Prolog
Gadis berkulit putih serta poni bagian depan yang menjadi ciri khasnya berjalan cepat tanpa memperdulikan orang yang sedang memanggilnya berulang kali. Langkahnya kian dipercepat ketika mendengar suara tersebut semakin mendekati indra pendengarannya.
"Iiihhh awass!" Pekik gadis itu sambil menghentakkan tangannya yang sudah dicekal.
"Dengerin gue dulu."
"Gak mau."
"Kenapa?"
"Kakak orang jahat, aku gak mau deket-deket sama orang jahat."
Laki-laki bertubuh tinggi itupun tersenyum berjalan mendekati gadis yang memiliki tinggi badan setara dengan dadanya.
"Kakak mau ngapain?" Tanya Reya ketika Nevan melangkah semakin dekat, semakin dekat dan sangat dekat membuat tubuhnya terhimpit ke dinding.
Reya memeluk bukunya erat-erat, matanya melirik ke kanan dan kiri dimana kedua tangan Nevan menyentuh dinding di dekat kedua telinganya mengurung tubuhnya. Sinar matahari yang sempat menerpa wajahnya dari balik dinding berbahan kaca mendadak hilang karena sinar matahari itu sudah terhalang oleh tubuh Nevan yang ada di hadapannya.
Kedua mata Reya terpejam sangat erat saat wajahnya merasakan hembusan napas Nevan apalagi tadi ia sempat melihat jika wajah laki-laki itu mendekati wajahnya. Semakin dekat hingga hembusan napas mereka saling beradu.
Di dalam pikirannya Reya sudah berpikir yang tidak-tidak dan ia berdoa semoga apa yang ia pikirkan tidak benar-benar terjadi.
"Jadi pacar gue atau gue cium?"
Kedua mata Reya langsung terbuka lebar.
"Apa???"
"Jadi pacar gue atau gue cium, di sini." Telunjuk Nevan mengetuk-ngetuk lembut bibir pink Reya.
"Pilih yang mana, Freya Jovita Elina?"