15.3DARA

2022 Words
Kinan kembali pulang dengan menenteng plastik berisi muffin cokelat. Ia masuk lalu terduduk di depan televisi melamun mengulang ucapan mama Sarah yang terngiang terus di kepalanya. Mira keluar dari kamarnya melihat Kinan terduduk diam, Mira menghampiri Kinan menepuk pundaknya membuat Kinan menoleh kearah Mira. "Ck, kenapa ngagetin aja sih loe?" "Bukan awak ku seng ngagetin kue, tapi kue seng melamun, hayoo kue melamuni opo?" Tampak Kinan menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Mira. "Kenapa bisa seribet ini sih hidup." "Karena kue ora cerita karo aku." "Husst, nyaut aja sih loe." "Lah memangnya kue ngomong karo sopo toh Nan, kalau gak karo awak ku iki." "Bising ahh, dah lah gue mau mandi, nih sumpelin mulut pakek ini, biar gak ngemeng aja." Sambil menyerahkan bungkusan yang ada didalam genggaman Kinan. Mira menerimanya dengan melongo sambil memandang Kinan yang berlalu kekamar. Mira membawa bungkusan tersebut ke dapur lalu meletakkannya di atas meja lalu duduk kembali didepan televisi sambil menonton acara televisi. Tak berapa lama Naya kembali dengan wajah yang sama muramnya hanya Mira yang merasa jika kedua sahabatnya memang dalam mode aneh. Hari semangkin malam tapi kedua sahabat Mira tidak ada yang kunjung keluar dari kamarnya membuat ia mengerutkan dahinya lalu beranjak masuk kekamar Kinan melihat gadis itu tengah rebahan menggunakan kaos pendek dan celana pendek. "Nan, kalian gak makan malam?" Kinan bangkit dari rebahannya lalu menatap Mira aneh. "Emang Naya gak keluar kamarnya?" "Enggak." "Kenapa?" Mira tampak mengangkat pundaknya tak peduli. "Ya udah ayok kita samperin dia di kamarnya." Mira mengangguk lalu berjalan keluar, kedua gadis itu mengetuk pintunya lalu masuk kedalam kamar Naya yang terlihat sedang membenahi barang barangnya. Kinan dan Mira mendekati gadis yang tengah sibuk mengepak barang bawakan yang mungkin akan ia bawa besok saat syuting. "Loe ada masalah Nay?" Kinan bertanya sambil memperhatikan Naya memasukkan barang barangnya. "Masalah, masalah apa?" Tanya Naya bingung memandang kedua sahabatnya. "Kenapa loe gak keluar kamar?" "Oh itu, gue lagi nyiapin ini, dan gue capek banget jadi ingin istirahat cepet aja, soalnya besok uda balik ke lokasi lagi." "Kamu jaga kesehatan dong Nay, jangan kerja terus, nanti sakit loh." Ucap Kinan sambil duduk di pinggir ranjang Naya. Naya menggunakan kamar sendiri sedangkan Mira dan Kinan mereka tidak bisa terpisahkan meskipun Kinan selalu ketus dan berantem saja dengan Mira tapi mereka benar benar sedekat itu, tidak bisa terpisahkan. "Bener iku Nay, kamu yo kudu jogo kesehatan toh Nay, ojo kerjo ae, kesehatan iku mahal Nay!" "Iya Mir, iya Nan, kalian itu emang sahabat dan saudara yang paling aku sayangi, sini peluk!" Naya merentangkan kedua tangannya, mengajak keduanya masuk kedalam pelukan Naya. Mira dan Kinan tersenyum lalu mereka berpelukan layak nya Teletubbies. "Apa pun yang terjadi tetaplah saling dukung, dan membantu! Cuma kalian yang aku miliki." Ucap Naya dalam pelukannya. "Kita juga sama Nay, kita berdua juga cuma punya kamu." Ucapan itu diakhiri dengan canda tawa sembari membantu Naya membereskan perlengkapannya. Lagi hari Kinan sudah sibuk berkutat didapur, Mira menghampiri Kinan yang sedang sibuk memasak untuk sarapan mereka semua. "Kamu bangun jam berapa toh Nan?" "Kenapa?" "Kok jam segini kamu udah masak!!" Mira duduk di meja makan memperhatikan Kinan yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya. Pasalnya saat ini masih menunjukkan pukul 06.00 pagi membuat Mira merasa heran. "Ya gak apa apa Kali Mir, kebetulan gue lagi rajin." "Kamu berangkat jam berapa toh Nan, masuk pagi yo?" "Gue niatnya cuti, udah lama gak istirahat dirumah!" "Kenapa? kamu capek Nan?" "Yah begitulah!" "Naya mana kok belum bangun?" "Gak tahu, sek yo tak panggilin." dijawab Kinan dengan tanda ok dari jari jari tangannya. Mira masuk kedalam kamar Naya yang ternyata sudah bersiap siap menenteng semua barang barangnya hendak keluar. "Kamu uda mau pergi Naya?" "Iya, soalnya takut gak keburu." Naya berjalan lebih dulu keluar kamarnya. "Tapi sarapan sek yo, nanti kamu pingsang gak ada kita disana Nay." "Iya Mira sayang, tenang aja aku bisa jaga diri kok, kalian gak usah risau!" Mira dan Naya mendekati Kinan yang sedang disibukkan oleh masakannya. "Udah siap nih, buruan sarapan." Ucap Kinan saat meletakkan tumis daging campur brokoli. "Loh kamu uda siap Nay, mau berangkat?" "Iya, soalnya jadwal syuting aku pagi." "Aku anterin ya?" Tawar Kinan sambil menatap Naya. "Emangnya kamu gak masuk kerja pagi ini?" "Enggak, aku masuk sorean, aku antar kamu ya, gak usah naik ojek." "Oke, kalau kamu lebih bisa ngantar, aku malah seneng." "Kamu pergi jam berapa Mir?" Tanya Naya sambil memakan makanannya. "Belom tahu nih?" "Kok belum tahu?" "Soalnya itu loh, aku mau di jemput." "Siapa yang jemput, bule loe itu?" Tanya Kinan penasaran. "Iyo lah, sopo meneh toh Nan!" "Loe pacaran beneran sama itu bule?" "Hah, ya ora toh kamu iku eneng eneng ae." "Ya kalau emang iya juga gak apa apa kok Mir." Jawab Naya menyahuti. "Tapi beneran enggak kok Nay, aku yo jauh toh karo tipe nya Mister." "Ya udah gak apa apa yang penting loe jaga diri." Ucap Naya membuat Mira menganggukkan kepalanya. "Emangnya kalian mau kemana kok mesti dijemput sama bule loe?" "Kami, kami mau kerumah orang tuanya." "Buseet dah, loe mau minta restu?" Tanya Kinan seketika heboh. "Yo ndak toh Nan, cuma iku loh, mau ngenalin aku karo orang tua nya!" Ucap Mira sambil senyum senyum. "Oh gitu, asal jangan baper aja, soalnya penyakit akut orang Indonesia itu Baper." Ucap Naya membuatnya dan Kinan terkekeh bersama sama. "Naya, kamu iku loh ada ada aja toh." Mira menanggapi dengan malu malu. "Tapi bener lo Mir, loe udah kayak mau minta restu orang tua." Kinan mengutarakan ucapannya lagi. "Asal loe jangan Baper kayak yang dibilangin Naya itu lo aman deh, secara lakik yang loe deketin juga lumayan, jadi gue juga gak bisa nyalahin loe kalau seandainya loe beneran suka ama dia, itu resiko loe." Tambah Kinan lagi membuat Mira termenung memikirkan ucapan sahabatnya hingga Kinan dan Naya pergi menuju lokasi syuting Naya. **** Hampir pukul 12.00 siang Mira dan Xavier baru pergi meluncur kerumah orang tuanya Mira menggunakan gaun merah muda yang tidak memiliki lengan ia menutupnya dengan jaket jins mengucir rambutnya membentuk ekor kuda, Xavier hanya memandangnya biasa saja karena tidak ada yang berubah dari Mira selain caranya ia berpakaian mereka memasuki kawasan perumahan Xavier menghentikan mobil ya di depan pagar bercat hitam bercampur emas sampai pintu pagar terbuka oleh satpam yang menjaga pintu rumah tersebut Xavier masuk kedalam berhenti tepat didepan garasi mobil pekarangan rumah tersebut. "Ini rumah orang tua gue, gue cuma mau bilang loe jangan bicara dengan bahasa loe yang gue gak ngerti paham?" Mira mengangguk paham sebisanya ia harus berbicara dengan bahasa Indonesia saja, tanpa ada campuran bahasa khas daerahnya. "Satu lagi, kalau gue pegang tangan loe, rangkul, cium pipi kening loe jangan kaget karena didalam kita bakalan acting jadi loe harus nurut, karena loe gue bayar disini." "Tapi Mister gak pakek cium cium iku gak iso opo?" "Kan udah gue bilang jangan ngomong pakek bahasa begitu gue gak ngerti." Mira mengerjabkan matanya sambil menutup mulutnya. "Maaf Mister keceplosan." Jawab Mira sambil cengengesan. "Udah ayok!" Ajak Xavier hendak membuka pintu. "Eh, Mister tunggu kan aku belom siap ngomong." "Apa lagi?" "Maksudnya itu loh, jangan cium cium bisa ndak?" "Kan gue bilang kalau, jadi belum tentu kejadian juga soalnya ini gue mengantisipasi loe supaya gak ketahuan Mami." "Oh gitu, oke Mister." Jawab Mira mengerti ia hanya berdoa semoga sekedar pegangan tangan saja ia tidak masalah asal jangan cium ciuman soalnya hatinya tidak bisa sekuat itu untuk tidak baper seperti yang Naya ucapkan tadi pagi. Mira berjalan mengikuti Xavier yang memegang tangannya. Mereka masuk saat asisten rumah tangga mami Xavier membukakan pintunya, Xavier berjalan lebih dalam lagi tanpa melepas genggaman tangan Mira, Mira hanya mengikuti kemana jalannya Xavier membawa dirinya hingga tiba di salah satu halaman belakang yang ternyata ada sebuah kolam renang yang cukup luas, maminya sedang duduk santai menikmati jus sambil membuka buku majalah di pangkuannya, sedangkan di kolam renang tersebut terlihat pria yang masih tampan jika dilihat dari wajahnya yang mulai terdapat kerutan. "Xavierr, kamu sudah tiba Sayang?" Pekik mami Xavier saat melihat kedatangan putra semata wayangnya. "Wahhh, calon menantuku, akhirnya Xavier membawamu juga kesini Sayang!" Mira menyambut pelukan mami Sinta saat mendekati Mira serta mencium pipi kiri dan pipi kanan Mira. "Kau tampak beda, tapi kenapa hanya pakaian mu saja, sekali sekali coba mewarnai alismu dan bibir merah mudamu ini, kau pasti terlihat cantik meskipun saat ini kau juga sudah tampak cantik, Mami tidak percaya anak Mami yang nakal itu bisa mendapatkan gadis seperti mu sungguh sungguh suatu penghargaan." Ucap mami Xavier panjang lebar membuat Xavier jengah lalu berbaring di kursi santai kolam renang. "Ada yang Papi lewatkan?" Tanya pria jangkung yang persis seperti duplikatnya Xavier tapi versi tua, pria yang baru saja mengenakan handuknya mendekati Mira dan juga mami Xavier. "Siapa ini Boy?" "Papi bisa bertanya padanya." "Kau ini, dasar anak nakal setidaknya perkenalkan ia dengan Papimu!!" Ucap mami Xavier sambil menjewer telinga putranya. "Mami auww, sakit Mi, bisa gak sih Mami gak pakai kekerasan, pantes saja Tuhan hanya memberi Xavier sebagai anak Mami." "Xavier, bicaramu keterlaluan, minta maaf pada Mamimu." Ucap ayah Xavier. "Tidak perlu honey, biarkan saja dia menjadi batu karena durhaka kepada ibunya." Ucap mami Xavier sambil membuang mukanya saat Xavier manatapnya. Membuat Xavier memutar bola matanya malas, Mira hanya menjadi pengamat keluarga kecil itu, ia bisa melihat kasih sayang yang di berikan orang tua Xavier kepadanya meski ia hanya anak satu satunya Mira tersenyum dalam diamnya ia sempat mengetahui orang tuanya tapi hanya sebentar hingga Tuhan memanggil keduanya, beda dengan Kinan yang tidak mengetahui apapun bagaimana wujud dan rupa orang tuanya. "Siapa namamu Nak?" suara itu membuat Mira kembali pada kesadarannya ia melihat pria yang tak lain adalah Ayah Xavier sedang memandang kearahnya sambil mengulurkan tangannya. "Ahh, maaf aku Mira Tuan." "Tuan? Kau ini ada ada saja kenapa memanggil Tuan, panggil saja Om, Papi juga boleh." Ucap pria tersebut mengutarakan pendapatnya. "Kalian sudah makan?" "Belum Mi." "Oke kalau begitu kita makan siang bersama, honey cepat ganti bajumu kita akan makan siang diluar saja bagaimana?" "Terserah kamu saja Sayang." Ucap papi Xavier berlalu meninggalkan mereka disana. "Oke kalau begitu kamu tunggu disini bersama anak nakal ini setelah itu kita makan siang di luar dan belanja, oke?" "Belanja apa Tante?" "Kok Tante lagi sih, Mami Mira Mami!" Tegas mami Xavier membenarkan ucapan Mira. "Iya Mi, mau belanja apa?" "Kamu lihat aja nanti Mami mau belanja apa, kita habis kan uang anak dan Papi ini oke?" Ucap mami Xavier membuat Xavier gerah hingga beranjak dari duduknya memilih masuk kedalam rumah. Setelah menunggu hampir setengah jam mereka pergi bersama dalam satu mobil, Mira dan Xavier memandu jalan sedangkan orang tua Xavier duduk di belakang sambil bermesraan, karena Mira sesekali melihat dari kaca menunjukkan keduanya yang masih terlihat mesra diusia tuanya, membuat Mira merasa iri, bisakah ia mendapatkan pria seperti itu, Mira menoleh kesamping melihat Xavier yang fokus menyetir tanpa sedikit pun menoleh kearahnya. Mereka tiba di salah satu restoran mewah yang mengusung tema Eropa terlihat khas makanan makanan luar negeri yang banyak bertengger di daftar menu, Mira merasa bingung harus memesan apa ia memutuskan untuk menyerahkannya kepada ibunda Xavier yang dengan senang hati memilihkan pesanan apa yang akan Mira makan. "Kamu harus makan banyak sayang, lihat tubuhmu begitu kecil!" Ucap mami Xavier sambil memperhatikan tubuh Mira seluruhnya. "Berapa umurmu?" Tanya papi Xavier yang juga merasa penasaran. "23 tahun om." Papi Xavier menganggukkan kepalanya. "Tapi kau terlihat seperti anak remaja." Ucap papi Xavier memandang kearah Mira yang tersenyum malu. "Maka dari itu kau harus makan banyak biar terlihat sexy, bagaimana Xavier akan betah menatapmu jika kau seperti gadis remaja belasan tahun." Xavier menatap Mira yang juga sedang memandang ke arahnya ia langsung menundukkan wajahnya merasa malu. Pesanan mereka tiba mereka makan sambil diselingi perbincangan yang membuat Mira tidak lagi merasa gugup dan kaku dihadapan kedua orang tua Xavier. Mira merasa mendapatkan kembali keluarga yang dulu hanya bisa ia bayangkan tapi ia mengingat lagi pada titik dimana ia dan Xavier hanya sedang memainkan sandiwara yang sewaktu waktu akan berakhir pada waktunya nanti. __________________________________ Makasih buat kamu yang uda ngikutin cerita ini author bakal double up hari ini kalau kalian suka dengan ceritanya bisa komen sedikit aja biar author tambah semangat lagi buat update oke. jangan lupa tekan lovenya ya itu wajib banget agar kalian gak kehilangan jejak salam sayang dari authorrr..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD