Ancaman

1116 Words
"Siapa kamu?" tanya Stevan yang sudah sangat penasaran dengan wanita di hadapannya ini. "Aku? Sekretarismu nggak bilang sama kamu siapa aku?" jawab Sena yang malah memancing emosi Stevan. Namun Stevan berusaha menahan emosinya karena tidak ingin mencari masalah dengan siapapun, apalagi dengan perempuan. "Namanya Sena Kiara Pak." sambung Riyan, Riyan cukup kebingungan dengan situasi saat ini karena ia tak mengenal siapa sebenarnya Sena. Namun secara garis besar, Riyan paham kalau Sena pernah melihat atau mengetahui ulah Stevan ketika ia menjadi ketua gangster. "Sena Kiara?" ucap Stevan lirih, ia mengingat siapa sebenarnya Sena. Tak lama kemudian, Stevan terkekeh, Sena menyeringai melihat Steven yang sepertinya mengingatnya. "Kamu cewek dengan rok berdarah itu?" tanya Stevan yang akhirnya mengingat Sena. Flashback On Ketika waktu pulang sekolah tiba, ada siswi yang duduk sendiri di dalam kelas, siapa lagi kalau bukan Sena. Sena tak langsung pulang karena ia perlu menyelesaikan hukumannya karena tadi dia tidak mengumpulkan PR-nya. Sena dihukum oleh gurunya yaitu membersihkan kelas setelah jam sekolah selesai, sendiri. Ketika Sena selesai membersihkan kelas, Sena tak langsung pulang, ia malah duduk di bangku cukup lama karena ia kelelahan. Tak lama kemudian, Sena mendengar suara gaduh di belakang kelasnya, ia segera mengintip. Ternyata Stevan sedang memukuli teman sekolahnya, entah dari kelas mana, Sena tak mengenalnya. Sena yang kaget menjerit seketika, membuat Stevan menolehnya lalu mereka saling tatap. Sena ketakutan, ia mencoba lari, namun Stevan segera mengejar Sena yang berlari keluar kelas. Stevan tiba-tiba sudah ada di depan Sena, Sena ketakutan bukan main. "Yah!" ucap Stevan datar, "Aku akan diam, aku nggak akan bilang siapa-siapa." ucap Sena yang ketakutan, Stevan mengangguk lalu mempersilakan Sena pergi. Baru saja Sena akan melangkah, Stevan menghalangi langkahnya lagi. "Siapa nama kamu?" tanya Stevan, "Sena." jawab Sena singkat, suaranya terdengar gugup. "Kalau kamu berani..." ucap Stevan terputus, "Aku nggak akan bilang siapa-siapa." sela Sena, setelah itu Stevan memberi jalan untuk Sena. Sena melangkah dengan cepat, ia tak ingin mendapatkan masalah dengan Stevan. "Sena!" panggil Stevan, Sena dengan terpaksa menghentikan langkahnya, namun ia tak berani menoleh ke belakang. Dengan gerakan lambat, Sena akhirnya menoleh ke belakang, lalu menghadap Stevan. "Apalagi?" tanyanya lirih, Stevan kemudian melempar jaket denimnya ke arah Sena. Sena lalu menangkap jaket Stevan, ia keheranan kenapa Stevan memberinya jaket. "Kamu mau aku apain jaket kamu? Nyuci?" tanya Sena penasaran, "Tutupi rok kamu yang basah itu, bukannya itu darah? Siapa yang udah mukulin kamu di p****t? Sampai berdarah-darah begitu. Ck!" ucap Stevan yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan Sena. Sena kemudian mengambil cermin kecil di dalam tasnya, dan ternyata rok sekolahnya yang berwarna abu-abu itu sudah dipenuhi darah pada bagian belakangnya. Ternyata Sena datang bulan hari ini, pantas saja pikirnya ia merasa sangat lelah ketika membersihkan kelas tadi. "Argh, malu banget...." teriak Sena yang langsung memakai jaket Stevan untuk menutupi pantatnya. Flashback Off "Apa cuma itu yang kamu ingat dari aku?" tanya Sena menahan kesal, Stevan terkekeh. Lalu Stevan tersadar kalau Sena bisa saja membocorkan kebobrokannya di masa lalu, Stevan lalu memasang wajah serius. "Kamu mau apa? Mau uang yang lebih? Untuk menutup mulutmu? Berapa yang kamu minta? 100 juta? 200 juta? Atau 1 miliar?" tanya Stevan dengan suaranya yang terdengar berat, membuat Sena merasa dilecehkan kembali. Awalnya Sena ingin menghindar dari Stevan karena tak ingin berurusan dengan CEO muda dan tampan ini. Entah setan apa yang merasuki Sena, ia tiba-tiba teringat kalau ia memiliki beberapa rekaman video kebobrokan Stevan, ia ingin mengancam Stevan dengan itu. "Kasih aku pekerjaan." ucap Sena lantang, walau terdengar sedikit gemetar. Riyan terkejut dengan apa yang diucapkan Sena. Jelas-jelas tadi siang Sena meminta Riyan pergi karena tak ingin berurusan dengannya dan dengan Stevan. Lalu sekarang Sena malah meminta pekerjaan pada Stevan, Riyan tak habis fikir dengan sikap Sena yang plin-plan. Stevan tertawa, terbahak-bahak, cukup lama, Sena dan Riyan hanya menatapnya, aneh. "Kamu mau kerja apa? Hm? Jadi IRT di rumahku? Atau jadi cleaning service di kantorku?" ucap Stevan yang semakin menginjak-injak harga diri Sena. "Baiklah, tunggu aja video kamu mukulin Fahri jadi viral di Instagram." ancam Sena yang semakin berani, "Yah!!!" teriak Stevan, "Ah, aku juga punya video kamu lainnya, ada banyak bukti buat jatuhin kepopuleran kamu." lanjut Sena. Stevan menyeringai, ia yang sedari tadi berdiri di dekat ranjang Sena, kali ini memilih duduk di sofa yang ada di ruangan Sena. "Kamu mau ngancem aku?" tanya Stevan dengan suaranya yang terdengar berat, membuat Sena ketakutan lagi. "Kasih aku pekerjaan apapun, aku akan beri semua video-video kamu. Kamu tahu kan aku nggak pernah ingkar janji." ucap Sena yang terdengar lirih, ia seperti ketakutan pada Stevan. Stevan terkekeh, Riyan hanya diam memperhatikan bosnya itu. "Aku juga pernah jadi CEO walau nggak setenar dan sehebat kamu. Kamu bisa cek perjalanan karir aku, perusahaanku bangkrut dan aku butuh uang buat biaya perawatan ayahku yang sedang sakit. Jadi kamu bisa kasih aku pekerjaan apapun, kinerjaku ataupun kemampuanku nggak perlu diraguin lagi." ucap Sena yang terdengar frustrasi. Riyan kemudian mencari nama Sena di internet dan mencari tahu perjalan karirnya. Setelah menemukannya, Riyan menyerahkan ponselnya ke Stevan. "Kalau perusahaan kamu bangkrut, apa yang bisa aku harapin dari mantan CEO yang nggak kompeten kayak kamu?" ucap Stevan yang lagi-lagi melukai harga diri Sena. Namun Sena mencoba menahan emosinya, ia masih berharap ia akan mendapatkan pekerjaan di kantor Stevan dengan gaji yang cukup demi ayahnya. "Perusahaanku bangkrut karena aku menyerahkan beberapa pekerjaan sama orang yang nggak kompeten. Kamu bisa kasih aku kesempatan dulu kan biar tahu gimana kemampuan aku. Aku mau kerja apa aja, jadi apa aja." ucap Sena mencoba meyakinkan Stevan, namun Stevan hanya membisu. "Baiklah, pulanglah kalau kamu nggak mau kasih aku kerjaan. Jangan salahin aku kalau nama kamu semakin populer setelah ini." ucap Sena yang mencoba mengancam Stevan lagi. Stevan menyeringai lagi, ia menatap Sena dengan tatapan sinis. "Bagaimana kalau kamu jadi istri simpananku aja? Kamu cuma perlu kerja di malam hari, pas siang hari, kamu bisa senang-senang dengan uangku." ucap Stevan yang semakin melecehkan Sena. "Wajahmu lumayan, semoga tubuhmu juga semulus wajahmu. Aku akan gaji kamu sesuai kinerjamu, melayaniku di ranjang." lanjut Stevan, Sena memejamkan matanya, menahan emosinya. "Gimana? Kamu mau? Tenang aja, kamu bisa bayar biaya pengobatan ayahmu dan juga bisa hidup mewah seperti dulu lagi." Stevan masih ingin menyakiti Sena lewat kata-katanya, Stevan dendam pada Sena karena berani mengancamnya menggunakan video-video yang Sena miliki. "Kamu senang? Melecehkanku seperti itu?" tanya Sena dengan suaranya yang terdengar lantang. "Kamu yang mulai duluan." sahut Stevan singkat. "Keluarlah, sudah cukup kamu hina aku. Coba bayangkan ibumu ada di posisiku. Sedang berhadapan dengan rasa takut kehilangan, namun harus ditindas karena masalah ekonomi." ucap Sena yang seperti menusuk jantung Stevan. Stevan tiba-tiba berpikir kalau mungkin ibunya menikah dengan ayah tirinya karena masalah ekonomi. Stevan ingat kalau dulu ia dan ibunya hanya hidup sederhana, sampai akhirnya ibunya menikah lagi, kehidupan Stevan berubah seketika. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD