Penolong

1911 Words
Gadis itu berlari dan ia segera membuka heels yang ia kenakan dan melempar lelaki itu dengan heelsnya. Namun, sayang lemparannya meleset dan malah mengenai punggung seorang laki-laki yang memakai jas berwarna merah maroon. "Mampus gue, salah sasaran lagi." Gumamnya. Dengan cepat, Queen melepas satu heelsnya lagi lalu ia berlari mengambil heels miliknya Itu. Lelaki yang secara tak sengaja terkena punggungnya pun menoleh dan mereka saling melihat satu sama lain. "Nicho?" "Queen?" Ternyata, lelaki tadi adalah Nicho. Jelas itu membuat mereka saling bengong satu sama lain. Mereka saling tatap beberapa menit. Dengan cepat, Queen langsung memfokuskan dirinya. "Em, sorry. Tadi gue nggak sengaja ngelempar punggung lo. Tapi gue nggak bermaksud kaya gitu, gue cuma mau ngejar jambret yang ngambil tas gue." Jelasnya. "Jambret?" Queen mengangguk. "Iya." "Terus dia lari kearah mana? Biar gue kejar." Pandangan Queen langsung tertuju pada dua orang jambret itu yang kini baru saja pergi menggunakan motor. "Nah itu tuh disana." Ujarnya seraya menunjuk dua orang tersebut. Tanpa berkata-kata lagi, Nicho pun langsung berlari menghampiri dua orang tersebut. Ia menaiki ojek yang tak jauh dari tempat itu. Sedangkan Queena masih berada disana, ia berharap bahwa Nicho berhasil membawa tasnya kembali. "Semoga aja Nicho berhasil nangkap jambret itu." Gumamnya. Pandangan matanya terus tertuju kearah depan sana, ia benar-benar berharap bahwa lelaki itu kembali dengan membawa tasnya. Namun sudah 15 menit Lelaki tampan itu sama sekai tak kelihatan batang hidungnya. Jelas itu membuat gadis cantik berambut panjang tersebut merasa cemas, ia takut kalau jambret itu melakukan sesuatu pada Nicho. "Duh . Kok gue jadi nggak tenang gini ya. Kalau gue susul, gue mau nyari kemana? Gue kan nggak tau." Monolognya. Tak lama, Nicho pun berhasil kembali dan pandangan Queen pun langsung tertuju pada tangan Nicho yang membawa tasnya. Sungguh, itu membuatnya merasa senang, hingga ia pun tersenyum manis di wajah cantiknya. Nicho menghentikan langkahnya tepat di depannya. Ia tersenyum seraya memberikan tas itu pada gadis tersebut. "Ini tas Lo." Queen tersenyum seraya mengambil tasnya. "Thanks ya." Sahutnya yang di balas anggukan kecil oleh Nicho. "Terus jambret tadi gimana?" Tanya Queen. "Dia berhasil di tangkap orang-orang di sekitar juga. Terus mereka membawanya ke kantor polisi terdekat, makanya gue tadi sempat lama." Queen mengangguk. "Sekali lagi makasih ya. Lo udah nonlogin gue untuk kedua kalinya." Nicho tak menjawab ucapannya, namun senyuman manis serta anggukan kepala ia berikan yang menandakan bahwa ia pun senang melihat tas milik Queen terlah kembali. "Bye the way, Lo ngapain ada disini?" Tanya Nicho. "Em ... Gue habis mengunjungi makam kedua orang tua gue." Nicho terdiam sejenak. "Orang tua Lo udah nggak ada? Sorry kalau pertanyaan gue ada yang salah. Kalau Lo nggak mau jawab nggak papa. No problem." Queen mengangguk kecil dengan senyuman tipis di wajahnya. "Iya, mereka udah pergi enam tahun yang lalu. Disaat hari ulang tahun gue yang ke 17 tahun." Jawabnya. Nicho tak berkata apa-apa lagi, ia hanya diam dan melihat raut wajah gadis itu yang memang terlihat sangat sedih. Queen mengatur napasnya. Kemudian melihat kearah Nicho dan pandangan matanya tertuju pada luka di sudut bibir lelaki itu serta sedikit lebam di bagian pipinya yang membiru. "Nicho, pipi Lo pasti gara-gara Jambret tadi ya." Nicho langsung menyentuh pipinya sekilas lalu tersenyum tipis. "Ah, iya tapi ini nggak papa kok. Cuma luka kecil." "Nggak-nggak, ini harus segera diobatin. Itu nanti bisa tambah nyeri kalau nggak segera di obatin. Bibir Lo juga sedikit berdarah." Sahutnya. Dengan cepat, Queen pun mengajaknya duduk di bangku yang berada di sana. Lalu ia segera mengambil kotak P3K kecil yang selalu ia bawa kemana-mana di dalam tasnya. Setelah itu, ia mengambil kapas dan menuangkan sedikit air dari kran yang berada di taman itu. Tak lama, ia pun mulai mengobati luka di pipi Nicho. Perlakuan yang Queen berikan membuat Nicho memerhatikan wajahnya. Ia tersenyum-senyum dengan mata yang tertuju pada gadis itu terus. 'Lo orang baik ternyata.' batinnya. Kini, Queen mulai mengobati luka yang berada di sudut bibir Nicho. Jelas itu membuat pikiran gadis cantik tersebut mengingat saat Nicho pernah menciumnya kemarin. Queen pun menghentikan aktivitasnya sejenak karena jantungnya mulai berdebar. 'Bibir ini yang nyuri frist kiss gue. Tapi bibir ini juga yang nolongin gue dari Justin.' batinnya. Dengan cepat, ia mengalihkan pikirannya itu dan melanjutkan aktivitasnya untuk mengobati luka itu. Setelah semuanya sudah selesai, Queen pun memasukan kembali kotal kecil P3K itu ke dalam tasnya. "Udah slesai." Ucapnya. Nicho tersenyum tipis. "Thanks ya." Sahutnya yang dianggukan oleh Queen. "Oiya, bye the way soal kemarin. Lo nggak papa?" Queen terdiam sejenak, ia tak melihat kearah Nicho. "Em ... Gue rasa kita nggak perlu bahas itu." "Sorry-sorry, bukan itu maksud gue. Maksud gue, Lo nggak papa waktu tuh cowo maksa-maksa Lo gitu." "Ouh soal itu. Em ... Iya gue nggak papa. Gue baik-baik aja kok." Nicho mengangguk kecil. "Kalau gue boleh tahu, cowo kamarin itu siapa? Pacar Lo?" Tanyanya. Pertanyaan itu mampu membuat gadis dengan poni miring itu melihat kearah Nicho. "Em, Dia ... Mantan gue. Lima tahun yang lalu." "Mantan Lo lima tahun yang lalu? Itu udah lama banget, tapi kayanya di masih ngejar-ngejar Lo." Queen mengangguk. "Iya. Gue juga nggak tahu kenapa." "Itu artinya dia masih ada rasa sama Lo." Sahut Nicho. Queen terkekeh kecil, namun tatap matanya berkaca-kaca. Ia menggeleng. "Nggak mungkin, dia itu playboy suka gonta-ganti pacar. Bahkan ... Alasan gue putus sama dua gara-gara dia selingkuh di belakang gue dan dia berbuat hal yang menjijikkan." "Hal yang menjijikkan? Sorry, Dia ... Mes*m?" Queen tak menjawab, tapi anggukan kecil ia berikan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan itu membuat Nicho paham, ia pun mengangguk. "Oiya, setelah ini Lo mau kemana?" "Nggak tau, gue bingung." "Kalau Lo mau pergi, gue ada waktu buat nganterin Lo." Queen tak menjawab namun ia membatin dalam hatinya. 'Kenapa Nicho baik banget sama gue? Dia sebenarnya orang baik apa jahatnya ya?' batinnya. Nicho bingung, ia memerhatikan gadis itu yang hanya duduk diam melongo sambil melihat kearahnya. Hingga ia pun mulai melambaikan tangannya tepat di depan gadis itu. "Hello ... Queen? Lo baik-baik saja?" Tanyanya. Dengan cepat, Queen langsung memfokuskan dirinya. "Em, sorry-sorry gue ngelamun." "Jadi gimana? Lo mau gue anterin? Em, tapi ... Gue nggak maksa, itu pun kalau Lo mau." Sahut Nicho. Queen terdiam sejenak, ia memikirkan pasal apa yang ia pikirkan tadi mengenai lelaki tersebut. 'Gue harus gimana ya? Tapi ... Gue yakin dia orang baik kok. Dari pada gue terjadi sesuatu kaya tadi. Kayanya gue bareng dia aja deh.' batinnya. Queen mengangguk. "Boleh deh." "Serius? Lo nggak papa? Gue nggak maksa, kalau Lo nggak mau ya itu pilihan Lo." "Iya gue mau kok. Gue mau mengunjungi rumah lama gue." Nicho mengangguk. "Okeh, yaudah kalau gitu kita langsung ke mobil gue yuk." Ajaknya yang di anggukan oleh Queen. Mereka pun langsung menaiki mobil, dan segera pergi dari tempat itu. Queen pun menunjukan arah rumahnya dulu, tempat ia tinggal bersama kedua orang tuanya. ***** Di sebuah kamar. Terdapat seorang laki-laki dan perempuan tengah menyatukan cinta mereka. Sang lelaki yang berada diatasnya tak henti-hentinya menggoyangkan pinggulnya maju mundur terhadap wanita itu. Sedangkan wanita yang berada di bawahnya semakin mendesah nikmat mengikuti permainan yang di lakukan lelaki tersebut. "Ah ... Justin. Kamu hebat. Ah ... A-aku, ingin keluar sekarang, ahhh ...." "Tahan sayang, aku belum puas. Sebentar lagi ya." "Ouh ... Aku udah nggak kuat lagi, ah ... Permainanmu sungguh gila." Desah wanita itu dengan suara nikmat dan merdu. Justin, mempelankan gerakannya di bawahnya sana, hingga wanita yang berada di bawahnya pun mulai melihat ke arah Justin dengan tatapan menggoda. Ia menggigit bibir bawahnya seraya memeluk Justin. "Kenapa pelan?" Tanyanya dengan suara lembut. "Kamu suka aku bermain kasar?" Tanyanya dengan tatapan nakal dan sedikit meremas payud*ara wanita itu. "Ahh ... Tanganmu nakal, Justin." "Jadi kamu mau aku bermain kasar atau lembut sayang?" Merasakan sesuatu di bawah sana yang sudah tak tertahankan lagi, membuat Wanita itu ingin cepat-cepat mengeluarkan cairan kental itu. "Ah .. Justin aku sudah tidak tahan. Aku ingin keluar sekarang." Justin tersenyum smirk, ia suka jika setiap wanita yang di tiduri selau mengatakan kalimat itu karena tandanya, ia berhasil mendapatkan kepuasan. **** Queen dan Nicho baru saja sampai di rumah mewah nan besar bernuansa warna biru muda dan juga gold. Mereka segera turun dari mobil Nicho. Queen bingung, ia melihat ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Ia pun memerhatikan mobil itu. Nicho berdiri tepat di dekatnya. "Ini ada mobil di rumah Lo. Ada yang tinggal di rumahnya Lo?" Tanyanya. Queen Masih memerhatikan mobil itu. Ia menggeleng. "Gue nggak tahu." "Memang sebelumnya rumah Lo nggak ada yang nempatin?" Queen menoleh kearah Nicho. "Selama gue pergi ke LA, rumah ini yang ngerawat Tante gue, adik perempuan Bokap gue. Tapi setahu gue, mereka nggak menyewakan rumah ini. Bahkan waktu gue tiba di Indonesia Tante gue bilang kalau cuma ada satu orang yang selalu bersih-bersih rumah ini, yaitu Pak Kosim." "Mungkin ini mobil Pak Kosim." Sahut Nicho. "Ngaco. Pak Kosim nggak punya mobil. Dia cuma sebulan dua kali ke rumah ini untuk bersih-bersih, dan paling cuma menginap tiga hari aja disini. Dia lebih sering di kampungnya." "Ya ... Sapa tau aja dia sama kendaraan online kan." Queen terdiam sejenak. "Ah mending gue masuk aja deh daripada penasaran." Gadis cantik itu pun langsung melanjutkan langkahnya menuju ke pintu rumahnya yang diikuti oleh Nicho di belakangnya. Tok ... Tok .. "Permisi ... Permisi ... Hallo ... Sepada." Teriak Queen Ia menoleh kearah Nicho. "Kok nggak ada sahutan ya." "Coba Lo pencet bel nya." Usul Nicho. "Nggak bisa bel nya udah rusak lama dan belum sempat di benerin." "Yaudah coba ketuk sekali lagi." Ujar Nicho. Queen mengangguk, gadis cantik itu kembali mengetuk pintu tersebut hingga beberapa kali, ia juga memanggil-manggil. Namun sudah lima menit, tak ada sahutan dari dalam sana. "Kok gue mikirnya ada penjahat ya." Celetuk Queen. "Nggak usah ngaco Lo kalau ngomong. Nggak mungkin rampok terang-terangan siang begini. Coba sekarang gue aja yang ngetuk ya." Sahut Nicho. Tok ... Tok .... "Sepada ... Apa ada orang?" Teriak Nicho. Tetap saja, tak ada jawaban dari dalam sana, hingga membuat mereka berdua pun bingung. Queen duduk di bangku yang berada di teras itu. "Gue coba untuk hubungin Tante gue ya." Ucapnya yang dianggukan oleh Nicho. Pandangan Nicho berkeliling, ia melihat ke jendela juga dan Tak ada tanda-tanda orang di dalam sana. Hingga ia pun mencoba membuka kenop pintu itu. Ceklek. Tiba-tiba saja, pintu itu terbuka dan membuatnya menoleh kearah Queen. "Queen, pintunya kebuka." Ujarnya Queen yang sedang berusaha menghubungi sang Tante pun langsung bangkit dari posisinya, ia pun langsung masuk ke dalam rumahnya dan jelas diikuti oleh Nicho. Langkahnya berjalan menyusuri rumah itu. "Nggak ada orang." Gumamnya. "Mungkin orangnya lagi keluar." Sahut Nicho. Queen kembali melangkah kakinya, menuju kearah tangga. Namun saat ia menghentikan langkahnya sejenak, ketika seperti mendengar suara seseorang di dalam kamar tamu yang berada tepat di dekat tangga itu. "Kenapa? Kok berhenti?" Tanya Nicho yang masih di bawah sana. "Bentar-bentar gue kaya dengar seseorang." Jawabnya. Queen mengurungkann niatnya untuk menaiki tangga itu. Kini, ia berjalan menuju kearah kamar tamu itu dan mulai mendekatkan telinganya pada pintu tersebut. "Ah ... Justin. Udah cukup, kamu buat aku lelah." "Bagaimana kalau nanti malam kita lanjutkan lagi." "Justin, kamu emang maniak." Kedua matanya terbelalak ketika mendengar seorang wanita dan juga lelaki sedang mengobrol mesra di dalam sana. Dan yang paling membuatnya emosi, dia mengenali suara lelaki itu yang tak lain adalah Justin. Dengan rasa amarah dan juga dendam, Queen mengetuk pintu itu keras. Tok! Tok ... TOK ....  "Justin ... Keluar Lo! Justin ... Keluar Lo dari rumah gue! Dasar Lo Bangs*t! Lo berani berbuat m*sum di rumah gue! Keluar Lo Justin! KELUAR!!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD