berbagai macam kue ia melihat muffin cokelat lalu mencari pelayan yang bisa membantunya membungkus untuknya beberapa cup. Saat Kinan melihat pelayan itu ia memanggilnya mendekat lalu menunjuk kue yang ia inginkan. "Tolong bungkus kan untuk saya yang ini ya." "Sekalian untuk saya juga." Ucap seseorang dari arah belakang Kinan, Kinan berbalik menemukan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda. "Mamanya Sarah kan?" Tanya Kinan mengingat wajah wanita di hadapannya. "Iya, kamuu, Oh iya Kamu Nak Kinan ya, yang kerja sebagai asistennya Satya." Kinan mengangguk mendengar ucapan wanita tersebut membuatnya merasa teringat pria itu, pria yang sudah mengusik hatinya. "Tante sendiri?" Tanya Kinan basa basi. "Iya, kebetulan lewat, jadi mampir, Sarah suka banget dengan muffin seperti ini." Kinan hanya mengangguk mengiyakan. "Kalau kita duduk dulu gimana, kamu masih ada waktu kan?" "Ehhm, terserah Tante saja saya bebas." Jawab Kinan cengengesan. Mereka memilih duduk di salah satu tempat yang memang sudah pihak Cafe yang membuatnya untuk mereka yang ingin menikmati Cake langsung berada disana. "Kamu mengenal Satya?" Tanya mama Sarah. "Tentu saja, bagaimana mungkin aku tidak mengenalnya, dia bos kami tidak mungkin kami tidak mengenalnya." Jawab Kinan sambil terkekeh. Mama Sarah ikut terkekeh memandangnya "Kamu ini ada ada saja, maksud tante kamu mengenal Satya itu seperti apa, apakah dia pria yang baik?" Kinan menatap wanita itu dengan pertanyaan yang berada di kepalanya ia merasa penasaran mengapa orang tua Sarah seperti tidak yakin. "Dia pria yang baik kok Tan, menurutku dia juga pria yang bertanggung jawab, memangnya ada apa Tan?" "Tidak, Tante hanya sedikit ragu, entahlah mungkin memang perasaan tante saja, karena Sarah masih terlalu muda untuk menikah." Ucapan yang keluar dari mulut orang tua Sarah seperti hantaman keras yang membentur tubuh Kinan apa semua ini benar jika Satya akan menikahi Sarah, apa kabar dengan hatinya, mengapa mendengar kabar yang belum pasti saja sudah sesakit ini, Kinan membuang wajahnya mengalihkan pandangannya ke arah kaca transparan yang berfungsi sebagai dinding Toko. Ia menghela nafasnya mencoba menguatkan hati. "Apa Sarah akan menikah Tante?" "Mereka sudah merencanakannya, Satya ingin segera meminang Sarah, mengingat umurnya yang sudah tidak lagi muda!" Ucap wanita paruh baya itu sambil tersenyum, Kinan menyambut senyuman itu dengan tersenyum kembali, tidak ada yang mengerti jika senyuman itu adalah senyuman masam yang menyakitkan. _________________________________ Author baik kan double up nih, jadi jangan lupa lovenya jangan hanya menjadi pembaca gelap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD