5. Jodoh Masa Depan

1004 Words
"Ada yang syirik nih, Kek, Bi," ujar Cesya sinis. "Kau pikir aku siapa? Aku itu seorang Kanagara Candramawa dan aku tidak perlu iri pada siapapun." Yah, benar sekali. Orang itu adalah Kanagara. Ia senang sekali menggangu Cesya meski berakhir mendapat hukuman dari Shalom. "Cih! Dasar Tuan kejam yang sombong!" umpat Cesya. Pandangan mata Kanagara fokus menatap ke arah tangga yang kemudian diikuti oleh Kakek Candramawa dan Rinda. Penasaran dengan apa yang mereka lihat, Cesya menoleh ke belakang dan melihat Pentagon sedang berjalan menuruni anak tangga. "Hai, jodoh masa depan," sapa Cesya lekas beranjak menghampiri Pentagon. "Lepaskan tanganmu, Cesya. Memangnya kau tidak malu di lihat banyak orang?" protes Pentagon karena Cesya memeluk lengannya. "Memangnya kenapa aku harus malu? Semua orang yang ada di sini tahu kok kalau kita saling mencintai," balas Cesya semakin mengeratkan pelukannya. "Jangan mengarang cerita, Cesya! Lebih baik kau lepaskan tanganku sebelum aku berbuat nekat padamu," ancam Pentagon. "Aaa ... So sweet." Tangan kiri Cesya bergerak memukul d**a Pentagon. "Kira-kira, apa yang akan kau lakukan padaku? Apa kau akan membawaku ke pelaminan atau langsung ke tempat tidur?" tanya Cesya membuat Pentagon terbelalak. "Astaga, Cesya! Ada apa denganmu? Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" Pentagon benar-benar tidak menyangka Cesya akan mengatakan hal seperti itu. "Memangnya kenapa? Aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu. Dan aku, rela memberikan seluruh hidupku untukmu. Bahkan menyerahkan tubuhku sekali pun jika memungkinkan kau mau membalas perasaanku," balas Cesya dengan begitu mudahnya. "Apa kau gila?! Hanya demi seorang pria kau rela menyerahkan tubuhmu? Kau benar-benar sudah gila, Cesya," sinis Pentagon. "Yah, aku memang sudah gila dan itu karena kau. Jadi, tidak bisakah kau membalas perasaanku?" sahut Cesya dengan mimik wajah memohon. "Tidak bisa. Lebih baik kau lepaskan tanganku karena aku malu banyak orang di sini." Pentagon berusaha melepaskan diri, tapi Cesya tidak membiarkannya begitu saja. "Baiklah, aku akan melepaskanmu jika kau tidak suka kalau aku seperti ini di depan banyak orang." Cesya melonggarkan tangannya dan mendekat ke arah telinga Pentagon dengan sedikit menarik tangannya agar merendahkan tubuhnya, "Itu artinya, kau lebih suka di tempat yang sepi dan aku pun sama," tambah Cesya berbisik dan lekas berlari menjauh. "Cesya!" Pentagon berteriak melupakan keberadaannya, "Maaf, maaf," ujar Pentagon menundukkan kepalanya memohon maaf sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Penta!" panggil Kanagara. "Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" jawab Pentagon tegas. "Kau temani Cesya agar tidak menggangu waktuku bersama Shalom," perintah Kanagara. Mendengar perintah dari bosnya untuk menemani Shalom membuat kaki Pentagon melemah seketika. Seakan tulang-tulang kakinya berubah melunak hingga tidak kuat berdiri sekedar menopang beban berat tubuhnya. "Apa tidak ada tugas lain, Tuan? Nona Cesya bukan anak kecil yang perlu saya temani," jawab Pentagon dengan ekspresi memohon. Berharap bosnya akan mendengarkan ucapannya meskipun ia ragu. "Tidak ada. Bukankah itu bagus mengingat kalian berdua sedang dalam proses pendekatan?" tanya Kanagara. "Bukan seperti itu kebenarannya," lirih Pentagon. "Apa kau bilang?" tanya Kanagara dingin. "Ah, tidak. Saya tidak mengatakan apa-apa, Tuan. Saya hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih karena Tuan mau membantu proses pendekatan saya dengan Nona Cesya. Kalau begitu, saya permisi mau menemani Nona Cesya ke depan," pamit Pentagon dengan raut wajah yang tidak enak. "Nasib, nasib," batin Pentagon sambil melangkah keluar. "Dooooorrr!" teriak Cesya mengejutkan Pentagon dari balik pintu. "Astaga, Cesya!" Pentagon menyentuh dadanya yang berdegup kencang. "Maaf," ujar Cesya dengan cengiran kudanya sambil menunjukkan huruf V di jarinya. Pentagon menggelengkan kepalanya sambil melangkah ke depan. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Pentagon dengan nada mengeluh. "Tentu saja untuk bertemu denganmu. Aku itu sudah seperti kumbang yang tidak bisa jauh dari serbuk sari. Di manapun serbuk sari berada, kumbang akan mendatanginya. Begitu juga denganmu, Penta. Di manapun kau berada, aku akan selalu mendatangimu." Pentagon mengernyitkan dahinya mendengar penuturan Cesya yang terdengar seperti suara gombalan, "Bahkan jika Tuan kejam mengirimmu ke Afrika di mana kota itu paling terpencil, aku akan tetap menemukanmu," lanjut Cesya. "Afrika? Untuk apa Tuan Kana mengirimku ke Afrika?" tanya Pentagon terbelalak. "Itu hanya sebuah perumpamaan saja, Penta. Itu artinya, aku tidak bisa jauh darimu karena kita memang ditakdirkan untuk selalu bersama," sahut Cesya. "Takdir? Apa itu takdir?" tanya Pentagon tersenyum kecut. Takdir apa yang merenggut nyawa kedua orang tua dan adiknya. Takdir apa yang membuatnya menjadi yatim piatu dan sebatang kara dalam sekejap mata. Terlebih, takdir apa yang merenggut cinta pertamanya pada Shalom. Pria itu tidak pernah mendapat hal baik sekali pun selama ini. Kecuali satu, yaitu bertemu dengan Kanagara. Bos yang menganggapnya sebagai sahabat sekaligus keluarga dan mendukungnya dalam pencarian dalang di balik terbunuhnya keluarganya. "Entahlah. Aku tidak tahu pasti artinya. Yang aku tahu, kau tercipta untukku," sahut Cesya tidak berhenti membual membuat telinga Pentagon panas. "Berhenti membual, Cesya. Aku bukan tipe pria yang suka dengan rayuan konyolmu itu," protes Pentagon. "Siapa yang sedang merayumu, Tuan bodyguard? Aku hanya sedang menyanyi saja," sergah Cesya sambil bersenandung. Ia tahu akan sulit untuk merebut hati Pentagon. Ia tahu betul bagaimana perasaan pria itu meski belum pernah merasakannya. Ia hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya melihat orang yang dicintainya selalu bersama dan bermesraan dengan pria lain. "Dasar kau ini," cetus Pentagon berhenti dan duduk di ayunan kayu. Saat ini mereka berdua berada di depan kolam renang. Di sana tersedia ayunan kayu untuk bersantai. Di depan sebelah kiri, ada taman bunga warna warni. "Apa kau tahu kapan pernikahan Shalom dan Tuan kejam dilangsungkan?" tanya Cesya ikut duduk di sebelah Pentagon. "Entahlah. Mungkin sebentar lagi karena Tuan Kana selalu berusaha membujuk Nona Shalom," jawab Pentagon mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. "Apa kau rela melihat Shalom menikah dengan pria lain?" tanya Cesya khawatir. Ia takut Pentagon akan lebih kecewa daripada sekarang. "Yah, mau bagaimana lagi. Kalau dibilang rela ya pasti tidak rela. Tapi, kalau dibilang tidak rela ya aku rela," balas Pentagon menghembuskan nafas kasar. "Alasannya?" tanya Cesya mengerutkan keningnya penasaran. "Tentu saja karena pria itu Tuan Kana. Terlebih, Nona Shalom juga sangat mencintai Tuan Kana. Jadi, aku yakin Nona Shalom akan hidup bahagia. Dan aku, akan memastikannya sendiri nanti," jelas Pentagon menggebu. "Jika hidup Shalom dan Tuan kejam sudah bahagia. Lalu, bagaimana dengan hidupmu? Apa kau tidak ingin hidup bahagia bersamaku, Penta?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD