13.3DARA

2117 Words
Hari ini Naya sudah selesai melakukan syuting nya ia membersihkan diri di kamar mandi yang sudah disiapkan para kru dan ia berniat pulang pagi ini karena tubuhnya sangat letih, saat ia berjalan keluar ia bertemu wanita yang kemarin sempat di tabrak oleh Naya, Naya mengangguk sopan tanda menyapa wanita tersebut saat ia berjalan beberapa langkah wanita tersebut memanggilnya. "Tunggu." Wanita itu memutar tubuhnya dan berjalan mendekati Naya. "Loe ngapain disini? Bukannya loe disini tukang suruh suruh ya?" "Maaf Mbak, tapi saya juga ikut syuting di film ini." Terlihat wanita tersebut tampak terkejut. "Benarkah, gue kira loe itu cuma pekerja angkat angkat barang, mengingat kemarin kita jumpa loe banyak bawa barang." Ucap wanita itu menatap Naya dari atas hingga kebawah. "Loe tahu gue kan?" Naya memandang wanita tersebut, siapa yang tidak tahu wanita ini adalah Bella seorang Model terkenal dan seorang Artis, ia juga berperan sebagai Antagonis didalam film yang mereka bintangi bersama. "Tahu Mbak." Ucap Naya sambil menunduk, ia berusaha untuk tidak bermasalah dengan seseorang apalagi jika menyangkut pekerjaannya ia berusaha sebaik mungkin tapi nasib buruk tidak bisa dihindari, apalagi berurusan dengan wanita atau Artis dihadapannya ini. "Maaf Mbak, saya duluan ya?" "E..eh, yang nyuruh loe pergi siapa?" "Gak ada Mbak," "Loe, jadi figuran di film ini?" Tanya Bella menatap Naya dengan angkuh, dijawab anggukkan oleh Naya. "Hah, figuran aja belagu! Gue mau untuk nebus kesalahan loe yang nabrak gue, dan bikin handphone gue jatuh, setiap siap syuting loe bawain barang barang gue selama seminggu kedepan, gak ada penolakan loe ngerti?" "Saya gak ngerasa buat salah Mbak, jadi gak perlu nebus hal hal yang gak saya lakukan, kalau soal nabrak Mbak kemarin saya mohon maaf Mbak, kan ponselnya Mbak juga gak kenapa kenapa." Ucap Naya menolak keras apa yang diminta oleh Bella, meskipun ia tidak memiliki apapun, Naya tidak mau di injak injak seperti tidak punya harga diri. "Ohh, jadi loe nolak gitu, belagu banget sih loe jadi cewek, sok banget." Bella mengatakan sambil mendorong bahu Naya. "Maaf Mbak, kita disini sama sama kerja jadi saya mohon maaf jika saya punya salah, tapi Mbak juga gak bisa seenaknya memanfaatkan kelemahan seseorang hanya karena saya Artis figuran disini!" Bella mendengus sinis ia menatap Naya gadis dihadapannya, Bella akui gadis dihadapannya ini cantik dan mungkin jika ia bisa sering sering tampil dilayar kaca wajahnya sudah pasti menjual, mengingat itu Bella merasa tak suka ia menatap Naya tajam. "Oke, kalau loe gak mau, siap siap aja kalau loe besok angkat kaki dari projek ini!" Ucap Bella meninggalkan Naya yang terdiam kaku. Selama ini ia membatasi geraknya melakukan pekerjaan agar tidak bermasalah dengan orang lain yang bisa menghambat pekerjaannya tapi saat ini ia mendapat masalah membuatnya terduduk lemas di bangku yang berada tak jauh dari area syuting Naya menghela nafasnya mencoba tegar menghadapinya. Ia bingung harus melakukan apa jika benar yang dikatakan Bella tadi, ia akan membuat Naya berhenti bekerja, apa yang harus ia lakukan kemana ia harus meminta tolong, ia hanya seorang gadis yang tidak ingin di tindas dan merasakan pembullyan dan tidak mungkin juga ia harus merepotkan Keanu untuk masalah nya yang tidak seberapa ini. Naya menunduk lemah sambil menutup wajahnya ia terus berdoa agar Tuhan mau mendengar doanya hingga suara jeritan mengejutkannya membuat ia membuka wajahnya dari tangannya melihat seorang gadis kecil berlari ke arahnya. "Tantee!" Kayla tampak berlari mendekati Naya dan langsung masuk kedalam pelukan Naya terlihat dari jauh Ankara menatap Naya dengan raut yang tak bisa Naya artikan, Naya melepas pelukan gadis kecil itu menangkup wajah cantiknya lalu mencium kening dan kedua pipi Kayla berakhir di hidungnya yang membuat dua gadis beda usia tersebut tertawa bersama. "Kayla kok tahu tante ada disini?" Tanya Naya saat Kayla memilih duduk disampingnya. "Daddy tadi bilang mau ngecek pekerjaan, Kayla bilang aja kalau ingin ikut!" Tampak sekali gadis kecil dihadapannya ini masih menggunakan baju seragam lengkap. "Kok gak pulang dulu, ganti baju, entar bajunya kotor lo, besok kan sekolah lagi." Ucap Naya sambil membungkukkan tubuhnya mendekati gadis kecil tersebut. "Kay gak mau Tante, soalnya Daddy kalau pergi gak mau ngajakin Kayla, nanti Daddy malah ninggalin Kayla, Daddy gak sayang sama Kayla." Ucapnya sembari cemberut. "Kalau Daddy gak mau ajak bukan Daddy gak sayang, kan Daddy kerja bukan liburan." Ucap Naya sambil mengusap puncak kepala gadis kecil tersebut, terlihat dari arah depan pengasuh Kayla berjalan mendekati mereka. "Ayo Non, udah di tunggu Daddy." "Gak mau Bibi, Kayla masih mau disini sama Tante." "Jangan gitu dong Non, nanti Daddy marah loh." "Tapi Kayla masih mau disini, biarin aja Daddy pulang sendiri, Kayla nanti pulang sama Tante Naya!" "Gak bisa Sayang, kan Tante gak tahu rumah Kay dimana." Gadis kecil itu tampak berpikir. "Kan ada Bibi Minah, Tante tanya aja sama Bibi sekarang." Naya hanya menggelengkan kepalanya ia tidak habis pikir kenapa ia malah tidak bisa bicara didepan gadis kecil ini. "Ayo Non, Daddy marah nanti, Non Kayla gak kasian sama Bibi?" "Kenapa harus kasihan Bibi, kan Bibi tidak sakit." Jawabnya polos membuat Naya terkekeh. "Bukan sakit tapi nanti di marah Daddy, kan Bibi jadi sakit, sakit hati!" "Kenapa Daddy tega sekali, kan Bibi sudah baik jagain Kayla." Ucap Kay lagi. "Ya sudah ayo Non, kita pulang sekarang?" "Kayla tidak mau Bibi." Ucapnya mulai merengek. "Gimana kalau Tante antar kesana, mau ya?" "Tante ikut?" Ucapnya bertanya. "Tante gak ikut dong, kan Kayla mau pulang kerumah Kayla." "Tante ikut kerumah Kayla saja, nanti kita main main bersama Tante!" Rengeknya sambil menggoyang goyangkan tangan Naya yang menatap pengasuhnya dengan raut bertanya. "Ya udah ayo, Tante ikut." "Bener?" "Iya sayang!" Kayla langsung mengusap jejak air matanya, lalu menarik Naya berjalan ke arah Daddy nya. Yang tampak sedang berbicara dengan Bella Artis yang tadi berseteru dengan Naya. "Daddy, ayo kita pulang." Ucapnya sambil menarik tangan Ankara. "Bentar ya." Ankara berbicara pada Bella lalu menatap Naya yang juga sedang memandang ke arah nya. Bella sendiri menatap dengan raut jijik, seolah Naya adalah kotoran yang mesti disingkirkan. "Makasih Bella, nanti akan aku pikirkan lagi." "Harus, jangan sampai enggak ya, aku tunggu." Ucap Bella sambil menepuk lengan Ankara. Bella memandang ke arah Naya sambil tersenyum mengejek, "Daddy, Tante Naya ikut boleh kan?" "Kenapa dia harus ikut?" Tanya Ankara datar. "Kay mau bermain bersama Tante Naya Daddy." "Main bersama Bibi Minah saja." Jawab Ankara. "Gak mau!" Gadis itu mulai berkaca kaca membuat Naya merasa tak enak, Ankara memijit pelipisnya merasa bingung, Bella memandang dengan raut heran, mengapa gadis sialan dihadapannya bisa dekat dengan putri Produser mereka, membuat Bella merasa semangkin tidak menyukai Naya. Ankara memandang ke arah Naya yang langsung menundukkan wajahnya. "Kau, apa kau sudah selesai syuting?" Tanya Ankara kepada Naya, yang dijawab dengan anggukan kepala. "Masuklah, ikut dengan kami." Ucap Ankara akhirnya membuat Bella terperangah tak percaya jika gadis sialan ini sudah lebih maju selangkah di depannya. Naya yang mendengar ucapan itu berniat duduk dibagian depan tapi bibi Minah menghalanginya dan menyuruh Naya duduk di belakang bersama Kayla dan Ankara, Naya langsung gugup total tapi menuruti ucapan bibi Minah yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil, Naya duduk di samping Kayla sedangkan Ankara di sebelah Kayla yang lain menempatkan gadis kecil itu di antara keduanya. *** Acara belanja yang dilakukan Mira dan Xavier mereka akhiri dengan makan disalah satu Resto makanan Jepang, saat keluar dari Resto tersebut Mira dan Xavier dikejutkan suara dari arah belakang mereka saat ingin masuk kedalam mobil. "Kalian makan disini tidak ngabarin Mami?" Suara itu membuat Xavier menoleh memandang ke arah suara yang terdengar familiar. "Mami." Xavier melihat maminya berdiri di belakang nya memandang sambil merengut. "Kenapa tidak ajak Mami dan Papi sih, kita kan bisa makan bersama!" Ucap mami Xavier. "Maaf Mi, kami juga kebetulan lewat sini jadi mampir." Ucap Xavier sambil menggaruk kepalanya. "Bagaimana kabarmu Mira?" Tanya mami Xavier sambil merangkul Mira. "Baik Tante!" "Ck, kenapa panggil Tante sih, panggil Mami aja." "Hah, i .. Ya Mam." "Xavier kenapa kamu belom juga bawa Mira kerumah Mami?" "Oh itu, Xavier belom sempat Mi!" "Kamu ini kan selalu seperti itu, pulang dari Jerman juga mampir dirumah Mami cuma sehari dua hari, setelah itu Mami ngerasa gak punya anak." Jawab mami Xavier sambil berengut sebal. "Oke terserah Mami aja mau gimana." "Mami mau kamu bawa Mira besok kerumah, Papi juga bakalan seneng kamu bawa Mira kerumah." "Iya, besok Xavier bakalan kerumah, lagian Mami kok bisa ada disini sih?" "Mami baru aja selesai arisan, oke Mami pegang janji kamu besok." "Oke!" Jawab Xavier mantab. "Oh iya sekali sekali kamu bisa gak beliin Mira baju yang cantik, lihat masak iya penampilan calon menantu Mami seperti ini!" Ucap mami Xavier sambil menggoyang Mira ke kanan dan ke kiri. "Mama ini apa apaan sih, ya biarkan Mira berpakaian sesuai seleranya." Mami Xavier geleng geleng kepala. "Gak seperti itu dong masak iya sih selera menantu Mami seperti ini, kamu cantik lo sayang." Ucap mami Xavier sambil menjawil dagu mungil Mira. "Kamu juga jadi pria itu harus pengertian dong, mentang mentang kekasihnya gak matre kamu gak mau pengertian." Ucap maminya memandang putra semata wayangnya yang hanya memandang kearah dua wanita beda generasi tersebut. Mira yang tidak tahu harus merespon seperti apa ia hanya diam membisu menjawab apa yang bisa ia jawab saja takut malah membuat mami Xavier curiga jika mereka bukanlah pasangan kekasih. "Mami kok gitu sih ngomongnya, namanya juga kita baru ketemu sekian lama Xavier di Jerman." Elak Xavier kepada ibunya. "Kamu ini ngeles aja tahu nya, ya udah Mami mau pulang dulu, kamu anterin Mira baik baik, inget Mami maunya punya cucu kalau sudah menikah, tapi kalau sudah terlanjur terjadi dan kalian belum menikah ya boleh juga sih Mami pikirin lagi nanti." Xavier hanya memutar bola matanya malas, mami dan papinya sama saja gila cucu, kalau memang ingin rumah ramai kenapa hanya memiliki anak satu batin Xavier tanpa mengutarakannya. "Mira sayang Mami pulang dulu ya, besok kita harus berbelanja untuk mu lihat lah pakaian ini, aduh kamu kok bisa pakai baju seperti ini, kamu itu terlalu simple sayang untuk anak Mami yang wow!" Mira hanya cengengesan tak jelas bagaimana ia bisa memiliki baju yang layak, ia dan sahabatnya bisa bertahan hidup fi kota Jakarta tanpa bertahan dari bantuan orang lain saja sudah bersyukur sekali, Mira tersenyum canggung lalu mengangguk mengiyakan ucapan ibu Xavier. Wanita paruh baya itu berlalu masuk kedalam mobil yang disupiri oleh supir pribadi yang menunggu tak jauh dari mereka bertiga. Xavier dan Mira melanjutkan perjalanan mereka, Mira masih terdiam tidak berbicara, ia masih memikirkan kebaikan ibu Xavier, ia merasa sangat berdosa harus membohongi mami Xavier yang baik dan lembut padanya. Mira menoleh memandang dari jarak samping, pria di sampingnya ini memang sesempurna itu secara tampilan nyaris tanpa cela, tapi Mira ia melihat penampilannya yang hanya menggunakan jins dan kaos biasa serta rambut yang hanya di kuncir kuda, Mira menghela nafasnya, bagaimana bisa orang orang percaya jika ia berpacaran dengan pria tampan disampingnya. Mira memandang Xavier kembali melihat betapa mancungnya hidung pria disampingnya dari samping, Mira menghela nafasnya kenapa ia malah mengagumi Xavier apa ia ingin berakhir mengenaskan mencintai orang yang tak mencintainya, bahkan membayangkannya saja tidak mungkin. "Kenapa?" Suara Xavier membuat Mira yang melamun langsung tersadar dari lamunannya. "Hah, kenapa Mister?" "Kenapa loe liatin gue aja?" "Oh itu anu Mister, opo yo?" Mira mencoba mencari cari apa alasan ia memandang Xavier. "Gue tahu kok kalau gue ganteng, jadi gak usah cari cari alasan lain." Jawab Xavier percaya diri, ya memang Mira akui ia memang ganteng jadi Mira tak berniat menyangkalnya hanya tersenyum kikuk lalu membuang wajahnya memandang arah kaca pintu. "Oh iya, Gue cuma mau bilang, loe bisa gak perbaiki penampilan loe, maaf ni ya, tapi loe emang gak masuk tipe gue banget jadi orang orang mungkin gak bakalan percaya, setelah gue pikir pikir omongan Mami emang ada bener nya." Ujar Xavier membuat Mira mengangguk, entah mengapa ucapan Xavier terasa sakit ia mendengarnya apa ia merasa tersinggung Xavier mengucap kan hal itu, tapi jika dilihat penampilan Mira memang terlalu biasa untuk ukuran Xavier yang seperti Model International. "Loe mau mampir lagi ke Apartemen gue atau langsung balik ke rumah loe?" "Kalau langsung balik, belanjaan di belakang gimana Mister?" "Ya gak gimana gimana, biarin aja disitu, loe bisa urus itu besok! Dan gue mau pas kerumah Mami loe perbaiki penampilan loe, ngerti kan?" "Perbaiki seperti opo toh Mister aku ora ngerti." "Aku juga gak ngerti kamu ngomong apa!" Jawab Xavier sambil menatap Mira lekat. "Oh itu, maaf Mister saya kelepasan." "Intinya terserah loe deh mau gimana, tapi bisa gak loe pakek dress, gaun atau hal hal yang feminim layaknya cewek, bukan begini." Tunjuk Xavier pada pakaian Mira. "Iya Mister, saya permisi." Ucap Mira seraya keluar dari mobil karena mereka telah tiba di kontrakan Mira beberapa menit lalu. Xavier melajukan mobilnya meninggalkan Mira yang hanya bisa menghela nafasnya terlalu ribet berurusan dengan orang orang kelas atas penampilan saja di pusingkan batin Mira. ___________________________________ Jangan lupa tekan love nya makasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD