Gelombang Perasaan 1

2395 Words
    Sejak tadi aku sibuk membolak-balikan buku-buku referensi tugas kuliah. Bi Min dari tadi beberapa kali mengetuk pintu kamarku untuk menawarkan camilan. Tapi kutolak karena aku juga sudah makan, ini sudah hampir jam 9 malam, apa Bi Min ingin membuatku gemuk dengan memberi cemilan malam-malam. Tok tok tok     Terdengar lagi suara ketukan di pintuku. “Bi Min aku gak mau apapun. Tolong jangan ganggu aku!” teriakku tanpa membuka pintu. Namun pintu itu terbuka tanpa seizinku. Aku kesal karena sejak tadi aku di ganggu.     “kenapa lagi Bi Mi... kakak?” ucapku kaget. Hampir saja emosiku keluar. “|kenapa kak?” tanyaku     “aku buatin cokelat panas nih,” tawarnya sambil nyelonong masuk ke kamar.     “makasih kak. Simpen aja?” ucapku sambil membaca buku.     “serius banget, kau perlu bantuan kakak?” tawar kakakku.     “bisakah kakak keluar dari kamarku dan tidak menggangguku. Aku perlu itu” ucapku sambil menatap kakakku.     “issh, kamu ini. Yaudah aku keluar,” ucap kakakku saambil memanyunkan bibirnya. Setelah kakakku keluar, aku berusaha untuk berkonsentrasi lagi. Tapi tetap saja pikiranku teralihkan. Aku beristirahat seberntar dengan tiduran di kasurku. CHRISTIAN! Teriakku dalam hati. Kupejamkan mataku, aku harus memastikan dan membuktikan perasaanku sendiri. Nasihat kakakku terus terngiang. Drrrt drrrt     Ponselku bergetar diatas meja. Dengan malas, kuambil ponselku dan kurebahkan lagi diriku diatas kasur  xxx-xxxxx-xx ‘hei’ 20.40     Nomor tidak dikenal?? Siapa ya?.     Ting. Ponselku berbunyi lagi. Kali ini pesan dari Anna.  Anna ‘Giselle, aku mohon dengan sangat. Ayo temani aku’ 20:40.     Hmm, sejak tadi siang Anna membombardir ponselku dengan pesan-pesannya. Apa dia gak capek terus mengirimiku pesan setiap jam? Pikirku. Setelah beberapa lama aku balas pesannya. Giselle ‘buat aku untuk berubah pikiran’ 20:44     Aku memang masih menimbang-nimbang untuk ikut ke pesta yang Chris buat. Rasa ingin tahuku pada pesta yang seperti apa yang dia atur tersebut. Tapi satu sisi, pada hari itu juga ibuku akan pergi ke Amerika. Ting Anna ‘Membelikanmu es krim?’ ‘Traktir makanan yang kau suka?’ ‘Apa saja asal kau ikut Giselle...’ ‘Ayolah... 20:45’ Giselle ‘Hmm, biar kupikirkan’ 20:45     Balasku sambil tersenyum-senyum sendiri. Oh, aku ingat ada pesan yang belum kubalas dari nomor yang tidak kukenal. Giselle ‘maaf? Siapa ya’ 20:45. Tak lama setelah aku membalas pesan tersebut, sebuah sms balasan langsung masuk. Cepat sekali, pikirku.  xxx-xxxxx-xx ‘ini aku’ 20:45.     Aku? Aku siapa? Apa aku punya teman yang mengganti nomornya, tapi aku gak tahu. Apa mungkin ayah? Tapi mana mungkin ayah menyapaku dengan hei. Apa salah satu teman Rio? Giselle ‘aku siapa? Maaf sepertinya kau salah orang’ 20:45 xxx-xxxxx-xx ‘ini aku, Chris’ 20:46      “Chris?!” teriakku. Aku membaca sekali lagi pesan tersebut, ternyata memang Chris. Cukup mengejutkan ternyata Chris bisa tahu nomorku. Tapi, bagaimana dia tahu nomorku? Siapa yang memberi tahunya?     “Gis, lagi ngapain? Kenapa teriak barusan?” tanya kakakku yang tiba-tiba masuk kamar.     “kenapa kesini kak?” tanyaku yang masih terkejut dengan kedatangan kakakku dan juga pesan dari Chris.     “kudengar kau berteriak nama seseorang tadi. Siapa?” tanyanya sambil tersenyum     “gak, salah dengar” jawabku sedikit salah tingkah.     “oh ya? Lalu siapa yang yang berteriak menyebut nama Chris?” ucapnya menggodaku     “kakak mau apa kesini? Aku sedang mengerjakan tugasku” aku berusaha mengalihkan pembicaraan soal Chris.     “Hmm, janji gak akan marah?” tanyanya ragu. Aku mengangkat kedua alisku bingung mendengar pertanyaan kakakku.     “kenapa aku marah?”     “janji dulu..” ucap kakakku sambil mengacungkan jari kelingkingnya kearahku. Kutatap ragu kakakku, lalu kutautkan jariku.     “o..ke” ucapku ragu karena memang aku tidak mengerti maksud kakakku.     “aku akan ikut menemani ibu ke Amerika dan tinggal beberapa hari untuk mengurus berkas-berkas” ucapnya cepat.  Aku terdiam sebentar, mencerna perkataan kakakku. Begitu sadar kutarik tautan jariku dengan marah.     “kakak, berbohong lagi padaku” ucapku sedih. “katanya hanya ibu, ternyata kakak juga. Kalian semua pergi ninggalin aku”     “hanya beberapa hari saja Giss” kakakku mencoba menghiburku     “dulu juga kakak bilang hanya 1 tahun di Amerika, tapi ternyata 2 tahun lebih baru pulang” amukku pada kak Arthur.     “aku janji tidak akan lama Gis. Hanya beberapa hari..” ucap kakakku sambil memelukku     “padahal kita baru 2 hari bertemu, kakak mau pergi lagi”     “mau gimana lagi ada sesuatu yang harus kuurus disana”     “kali ini berapa hari?”     “aku gak tau, kalau cepat mungkin satu minggu” ucapnya. Aku melepas pelukan kakakku dan mendorongnya sedikit.     “mungkin satu minggu?! Mungkin?!” tanyaku sedikit emosi.     “ya?” jawab kakakku ragu     “kakak saja tidak yakin akan pulang setelah satu minggu. Sekalian saja kalian tinggalkan aku sendiri disini!” ucapku kesal sambil mendorong kakakku keluar.     “tunggu dulu, kau belum tau semuanya” ucap kakakku sambil berusaha tetap berada di kamarku.     “aku gak tau dan gak mau tau!” ucapku sambil mendorong keras kakakku keluar kamarku. Begitu kakakku sudah diluar langsung kututup pintu dan menguncinya. Aku kecewa ternyata kakakku pergi meninggalkanku lagi. Padahal dia sudah berjanji akan menebus waktu yang hilang ketika dia berada di Amerika. Dasar kakak pembohong, makiku dalam hati.      Kulihat kembali ponselku. Ada dua pesan masuk dari Anna dan Chris. kuabaikan pesan dari Anna. Bukan bermaksud untuk mengabaikannya, tapi hal lain lebih menarik perhatianku. Chris ‘hei, ikutlah ke pesta di rumahku Sabtu nanti’ 20:57 ‘hei’ 20:57 ‘Giselle’ 20:58 ‘Giseelle’ 21:00     Hmm? Kenapa Anna dan Chris menanyakan hal yang sama? Aku bisa mengerti Anna mengajakku, tapi Chris? apa alasannya? Aku bahkan bukan tipde idealnya Giselle ‘kenapa aku harus ikut?’ 21:01 Chris ‘untuk bersenang-senang?’ 21:01 Apa maksudmu dengan bersenang-senang Chris? hmph.. Giselle ‘tidak’ 21:01 ‘aku sudah cukup bersenang-senang dengan diriku sendiri’ 21:01. Ketika aku akan menyimpan ponselku dan mematikannya, Chris membalas pesanku sebelumnya dengan cepat.  Chris ‘ayolah, tidak rugi jika kau ikut’ 21:02. Dia benar-benar memaksa, batinku. Giselle ‘aku benar-benar gak bisa’ 21:02 ‘ibuku akan ke Amerika hari itu’ Jadi aku akan menemani ibuku’  Chris ‘kau akan ke Amerika!’ 21:03 Giselle ‘tidak. Hanya mengantar saja’ 21:03 ‘jangan ganggu aku. Aku sedang mengerjakan tugas’ Chris ‘huft kupikir kau akan ke Amerika’ 21:04 ‘ayolah, aku akan membantu tugasmu kalau kau ikut’ ‘bukankah kita ada tuga kelompok dari Ms.Hana?’ bujukku Giselle ‘sepertinya bisa kukerjakan sendiri’ 21:05 Chris ‘ayolah, sepertinya dikelas hanya kau yang tidak ikut’ 21:05 ‘bahkan temannu juga setuju untuk ikut’     “temanmu setuju untuk ikut” ulangku ketika membaca pesan dari Chris. jadi Chris dan Anna sudah saling menghubungi?! Pantas saja Anna terus menerus membujukku untuk ikut. Kumatikan ponselku dan kulempar asal ke kasur. Hari ini aku benar-benar kesal. Kakakku membohongiku dan temanku mengkhianatiku. Kutatap buku tugasku, “kau juga membuatku kesal!” ucapku sambil menutup buku kasar. ***      Keesokan paginya di meja makan, aku mengabaikan kakakku yang terus saja mengajakku berbicara. Untungnya ibuku sedang tidak ada di rumah. Ibu dan bi Min sedang berbelanja kebutuhan rumah. Kalau ibuku ada disini dia pasti sudah mengomel karena aku bertengkar dengan kakak.     “mau sampai kapan terus mengabaikanku?” tanyanya sambil memelas. Aku pura-pura tidak mendengar dan terus mengunyah sarapanku.     “Giselle...” panggilnya lagi. Aku tetap tak menjawab. Kali ini aku beranjak pergi mengambil tasku dan berjalan ke pintu keluar.     “kau mau kemana? Biar kuantar” kakakku bergegas menyusulku begitu aku mau keluar rumah.     “gak usah. Aku mau jalan kaki. Jangan mengikutiku” ucapku sambil berlalu tanpa melihat kearah kakakku.     Aku sebenarnya sudah tidak begitu marah pada kak Arthur, hanya sedikit kesal dan ingin mengerjainya saja tadi. Melihat wajahnya yang memelas. Sedikit tidak tega melihat kakakku seperti itu, tapi biarkan saja. Toh, aku jarang-jarang membuat kakakku sampai memelas seperti itu. TIN!TIN! suara klakson mobil mengagetkanku. Siapa pagi-pagi gini berani bikin aku jantungan! Kesalku dalam hati.     “Yura, mau ke kampus? Kuantar ya?” ucap Daniel sambil menurunkan kaca mobilnya.     “kamu bikin aku kaget aja nge-klakson mobil tiba-tiba” ucapku sambil menghampiri mobilnya.     “ngelamun sih” tawa Daniel.     “kamu ada kuliah pagi juga?” tanyaku.     “ya, hari ini jadwalku lumayan padat” ucapnya serius melihat jalan.     “oh..”     “hm? Kau kecewa aku gak punya waktu untukmu?”     “apa maksudmu?” ucapku sambil menatapnya heran.     “kau terdengar kecewa, Yura apa kau sedang punya masalah?” tanyanya lembut     “oh, hanya pertengkaran kecil dengan kakakku” datarku.     “begitukah?”     “hmm”jawabku singkat. Daniel seolah mengerti aku tidak ingin membicarakannya. Sepanjang perjalanan, kami hanya terdiam. Untungnya jarak rumahku dan kampus hanya 5 menit jika naik kendaraan, sehingga kami tidak terlalu canggung.     “kau mau hangout bareng sabtu nanti?” tanyanya setelah keluar dari mobil.     “sepertinya gak bisa. Keluargaku akan pergi ke luar negeri, aku ingin menghabiskan waktu dengan mereka” jujurku.     “bagaimana dengan besoknya?”     “biar kupikirkan Daniel” ucapku. Tiba-tiba Anna datang kearahku dana memeluk lenganku.     “Giselle!” teriaknya sambil menggelayuti lenganku.     “Anna lepas. Kamu berat tau” ucapku berusaha melepas lilitan tangan Anna.     “Aku bakal lepasin kalo kamu ikut pestanya Chris” ucapnya mengeratkan pelukannya pada tanganku.     “pesta Chris?” tanya Daniel tiba-tiba.     “hai Daniel” sapa Anna. “Ya Chris mengadakan pesta di rumahnya. Semua teman sekelas diundang” jawabnya pada Daniel.     “kau ikut Gis?” Daniel menatap tajam kearahku. Entah kenapa aku merasa sikap Daniel berubah padaku.     “aku.. gak tau” ucapku ragu.     “Giselle, ayolah temani aku” rengek Anna.     “bukankah aku sudah memperingati kalian untuk gak dekat dengan mereka?” ucapnya sedikit menaikan suaranya.      “dia gak kayak gitu, Taehyung bukan orang yang seperti itu,” ucap Anna.     “apa kau yakin? Kau bukan target dia selanjutnya kan?” cecar Daniel pada Anna. Disaat Anna akan berbicara, tapi Daniel sudah lebih dulu.     “aku harap kau bisa memilih dengan pintar Giselle. Kau tau bagaimana mereka,” ucapnya galak kemudian dia pergi begitu saja.     “dia kenapa sih? Kenapa dia tidak menyukai Chris dan teman-temannya?” omel Anna entah pada siapa. “kau jadi ikut kan Gis? Please??” mohonnya padaku.     “aku tidak tau, aku masih memikirkanya” ucapku sambil berjalan. Anna masih saja merongrongku untuk ikut pestanya Chris. Tapi dia kemudian pergi karena teringat ada tugas yang belum dia print.     Aku masih memikirkan ucapan Anna tadi. Sebenarnya kenapa Daniel begitu tidak suka pada Chris? kalaupun karena Rio, bukankah dia sendiri gak ada urusannya dengan Chris? karena terlalu fokus meikirkan Chris dan Daniel, aku sampai tidak sadar ada orang lain yang berjalan beriringan disampingku.     “mikirin apa?” tanya seseorang ditelingaku. Karena kaget, aku malah menginjak kakiku sendiri dan hampir terjungkal ke belakang. Beruntungnya seseorang menahan pinggangku dan menarikku lebih dekat padanya. Chris. Aku hanya menatap matanya saking terkejutnya. Bahkan bisa kulihat pantulan diriku dari matanya. Kami saling bertatapan untuk beberapa saat sampai Chris meniup wajahku.     “Chris..” ucapku mengerjapkan mata kemudian mundur satu langkah. Tangan Chris masih memeluk pinggangku tanpa kusadari.     “ya?” ucapnya lembut. aku menahan perasaan yang tiba-tiba muncul begitu mendengar suaranya yang sedikit parau. Seperti ada banyak kupu-kupu yang beterbangan dalam perutku. Entahlah, aku hanya merasa seperti itu.     “kenapa pesanku tidak dibalas semalam?” tanyanya lagi.     “oh, itu.. kau menggangguku mengerjakan tugas” ucapku setengah berbohong. Ya. Aku memang sedang mengerjakannya, tapi sejak Chris mengirimiku pesan dan kakakku, aku jadi gak bisa berkonsentrasi. Tugasku saja baru kutulis beberapa kalimat.     “jadi apa jawabanmu?”. Aku tak menjawab Chris. kulihat orang-orang di sekelilingku memperhatikan aku dan Chris. mereka bahkan sampai berbisik-bisik. Apa ada yang aneh dengan penampilanku. Kenapa mereka sampai seperti itu? Pikirku.     “apa kalian pacaran?” teriak seseorang sambil menjalan mendekat. Seorang perempuan yang cukup cantik mendekatiku.     “hah?” jawabku tidak mengerti.     “Chris, kenapa kau memegang pinggangnya?! Kenapa kau tega padaku!” aku langsung melepaskan tangan Chris yang bertengger di pinggangku.     “bukan begitu aku...” ucapanku di potong olehnya. “    "diam kau gadis kutu buku! Beraninya kau merebut Chris dariku!” ucapnya lalu menarikku untuk menjauh dari Chris. tapi dia, malah menarikku ke sisinya dan memeluk leherku.     “memangnya kenapa kalo dia pacarku? Aku tak memiliki hubungan apapun denganmu” ucapnya datar pada perempuan itu. Aku menatap Chris dengan penuh tanda tanya.     “setelah kita berciuman kemarin kau masih menganggap tak ada hubungan apapun! Chris kau..”     “kau yang menggoda dan menciumiku duluan. Aku tak suka perempuan menyebalkan dan agresif sepertimu” ucapnya sambil menarikku menjauh.     “teganya kau Chris! hey kutu buku! Awas kau akan kubalas karena sudah merebut Chris!” teriaknya kemudian dia berlari entah kemana.     “jangan dengarkan dia Giselle” ucap Chris pelan. aku menghempaskan tangan Chris kemudian menatapnya.     “bagaimana bisa kau menciumku kemarin sedangkan kau dan pacarmu..” ucapku parau.     “dia bukan pacarku” bantah Chris.     “tapi dia bilang kau dan dia sudah...”     “berciuman?” Chris memotong ucapanku. “aku sudah terbiasa melakukan itu. Jika kau mau aku bisa menciummu disini” ucapnya sambil mendekatkan wajahnya padaku. PLAK! Aku menampar wajahnya.     “kau pikir aku perempuan murahan?!” marahku pada tindakan Chris barusan.     “enggak” balasnya pelan dan singkat.     “terus kenapa tadi mau cium aku?!” Chris menatapku lekat     “justru karena kau bukan perempuan murahan aku jadi menginginkamu” aku terkejut mendengar jawaban Chris. Chris menginginkanku?     “apa maksudm...” Chris memotong ucapanku. Dia memegang pipiku kemudian mencium bibirku.     Aku sangat terkejut dengan gerakan tiba-tiba Chris sehingga aku hanya diam saja. Namun Chris mulai menggerakan bibirnya di bibirku membuatku panilk. Aku berusaha mendorong Chris tapi sia-sia, tenagaku tidak sebanding dengannya.     Chris menciumku lembut dan penuh gairah. Berulangkali dia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari posisi yang pas. Aku hanya mengerjapkan mataku tak tahu apa yang harus kulakukan. Ada gelombang perasaan yang tiba-tiba menyerangku. Perasaan senang yang luar biasa, gairah dan rasa takut dan perasaan lain yang tidak bisa kujelaskan.     Dia menggigit bibirku sedikit keras sehingga aku membuka mulutku. Ia memasukkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya. Aku mulai kehabisan napas dan tidak ada tanda-tanda Chris akan mengakhirinya. Secara tiba-tiba, aku mengeluarkan desahan aneh. Takut. Aku mendorong Chris sekuat tenagaku.     Chris melepaskan ciumannya dan menatapku. Napasnya terengah-engah, wajah memerah dan bibirnya yang sedikit bengkak.     “Chris apa yang...”     “Kiss now talk later” Chris kembali menciumku
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD