bc

Miliki Aku, Om

book_age16+
5.7K
FOLLOW
20.8K
READ
possessive
goodgirl
coming of age
virgin
gorgeous
lords
like
intro-logo
Blurb

Mayra, gadis sembilan belas tahun mengalami tragedi memalukan di hari pernikahannya. Dipo, sang mempelai pria tiba-tiba kabur dari prosesi ijab qobul. Beruntung Fandi, yang merupakan paman dari Dipo bersedia menggantikan mempelai lelaki. Perselisihan pun kerap terjadi pada pasangan beda usia ini.

chap-preview
Free preview
Pengantin Pengganti
“Lepaskan, Om! Pokoknya Ini cuma sementara. Aku nggak mau jadi istrinya Om Fandi. Aku masih muda, Om. Masa depanku masih panjang. Aku malu sama temen-temen kalau sampai mereka tau aku dinikahi duda berumur.” Aku membatalkan usapan pada pundak Mayra dengan perasaan hancur. Gadis sembilan belas tahun yang baru kunikahi dua jam yang lalu. *** Di hari pernikahan itulah, semua harapan Mayra gantungkan pada Dipo, pria pertama yang membuatnya jatuh cinta hingga tidak dapat berpaling, bahkan tak sanggup menolak ketika dia dilamar. Gaun pengantin sudah Mayra kenakan, tamu undangan sudah memenuhi tempatnya dan keluarga besar sudah berkumpul menyambut dengan suka cita rombongan kami, pengantin pria. Impian Mayra sebentar lagi akan terwujud, yaitu menikah dan menjalani hari-hari bahagia bersama Dipo. Tapi sayangnya, Dipo tidak ada diantara kami. Semua orang menggunjing, maka sampailah berita itu pada Mayra.Semua orang pun bingung, tidak hanya keluarga Mayra, tetapi keluarga besar kujuga. Aku tidak pernah menyangka jika Dipo tidak akan datang meskipun akad sudah diundur hingga beberapa jam. Dia telah mencoreng nama besar keluarga dengan tinta hitam sebuah penghinaan. Tidak ada yang lebih hina jika dibandingkan dengan menghilangnya Dipo di momen penting ini. Dia, telah berhasil melumpuhkan otakku hingga tidak punya pilihan lain selain menggantikan posisinya di samping Mayra. Ya, menjadi pengantin pengganti. Mayra menangis. Meskipun batinnya kacau, aku tau sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mengamuk. Mayra masih mempertimbangkan harga diri sang bapak. Justru Pak Hartanto lebih terpukul dibandingkan dirinya. Anak semata wayangnya gagal menikah, pasti akan meninggalkan luka yang mendalam. Itu adalah ketakutan terbesarku. Juga Mayra. Pelaminan bernuansa putih menjadi tujuanku saat kueratkan genggaman tangan Mayra menaiki tangga yang tak seberapa tinggi ini. Terpaksa memasang senyum demi ratusan tamu undangan yang sudah menantikan pasangan pengantinnya baru, aku dan Mayra. Butuh waktu dua jam untuk membujuk Mayra agar mau bersanding denganku di pelaminan. Aku seorang duda berusia tiga puluh tujuh tahun, yang saat ini sedang berjuang meyakinkan seorang gadis agar tidak berbuat nekat saat sedang patah begini. Sedangkan perasaanku sendiri, biarlah begini adanya. Aku sudah terbiasa ditempa oleh rasa sakit, dihancurkan dengan kekecewaan dan bergelut dengan air mata. Tak akan ada bedanya ketika ada atau tidak gadis ini nanti dalam kehidupanku. Mungkin akan sedikit lebih seru jika Dipo tau,bahwa kekasihnya telah menjadi tantenya. Jadi ingin tertawa. Menertawakan nasib sendiri. Datang sebagai wakil dari orang tua Dipo yang sudah tiada, sebagai besan dari Pak Hartanto, malah berujung menjadi menantunya. Kan lucu? Aku seperti terkena jerat sendiri. Anak gadis yang kuminta untuk kunikahkan dengan keponakan, berakhir dengan status istri untukku. POV Mayra “Saya terima nikah dan kawinnya Mayra Azzalia binti Hartanto dengan emas kawin perhiasan emas sebesar dua puluh gram di bayar tunai.” “Bagaimana saksi?” “SAH ...!” Duniaku hancur seketika. Nafas tiba-tiba sesak dan penglihatanku meremang hingga membutuhkanmu pertolongan darurat. Aku pingsan. . Pertama kali membuka mata, terlihat samar sosok lelaki duduk di tepi ranjang tempat aku berbaring. Pergerakan tubuhku membuatnya menoleh.Rona kekhawatiran jelas terpancar dari kedua matanya. Tangannya terulur menyentuh pundakku. “Kamu sudah bangun, Mayra,” ucapnya sangat lembut. Namun, tetap saja tidak dapat mengembalikan hatiku yang sudah terlanjur luluh lantak. “Lepaskan, Om! Pokoknya Ini cuma pura-pura. Aku nggak mau jadi istrinya Om Fandi. Aku masih muda, Om. Masa depanku masih panjang. Aku malu sama temen-temen kalau sampai mereka tau aku dinikahi duda berumur,” balasku dengan suara parau. Lelaki itu menarik tangannya. Gurat kecemasan berubah menjadi kekecewaan. Ia bangkit dan meninggalkan aku seorang diri di kamar pengantin ini. Air mata terus mengucur tanpa henti. Berusaha duduk dengan posisi sempurna. Sebab, kebaya ini menyulitkan aku untuk bergerak leluasa. Kupandangi bayangan yang terpantul di cermin lemari. Aku benci hidupku. Benci Dipo dan juga pamannya, Om Fandi. Tanpa sadar, tangan menjambak rambutku sendiri. Sanggul yang sempat tertata rapi kini menjadi berantakan. “May, jangan!” Tiba-tiba ibu menangkap tanganku. “Ibu ...! Kenapa Dipo melakukan ini padaku? Apa salahku,Bu?” “Sabar, Nak. Istighfar ... astagfirullahhaladzim. Istighfar,Mayra.” Aku tersedu diperlukan ibu. Perlahan ibu membimbingku untuk mengucapkan istighfar, perlahan kuikuti titahnya. Setelah itu, dadaku seperti dialiri hawa sejuk. Nafas terasa ringan dan isakan pun berhenti dengan sendirinya “Semua yang terjadi padamu, itu sudah menjadi kehendak Gusti Allah, Nduk. Beristighfar lah supaya hatimu menjadi lapang.” “Tapi, Bu-“ “Terima takdirmu. Beruntung pak Fandi mau menggantikan Dipo.Coba kalau nggak ada beliau, malu keluarga kita, May.” Akhirnya aku hanya bisa pasrah. Menjalani takdir yang sudah di gariskan, terpaksa menerima Om Fandi sebagai suamiku. Menggantikan Dipo,lelaki bre****k yang kabur di hari pernikahan kami. Dengan berat hati, akhirnya ibu dan Om Fandi berhasil membujukku untuk keluar bersanding di pelaminan. Tata rias yang sedang menunggu kesiapanku pun segera bergerak cepat. Menyulap wajah sembab ini menjadi segar kembali. Aku sendiri tidak menyangka ketika melihat bayang sendiri, aku terlihat sangat cantik hari ini. Ketika seseorang mengulur tangannya untuk menyambutku, aku terkesiap. Ah, ternyata Om Fandi. Seandainya itu Dipo .... Air mata hampir tertumpah lagi mengingat nama itu.Seandainya, Dipo tidak kabur, seandainya yang mengucapkan ijab qobul tadi adalah Dipo, mungkin akulah wanita yang paling bahagia saat ini. Tapi itu hanya mimpi, hiks! * Kini, apa yang harus kulakukan? Merima om Fandi bukanlah sesuatu yang mudah. Usia menjadi pengganjal ikhlasku. Meski sudah berulang kali beristigfar, mencoba menerima takdir, tetapi tetap saja hatiku belum bisa menerima lelaki itu. “May,” seseorang memanggil dan terdengar sangat dekat sekali. “Om Fandi ngapain masuk kamar Mayra?” tanyaku dengan memasang wajah curiga. “Om Fandi ‘kan suami kamu, May. Apa kamu berkeberatan kalau Om tidur di sini?” “Tidur di sini?” “Oh ... oke! Kalau begitu biar Om tidur di sofa depan TV saja.” Om Fandi berbalik arah dan memutar handle pintu. “Jangan, Om!” Aduh! Bisa gawat kalau bapak dan ibu tau Om Fandi tidur diluar. “Di sini saja.” Aku menepuk bantal yang ada di sebelahku. Sementara, Om Fandi menutup kembali pintu yang sudah terbuka sedikit, lalu menguncinya. Om Fandi berjalan semakin dekat. Sekarang, aku berdua saja dengannya di dalam kamar pengantin. Apa yang akan terjadi denganku? Satu kamar dengan lelaki yang sudah menduda selama sepuluh tahun? “Jadi ... Om tidur di sini nih.” Om Fandi langsung duduk di sampingku tanpa menunggu jawabanku. Aku jadi ngeri didekati duda ini. Semoga tidak ada acara meminta nafkah batin seperti kebanyakan kisah malam pertama dari cerita yang sering k****a. Kalau beneran, bisa tamat riwayatmu, Mayra .... “Ayo, May." Suara Om Fandi mengajakku. Duh, gawat. "Mayra!" Suaranya makin meninggi. mungkin dia marah karena aku tidak juga bergerak. "Punya kuping, kan?" bentaknya. “Om Fandi ma-mau ngapain?” Next

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook