17.3DARA

2104 Words
Mira duduk dengan tenang saat rambutnya sedang di cuci oleh karyawan salon, ia baru kali ini menikmati bagaiman caranya menikmati hidup, ternyata seperti ini lah gaya hidup orang berkelas belanja, nongkrong, nyalon, menghabis habiskan uang yang tidak akan pernah habis tanpa pernah tahu kalau masih banyak anak anak atau orang yang tidak mampu yang membutuhkan bantuan mereka dari pada menghambur hamburkan uang yang mereka gunakan untuk kesenangan pribadi, Mira menghela nafasnya merasa bosan dengan tahapan salon yang ia minta pasalnya ia hanya meminta maminya Xavier untuk mencuci rambut saja, untuk mencuci rambut saja memakan waktu satu jam lebih apalagi untuk hal yang lainnya Mira tidak bisa membayangkan hal itu, ia melihat Xavier yang sejak tadi hanya sibuk dengan ponsel yang ada di genggamannya, ia merasa kasihan pada pria tersebut jelas saja Xavier pasti merasa bosan menunggu hingga satu harian menemani Mira dan maminya. Selang setengah jam Mira sudah selesai dengan wajah yang lebih fresh apalagi permintaan mami Xavier kepada pihak salon untuk merapikan alis dan bulu mata Mira tanpa make up pun Mira sudah cantik sempurna membuat semua mata tertuju padanya. Mira yang sudah lebih dulu selesai menghampiri Xavier yang duduk entah sedang memandangi apa di layar ponselnya hingga ia sampai di tempat duduk tersebut tanpa menegur Xavier. Xavier mengangkat kepalanya melihat siapa yang duduk bersamanya saat Xavier memandang ke arah Mira ia dibuat takjub dengan penampilan baru Mira rambut hitam tergerai indah serta bibir merah mudanya terlihat menggoda, Xavier bahkan enggan untuk mengalihkan pandangannya kearah lain selain memandang Mira didekatnya. Merasa diperhatikan Mira menoleh bertatap muka dengan Xavier membuat Mira tersenyum canggung, tapi Xavier bahkan membalas senyuman itu dengan senyuman pula ia tanpa sadar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis mungil di dekatnya saat ini. "Ada yang salah ya Mister?" "Hah, maksud loe?" "Ada yang salah sama wajah aku ya Mister, kok Mister liatin wajah aku?" "Oh itu bukan apa apa, Mami dimana?" "Belum siap Mister, gak tahu juga iki lo sampek jam berapa padahal udah mau sore iki lo." Xavier hanya diam tak menyahuti celoteh Mira selain ia kurang mengerti, Xavier lebih ingin menikmati wajah ayu Mira yang cantik alami. "Kita pulang aja lebih dulu." Ucap Xavier membuat Mira terkejut mendengar nya. "Mau tinggalin Mami Mister maksudnya toh?" "Iya, soalnya lama banget, gue udah gerah dan bete banget dari tadi kesana kemari gak jelas." Mira mengangguk mengerti ia juga merasa kasihan kepada pria satu ini yang jelas jelas jelas lelah mengikuti kelincahan maminya. "Yo wes, biar aku ae yang ngomong karo Maminya Mister yo?" Xavier mengerutkan dahinya membuat Mira menutup mulutnya ia mengerti pasti Xavier tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Mira memilih kabur dari tempat itu menemui maminya Xavier yang tengah menikmati pijitan di kepalanya hingga memejamkan matanya merasakan kenikmatan pijitan tersebut. "Mi, Mami." Mira memanggil wanita paruh baya itu yang langsung membuka matanya memandang Mira sedikit menoleh akibat terhalang rambut yang masih dipegang pegawai salon. "Eh Mira sayang ada apa sayang?" "Ehhm ini Mi, kami pulang lebih dulu gak apa apa?" Mira mengucapkan nya dengan nada takut takut, takut jika mami Xavier malah berbalik marah padanya. "Hemm, kok gitu, kita gak makan malam bersama dulu?" Tawar mami Xavier membuat Mira tidak bisa menjawab, ia merasa sungkan untuk menolak tapi ia juga bingung jika menerimanya. "Ini sudah mulai malam Mi, masa iya Mira gak pulang pulang nanti orang rumahnya mencari cari." Ucap Xavier yang sudah berdiri di belakang Mira tanpa Mira sadari. "Oke kalau gitu, Mami bakalan kasih ijin, lain kali kamu harus jalan berdua sama Mami ya sayang, jangan ngajakin anak payah itu, bikin ribet!" Mira tersenyum ingin tertawa sambil menutup mulutnya, ia melihat Xavier hanya memutar bola matanya malas. Mereka kembali ke mobil atas seijin mami Xavier, Mira memasuki mobil itu duduk di bagian depan, Xavier mulai menjalankan mobilnya sesekali mencuri pandang ke arah Mira yang hanya memandang kearah luar. "Kita mampir cari makan dulu ya?" Ucap Xavier memberitahu. "Mau ngapain Mister?" "Mau tidur. Ya mau cari makan lah, kamu gak liat saya bawakin barang barang belanjaan kamu dan Mami membuat perut saya keroncongan." Mira yang mendengar itu ingin tertawa tapi ia tidak berhak menertawakan Xavier, apalagi pria itu sudah mau menemani ia membayar seluruh belanjaan yang mami Xavier lakukan. "Maaf Mister." "Untuk apa minta maaf?" "Untuk waktu yang tersita karena menemani kami yang tidak jelas kesana kemari." "Gue rasa semua ini bukan tidak jelas." "Maksudnya?" "Kalau semua ini tidak jelas kamu tidak mungkin berpenampilan seperti ini." Ucap Xavier membuat Mira terdiam memperhatikan dirinya sedang menggunakan dress, ia bahkan lupa memakai baju seperti ini karena asik dengan berbincang dengan Xavier. "Apa tidak bisa semua belanjaan ini dikembalikan saja Mister." Xavier mengerutkan dahinya mengapa di kembalikan batinnya. "Kenapa dengan belanjaan ini?" "Ini terlalu banyak Mister, sayang. Lebih baik uangnya kasih ke aku biar aku kasih kesalah satu panti asuhan yang membesarkan aku dulu." "Loe anak Panti?" Tanya Xavier merasa tak percaya. "Iya Mister, saya itu tumbuh tanpa orang tua, jadi hidup susah itu sudah menjadi sahabat karib dalam hidupku." Ucapan Mira membuat Xavier terheran, pasalnya Mira tampak seperti tanpa beban. Mungkin memang gadis didekatnya ini adalah seorang gadis yang selalu mandiri menghadapi masalah kehidupannya sendiri. Mereka berhenti disalah satu restoran, Mira yang juga belum makan malam memesan makanan yang membuat perutnya kenyang, mereka menyantap makanan dalam diam, cukup banyak pria yang melirik Mira terang terangan meskipun Mira datang bersama Xavier, membuat Xavier merasa geram sendiri merasa tidak di hargai. Ia mempercepat makannya agar lebih cepat selesai, dan pergi dari restoran tersebut, saat mereka sudah menyelesaikan makanan nya ponsel Mira terlihat berdering tanda panggilan masuk, no Satya tertera di layar ponselnya membuat Mira mengerutkan dahinya mungkin Satya ingin bertanya kabar atau bertanya tentang Kinan, siapa tahu Kinan tidak masuk kerja batinnya. "Hallo." Sapa Mira saat menerima telepon tersebut. "Mira kamu dimana?" "Saya lagi bersama Xavier Pak, ada apa ya?" Tanya Mira bingung pasalnya Satya menelponnya dengan nada suara yang terengah-engah seperti orang yang selesai berlari. "Mira cepat kerumah sakit Kinan dirumah sakit." "A .. apa, Pak tapi kenapa?" Mira mulai panik berdiri dari dudukannya membuat Xavier yang memandangnya merasa heran. "Nanti aku jelaskan sekarang datanglah kemari, dokter masih memeriksanya." Satya memutuskan panggilan itu dan Mira langsung meluruh duduk kembali sambil terisak, perasaannya mulai tak tenang, ada apa dengan Kinan mengapa ia bisa masuk kerumah sakit, Xavier yang melihat Mira menangis terisak pun mencoba bertanya. "Kenapa kau menangis, kenapa?" "Kinan Mister." Ucap Mira membuat Xavier menunggu penasaran. "Kenapa?" Tanya Xavier kembali. "Kinan dirumah sakit Mister." Ucapnya sambil menangis terisak seperti anak remaja yang tengah merengek. "Ya sudah ayo kita kesana." Xavier bangkit dengan cepat mengulurkan tangannya menuntun Mira untuk mengikuti langkahnya. **** Naya berdiri di pinggir jalan menunggu ojek online yang ia pesan untuk nya kembali pulang, ia melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 20.30 hampir jam sembilan malam. Ia menunggu ojek yang sudah dipesannya tapi tidak kunjung datang saat ia masih menunggu dalam diam ia merasakan ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Naya mengambilnya melihat nama Mira yang tertera disana, ia mengangkat ponsel tersebut disambut isakan tangis Mira yang membuat Naya panik di seberang telepon. "Mira ada apa?" Tanya gadis cantik itu merasa heran. "Kinan Nay!" Isakan kembali terdengar membuat Naya merasa tak sabar. "Mir, tenangin diri kamu dulu, baru cerita ada apa?" Tanya Naya mencoba menenangkan sahabatnya, membuat Naya yang sendiri dilanda panik. "Kinan di Rumah Sakit Nay!" "Kok bisa, Kenapa?" Tanya nya yang mulai ikut menangis tapi ia mencoba menguatkan dirinya sendiri. "Aku juga gak tahu Nay, tadi Pak Satya telepon katanya Kinan masuk Rumah Sakit, sekarang aku lagi jalan kesana." "Ya udah aku juga uda mau balik, aku usahain secepatnya sampai kesana oke, kamu jangan nangis dong, Kinan pasti baik baik aja." Mira mengangguk kan kepalanya meskipun Naya tidak melihatnya. Sambungan telepon itu terputus Naya bergetar memegang ponsel ditangannya, mengapa hidup terlalu sulit untuk mereka, ia begitu mengkhawatirkan Kinan, Naya terisak sendiri dipinggir jalan ia tidak tahu kapan sampai ojek yang ia pesan tapi saat ini tujuannya ingin kerumah sakit dimana Kinan dirawat, mereka tumbuh besar bersama, sebisa mungkin Naya mengingatkan untuk kedua sahabatnya agar selalu berhati hati dalam bekerja, tapi Tuhan berkata lain mungkin ini cobaan yang harus ia lalui bersama kedua sahabatnya yang memiliki nasib yang sama, saat diamnya ia Naya terus terisak mencari taksi pun percuma karena tidak ada taksi yang melewati arah syuting mereka, meminta bantuan Keanu, sementara pria itu saja sedang sibuk sibuknya mengurus projek film tersebut, Naya berjalan mondar mandir tak tenang hingga dari arah lokasi syuting ia melihat mobil Ankara hendak pergi dari sana, Naya berniat menstop mobil tersebut, terserah apa yang akan Ankara katakan jika ia ingin memanfaatkan nya, yang pasti tujuan Naya saat ini adalah Kinan, ia menghapus jejak air matanya berdiri ditengah jalan merentangkan kedua tangannya. Membuat mobil tersebut berhenti seketika, Ankara yang berada didalamnya spontan terkejut melihat apa yang terjadi ia melihat gadis didepan itu adalah Naya yang telah berdebat dengannya beberapa hari yang lalu. Naya berjalan mendekati pintu Ankara mengetuknya membuat Ankara menurunkan kaca mobil tersebut. "Ada apa?" "Tolong aku please, bisakah aku numpang bersamamu, aku akan berhenti di Rumah Sakit aku mohon." Ankara memandang Naya lekat lekat mencari kebohongan di mata Naya, tapi Ankara tidak menemukan itu ia malah bisa menebak jika gadis ini habis menangis. "Kenapa saya harus peduli padamu?" Ucap Ankara mencoba menolak permintaan Naya. "Demi rasa kemanusiaan aku mohon bantu aku kali ini Tuan, aku mohon!" Ucap Naya sembari menangis memohon kepada Ankara membuat Ankara menjadi merasa bersalah. "Cepatlah sebelum aku berubah pikiran!" Membuat Naya langsung masuk di bagian depan mereka melajukan mobilnya, Naya memberi tahu kepada supir tersebut alamat rumah sakit yang telah Mira kirim kepadanya. Di dalam perjalanan Naya tak henti hentinya terisak membuat sopir Ankara memberikan tempat tissue yang langsung diterimah oleh Naya. "Pak bisa lebih cepat gak Pak?" Ucap Naya sambil menangis, ia tidak perduli lagi apa yang akan Ankara ucapkan yang jelas ia harus sampai dulu kerumah sakit besok ia baru memiliki kekuatan untuk membalas ucapan ketus dari bos tersebut. Sopir Ankara tampak bertanya dari kaca tengah mobil, sopir itu mendapat anggukan dari Ankara yang terus memperhatikan Naya yang semangkin bergerak gelisah, Ankara tidak ingin bertanya karena ia merasa bukan ranahnya, ia memilih bungkam dan mengerjakan pekerjaannya. Mereka tiba dirumah sakit setengah jam setelahnya, Naya langsung keluar begitu saja meninggalkan Ankara yang juga keluar berniat mengantarkan dan melihat apa yang terjadi. Naya berjalan sempoyongan membuat Ankara yang berada dibelakangnya memegangnya agar tak terjatuh membuat Naya terkejut melihat siapa yang memegangnya, ia mendongakkan wajahnya melihat Ankara memegangnya agar tak terjatuh. "Hati hati lah." "Kenapa Bapak ada disini, bukannya langsung pulang?" Tanya Naya membuat Ankara yang berada dekat dengannya tersadar atas perlakuannya dan menjauhkan tubuh Naya. "Saya hanya merasa penasaran kenapa kamu seperti itu?" "Temen saya masuk Rumah Sakit ini Pak." Ucap Naya sambil bergetar mengatakan nya membuat Ankara sedikit prihatin. "Tenanglah, kalau kau seperti ini yang ada kau juga berakhir di Rumah Sakit." Naya menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan perjalanannya mencari kamar yang di tempati oleh Kinan, Naya melihat Satya dan pria bule yang mungkin itu adalah kekasih pura pura Mira. Ia berlari mendekati dua pria tersebut membuat keduanya melihat Naya dengan raut aneh terutama Xavier. "Bagaimana keadaannya?" Tanya Naya sambil mengusap air matanya yang kembali mengalir. "Dia belum siuman, mungkin sebentar lagi duduklah dulu." Tunjuk Satya kearah kursi kosong yang berada tak jauh dari mereka. "Kenapa bisa terjadi seperti ini?" Tanya Naya kembali. "Semuanya terjadi begitu saja, maafkan aku tidak bisa menjadi atasan yang baik." "Tidak apa apa mungkin ini memang jalannya Kinan melewati cobaan ini." Satya mengangguk Naya bangkit dari tempat duduknya hendak masuk kedalam. "Apa Mira didalam?" "Ya dia juga belum lama ini berada didalam." Ucap Satya lagi. "Oke, aku akan melihatnya dulu." Satya mengangguk setuju membiarkan Naya masuk menghampiri Kinan yang terbaring lemah di tempatnya, tampak Mura tengah menumpukan kepalanya pada pinggiran tempat tidur Kinan, semangkin mendekati ia bisa mendengar isakan tangis Mira membuat Naya juga menjadi serba salah. Ia mendekati Mira memegang pundak gadis itu yang membuat Mira seketika menoleh memandang kearah Naya dan langsung bangkit masuk kedalam pelukan Naya, keduanya terisak disamping Kinan, siapa pun yang melihatnya mungkin mereka benar benar bisa melihat seperti apa persahabatan mereka yang membuat mereka susah senang bersama. "Apa dia baik baik saja?" Tanya Naya kepada Mira yang masih sesegukkan. "Dokter mengatakan dia baik baik saja, kita tinggal menunggunya siuman." "Aku takut kehilangan Kinan Nay." "Its oke dia baik baik aja, loe lihat kan kita hanya tinggal menunggu dia siuman." Mira mengangguk sambil menggenggam tangan Kinan. ____________________________________ Jangan lupa tekan lovenya biar masuk ke pustaka kalian, dan ikuti juga cerita author yang lain ya, ~Sabrina (Update setiap hari mulai mei) ~ This Is Love (Slow update ya) jangan lupa tambahkan juga ke library kalian oke, salam sayang dari akuu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD