18.3DARA

1461 Words
Dua gadis tersebut terlalu lelah menunggu membuat Mira dan Naya tertidur dipinggir ranjang dengan kepala bersandar diranjang yang Kinan tempati, Kinan mengerjabkan matanya saat mulai sadar, ia melihat Naya dan Mira tertidur disampingnya membuatnya merasa cukup bahagia meskipun ia tidak memiliki keluarga tapi ia masih memiliki Naya dan Mira yang tulus mencintainya, saat Kinan bergerak mengangkat tangannya Mira merasakan hal itu langsung terbangun melihat sahabatnya telah siuman membuatnya langsung memeluk Kinan. "Kamu gak kenapa kenapa toh Nan, aku takut Nan!" "Gue gak apa apa kok, loe tenang aja." Ucap Kinan seperti biasa seolah olah tidak terjadi apapun. Naya yang merasakan pergerakan itu turut bangun melihat Kinan sudah siuman, keduanya saling berpelukan. "Kamu kerja hati hati dong Nan." "Udah hati hati, tapi emang dasar nasib mau gimana lagi?" Ucap Kinan membuat Naya merengut menatap sahabatnya. "Kalian sama siapa kemari?" "Astaga lupa!" Naya melirik jam tangannya mengingat tadi Ankara mengikutinya sampai ke ruangan Kinan ia keluar mencari sosok pria tersebut tapi tidak menemukan siapa pun, mungkin ketiga pria tadi sudah pergi meninggal kan mereka, untuk apa Naya merasa mereka akan tetap berada disini sementara mereka bukanlah siapa siapa diantara mereka semua. Naya kembali masuk melihat Kinan dan Mira yang sedang tertawa bersama. "Kita gak perlu panggil dokter?" tanya Naya kepada kedua gadis tersebut. "Gak ngerti Nay, menurutmu piye toh?" "Menurut aku ya panggil dong, karena setelah siuman kan harus periksa lagi memastikan kondisi pasien!" Mira mengangguk mengerti "Yo wes toh pencet tombol dokter iki?" Tunjuk Mira pada dinding yang terdapat tombol tersebut. "Iya itu." Ucap Naya sambil mengangguk, saat ketiganya asik berbincang bincang setelah kepergian dokter yang mengatakan bahwa Kinan baik baik saja hanya karena dingin dan mengigil membuat nya pingsan serta mengakibatkan flu. Pintu terbuka menunjukkan Satya masuk kedalam, pria manis itu tengah membawa bungkusan yang Mira dan Naya perhatikan berisi makanan. "Kalian sudah makan malam?" Tanya Satya sambil meletakkan bungkusan tersebut dihadapan Mira dan Naya. "Terimakasih Chef!" "Tidak apa apa ini bentuk dari kesalahan saya karena telah teledor membiarkan fasilitas yang seharusnya tidak layak dipergunakan lagi, mungkin ini adalah teguran." Ucap Satya tulus. "Apa pria yang ikut bersamaku masih diluar?" Tanya Naya pada Satya. "Masih, mereka masih diluar, kami merasa perlu menjaga kalian karena tidak memiliki wali!" Ucap Satya sambil tersenyum. Ucapan Satya membuat Mira dan Naya langsung keluar menemui pria yang berada diluar kamar inap tersebut. "Mas bisa tunggu disini sebentar, kami mau keluar dulu liat mereka," ucap Naya kepada Satya yang mengangguk kepadanya. Naya keluar diikuti Mira yang juga mengekori dibelakangnya, mereka memang melihat Ankara dan Xavier tengah berbincang bincang di tempat yang tak jauh dari mereka, keduanya berjalan mendekati pria tersebut. "Apa masih ada yang sakit?" Tanya Satya kepada Kinan yang dibalas gelengan lemah gadis tersebut. Kinan bingung dengan nasib yang tengah mempermainkannya ia baru saja berjanji untuk menjauhi pria dihadapannya tapi mengapa malah terjadi seperti ini, membuatnya mangkin sulit untuk menjauh, apalagi jika ia mengingat apa yang mereka lakukan di dalam ruangan pendingin ini membuatnya tidak bisa memantapkan hatinya. "Aku tidak apa apa Chef, sebaiknya Chef pulang ini sudah semangkin malam, Chef harus membuka Restoran lagi." "Tidak apa apa masih ada Indra dan Nico." "Tapi Chef ..." "Sudahlah jangan membantah!" Kinan hanya merasa tidak enak jika Satya terus berada disini. "Kamu mau makan sesuatu?" Tanya Satya kepada Kinan. Kinan hanya menggeleng tanda tak ingin. Tapi bukan Satya namanya jika tidak bisa membujuk Kinan. "Makan lah biar saya suapin." Kinan merasa sedang tak ingin pun menolaknya. "Ayolah," "Mulutku masih terasa pahit." "Sedikit saja, oke?" Kinan mengangguk mengiyakan biarlah kali ini ia bisa merasakan bagaiman diperhatikan oleh orang yang ia cintai. "Kapan pertunangan Chef diadakan?" Tanya Kinan membuat Satya mengerutkan dahinya tak mengerti. "Pertunangan apa yang kau maksud?" "Pertunangan Chef dengan Sarah." "Darimana kau mendengarnya?" "Dari Mamanya Sarah siapa lagi?" Satya merasa heran karena ia belum benar benar membicarakan hal serius ini. Ia bahkan belum mengatakan iya untuk pertunangan ini. "Aku belum memikirkannya, sudahlah gak perlu dibahas kamu fokus jaga kesehatanmu sendiri, jangan macam macam dengan pekerjaan. Aku memberimu cuti untuk beberapa hal jadi manfaat kan cutimu oke?" Kinan mengangguk mendengar ucapan pria dihadapannya. Dilain tempat Naya mendekati Ankara yang sedang asik duduk bersama sambil berbincang bincang. "Kenapa Bapak belum juga pulang?" Tanya Naya seketika membuat Ankara memandang kearahnya. "Ada apa? Kenapa kau mempermasalahkannya?" Ucap Ankara menantang gadis cantik di hadapannya. "Pak saya hanya mengingatkan ini sudah malam, masak iya Bapak gak balik, besok Bapak harus bekerja lagi?" "Bisa saya atur,kamu gak usah khawatir." "Tapi saya yang gak enak Pak." "Tidak apa apa." "Tapi kalau Kayla mencari Bapak gimana? Kasihan kan soalnya dia hanya bersama bibi Minah dirumah itu." "Kamu ini kalau ngomong merasa paling bener saja." "Lalu, kan emang bener tidak ada siapapun disana, aku saja bisa melihat. Apa yang salah dengan itu?" "Sudah lah, terserah kau saja." Ankara berlalu meninggalkan Naya yang masih memandang ke arahnya, Naya hanya menghembuskan nafasnya lalu berlalu masuk kembali kekamar inap Kinan berniat menemaninya. Mira masih duduk bersama Xavier pria itu juga berniat kembali pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00 malam membuat Xavier harus angkat kaki dari sana. "Mister ndak apa apa kan pulang sendiri?" "Memangnya kenapa kalau gue pulang sendiri?" "Ya siapa tau toh, ada orang jahat yang mau jahatin Mister!" "Itu karena kamu doanya seperti itu, ya gue jadi seperti itu lah." "Mister iki ya gak gitu juga toh, la wong aku cuma ngomong, siapa tahu ngono loh." "Ya udah terserah kamu aja, oh iya gue gak mau kalau loe besok gak masuk, ngerti, soalnya nya jangan jadikan temen loe itu jadi alasan loe gak bisa datang." Mira hanya menghela nafasnya, baru juga ia ingin mengatakan bahwa ingin meminta ijin libur sehari untuk mengurus Kinan saat sakit. "Memangnya kalau saya libur besok ndak boleh Mister?" "Enggak boleh!" "Kenopo toh Mister?" "Soalnya Apartemen gue udah kaya kapal pecah lo ngerti gak sih?" "Lagian ya punya Apartemen kenapa gak diberesin aja sih sendiri!" "Gak bisa!" "Kenapa?" "Ya kan gue uda sewa pembantu buat urusin Apartemen gue, kenapa malah gue yang loe suruh beres beres, enak aja." "Lah wong sehari ini lo Mister, manja banget, hem." Ucap Mira sambil komat kamit mulutnya bergerak lucu yang tak luput dari pandangan Xavier membuatnya merasa ingin menikmati bibir mungil tersebut. "Ya udah deh Mister aku mau ke dalem lagi, terserah Mister deh mau gimana mau nunggu disini sampek pagi atau pulang." Ucap Mira seperti nada ancaman bagi Xavier yang langsung bangkit mencebikkan bibirnya. "Okey, gue balik dulu inget loe harus datang besok ngerti?" Mira hanya mengangguk mengiyakan ucapan Xavier. "Oke, aku usahain tapi gak janji, soalnya Naya pasti gak bakal libur, ia udah terikat kontrak, jadi pastinya gak akan libur besok, dan Kinan gak ada yang jagain Mister." "Terserah kamu cemana baiknya." Xavier berdiri hendak pergi pulang. "Saya cuma mau kabar loe dateng ke Apartemen gue, oke!" tambahnya lagi Pria setengah bule itu berlalu meninggalkan Mira yang masih terdiam menatap kepergian Xavier yang meninggalkannya begitu saja. Mira berjalan masuk kedalam kamar inap itu melihat Satya dan Naya asik berbincang bincang sedangkan Kinan sedang duduk bersandar di tempatnya sambil memakan buah yang sempat Naya kupaskan sambil menonton tv dari tempatnya. Satya dan Naya memandang kearah Mira yang masuk kedalam kamar tersebut, Mira berjalan mendekati Kinan, dan duduk disampingnya. "Gue boleh nanya sesuatu gak?" Tanya Kinan saat melihat Mira berjalan mendekatinya. "Apa?" "Loe abis dapet lotre?" Ucapan Kinan yang cukup kuat di dalam ruangan itu membuat semua orang yang berada disana mendengarnya ikut melihat menyimak pembicaraan itu. "Maksudte opo to Nan?" "Sejak kapan loe penampilan kaya begini?" Ucap Kinan menyentuh baju yang Mira kenakan. "Ohh, ini pemberian Maminya Xavier." Kinan mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti. "Berarti restu sudah didapat lo ya?" "Kinan apaan sih ngomongnya." Ucap Mira merasa malu memandang kearah Naya dan Satya yang juga menyimak pembicaraan itu. "Ya kan gue gak salah loh, kan emang beneran begitu kan, loe dan Xavier itu uda dapet restu tinggal melangkah kejenjang yang serius." "Ya gak mungkin lah Nan, Xavier iku gak mau karo aku seng kampungan iki lo." Ucap Mira mengutarakan pendapatnya. "Yah udah terserah loe aja kalau gak mau jadi istri pria bule, kan lumayan memperbaiki keturunan." Kinan yang mulai pulih kembali seperti Kinan yang dulu yang selalu ketus saat berbicara. "Ya kan perjanjiannya aku iki jangan sampek baper toh." "Ya kan itu terserah loe nya mau baper apa kagak, itu mah bebas, lagian baper juga gak bisa loe atur atur, bisa jadi saat ini loe udah baper." Jawab Kinan membuat Mira menjadi terdiam memikirkan ucapan sahabatnya itu. mungkinkah ia memang sudah masuk kedalam zona baper yang Kinan katakan, entahlah yang pasti Mira mulai menyukai Xavier yang ternyata sejauh ini adalah pria yang sopan batinnya. ____________________________________ Terimakasih uda mau baca cerita aku kita akan lanjut lagi cerita ini sesuai jadwal yang nanti bakalan aku tentuin ya jadi kalian mohon bersabar okay salam sayang dari aku penulis receh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD