Catatan No. XLI : “Diary”

1348 Words
Sedari awal, Nida sudah merasa ada yang tidak beres dengan hubungan Maria dan para ajudannya. Gadis itu bahkan mengakui, bahwasanya sejak perang tiga tahun lalu, Tyan dan Arby berubah sikap hingga menjadi seperti orang asing. Lalu terkait dengan keberadaan Yulia. Adalah benar fakta bahwa Nida baru mengenal Maria dalam beberapa bulan terakhir ini. Dia juga bisa mengerti ketika terjadi hal-hal di luar kendali, maka Tyan dan Arby menjadi gugus pertama untuk memberikan respons dan reaksi. Pun begitu, Nida tak paham akan segala bentuk kerahasiaan di antara mereka. Seakan Nida tak berhak untuk ikut campur lebih dalam, terlebih ketika Maria bertransformasi menjadi Yulia. Ia merasa melihat Maria seperti burung kenari. Dikurung dalam sangkar, indah, enak dipandang, namun kebebasannya terkekang. Wanita pujaannya ada dalam kesulitan. Merupakan sebuah kewajiban baginya untuk datang membantu. Sebagai seorang pria, Nida tak bisa berdiam diri. Ia harus melakukan sesuatu, apa pun itu. Batinnya membayangkan Maria seperti seorang tuan putri yang disandera oleh pihak jahat. Nida lantas bergegas mendaki tangga menuju rumah gadis itu. Ia tak peduli akan berbagai macam konsekuensi. Mentalnya sudah bersiap untuk konflik yang menanti. Tyan sekarang mungkin memiliki kekuatan manusia super. Pria itu bisa saja lebih kuat dari Nida. Pun begitu, Nida tak peduli, serta tidak ingin mencari tahu lebih banyak. Fokusnya hanya satu; Menyelamatkan Maria dari orang yang mengganggunya. Nida harus mempersiapkan diri untuk keributan selanjutnya. Ini adalah masalah pribadi. Yuki dan Celine bahkan tidak diberi tahu akan rencana ini. Di penghujung bukit, sesuai dugaan langkahnya dihadang oleh Arby. Pria itu muncul dengan album foto di tangan, “Aku tahu apa yang kau pikirkan, Nida.. Tapi percayalah, Maria yang kau kenal bukanlah tunanganmu, kami sudah mengenal dia sejak lama.” Nida menghentikan langkahnya. Sebenarnya bukan itu tujuan Nida datang ke sini. Lagi pula, klaim itu hanya datang dari Arby sepihak, tak ada bukti apa pun untuk pernyataannya tersebut. Nida mungkin pernah melihat foto Maria muda bersama Tyan dan yang lain. Akan tetapi, terdapat sebuah kejanggalan. Sosok di foto itu memiliki iris mata hijau. Dia Yulia. Merasa tergelitik, batin Nida kemudian menyusun sebuah hipotesis. Bagaimana jika— Yulia dan Maria adalah benar-benar dua orang yang berbeda? Mungkinkah… karena suatu alasan tubuh keduanya bergabung menjadi satu? Persis seperti fusion di anime yang pernah ia tonton. Entahlah, pikirannya terlalu liar. Pun begitu, jauh dari lubuk hati paling dalam, Nida sesungguhnya masih menolak percaya bahwa Maria hanyalah salinan dari Fia. Haruskah ia memulai keributan di sini? Namun niat Nida urung ketika menyaksikan album foto di lengan Arby melayang terlempar padanya. Pria itu sukses menangkap seraya raut wajahnya menunjukkan kebingungan. Arby kembali membetulkan letak kacamata seraya menyuruh Nida untuk memeriksa. “Semoga itu cukup untuk menghentikanmu dari angan-angan kosong itu.” Sampul album itu berisi Maria dan seorang pemuda mirip dirinya. Batinnya berpikir sejenak, menerka sosok tersebut, “Jadi ini yang namanya Lenka?” Pandangannya kemudian teralihkan oleh kemunculan Tyan di pintu depan rumah. Pria itu tak berucap apa pun, hanya berdiri seraya memandanginya dingin. Menyiratkan sebuah pesan untuk tak berbuat macam-macam. Nida mengerti. Kakinya melangkah mundur, menggagalkan niat sedari tadi untuk memulai konfrontasi. Lagi pula, memanggil teman-temannya untuk urusan pribadi dirasa bukan ide bagus. Teduh pohon dekat rumah Maria seolah memanggil Nida untuk bersandar di bawahnya. Pria itu duduk beristirahat pada kursi taman tempatnya memadu kasih dengan Maria beberapa waktu lalu. Album foto di tangan perlahan ia buka. ======================================================= Potret itu berisikan seorang pemuda mengenakan baju SMA, lengkap dengan emblem OSIS di saku bajunya. Lenka menenteng tas seraya membalikkan badan. Alis membentuk sudut tajam dan mata cokelat itu mirip sekali dengan dirinya. Di bawah foto itu terdapat tulisan tangan buatan Maria.  “Lenka. Sahabat masa kecilku.” ====================================================== Foto berikutnya berisi sekumpulan orang berpenampilan aneh. Coretan spidol di sana bertulisan ‘Herotic’ dengan nama-nama terpampang dari sudut kiri ke kanan. Beberapa ada yang ia kenal; [“Rendi, Tyan, Siska, Lenka, Ardi, Dian, Adiw.”] Pandangannya terpusat pada sosok pemuda mirip dirinya, dan pemuda lain dengan wajah kusut. Dua pemuda itu tersenyum lebar seraya saling melingkarkan lengan pada bahu Maria di tengah-tengah mereka. Rambut Maria berwarna hitam legam. Beberapa tahun lalu ternyata dia disebut dengan Siska. Nama panjangnya kalau tak salah, Fiani Maria Fransiska. Di tengah foto itu terdapat tulisan lainnya, ‘Herotics—best friend ever. Aku tak akan pernah bisa melupakan waktu bersama mereka. Semoga kita bisa bertemu lagi’. Membaca itu Nida agak mengerutkan alisnya. Selain Arby dan Tyan, ia tak mengenal sisanya. Wajah mereka asing. Mungkin kelompok ini membubarkan diri atau semacamnya. ======================================================= Darah Nida terpompa kencang, mendidih ketika menatap foto adegan ciuman antara Maria dan Lenka. Gambar itu diambil secara candid oleh salah satu sahabat mereka. Mereka benar-benar sepasang kekasih. Halaman berikutnya hanyalah berisi foto-foto berdua. Ketika liburan ke pantai, berenang bersama, serta tidur dalam empuknya hamparan rumput di bawah cahaya rembulan. ======================================================= Kemudian Nida tiba pada halaman terakhir Halaman tersebut berisikan sebuah kalung dogtag. Biasa digunakan oleh tantara militer, fungsinya untuk mengidentifikasi jasad dari prajurit yang telah gugur. Dogtag tersebut bertuliskan nama Lenka. Kembaran antar dimensi dari Nida itu benar-benar meninggal seperti yang diceritakan. Nida hanya termenung menatap kertas tempat ditempelkan kalung tersebut. Halaman terakhir itu lebih lusuh dari lembaran lainnya. Di sana ada bekas pudar di berbagai sudut. Terlihat seperti bekas tetesan cairan. Mendadak saja terbayang wajah Maria meratapi halaman terakhir ini seraya berlinang air mata. Batin Nida trenyuh memikirkan itu. Ia seakan diingatkan akan kondisi dirinya sendiri yang meratap pedih akan kepergian Fia. Kisahnya bersama Fia sama-sama berakhir tragis seperti akhir Len dan Maria. ======================================================== Di gambar berikutnya. Terdapat foto Arby, Tyan, dan Adiw … dan tentu saja Maria. Berjajar  bersama dengan wajah serius, mereka mengenakan pakaian setelan hitam dengan lengan terkepal. Di bawahnya terdapat tulisan lainnya, ‘Brand New Herotics— aku harus bisa memimpin Negara ini setelah berbagai kekacauan yang terjadi.’ ======================================================= Nida tak mengerti, apa yang Arby coba tunjukan di album ini? Yang ia tangkap sejauh ini hanyalah kehidupan Maria bersama teman-temannya yang tak ia kenal sama sekali. Dan tentu saja bersama Lenka, pria yang menjadi kembaran antar dimensinya— Nida versi Planet Bumi. Arby berdiri di samping Nida, mengelap kaca mata yang ia pakai, “Kau masih belum mengerti juga? Orang yang kau anggap sebagai tunangan itu sudah ada di sini sejak dia kecil. Dia bahkan memiliki pacar jauh lebih lama dari waktu hilangnya tunanganmu itu.” Nida akhirnya sadar poin utama dari album itu. Di tiap foto tertulis tanggal diambil dalam rentang tahun 2007, bukti bahwa benda itu dibuat jauh lebih lama dari waktu hilangnya Maria. Mulutnya tergagap hendak berucap, “Tapi..” “Aku kenal dengan dia sejak Kecil,” potong Arby menegaskan. Nida masih tak mau menyerah, “Bagaimana dengan Yulia?” Pertanyaan Nida barusan kembali mengubah raut wajah Arby. Ia hanya membuang pandangan ke arah lain, seraya berkilah dalam nada yang tak meyakinkan, “Dia bukan siapa-siapa. Kau bisa menyebutnya Hantu, Makhluk Gaib, Jin, Qarin.. Terserah apa pun itu.” Yulia bukan Manusia? Dia makhluk halus? Tapi Nida bisa menyentuh gadis itu ketika bertemu beberapa hari sebelumnya. Nida kembali bertanya, “Apa dia kembaran Maria?” Arby memasang wajah bimbang, “Yulia adalah masa lalu dari Maria. Sebelumnya dia memang dipanggil Yulia.” “Masa lalu?” Apa itu artinya Maria berganti nama? Tapi itu tak menjelaskan tentang fenomena kemunculan Yulia. Apa gadis bermata hijau itu semacam bentuk dari kepribadian ganda? Sungguhkah Maria mengidap penyakit Multiple Personality Disorder[1]? Nida terdiam, haruskah ia mempercayai Album ini? Informasi dari Arby pun terasa berbelit-belit, terasa sekali ada suatu hal yang disembunyikan. Tapi Maria sendiri pernah berkata sesuatu tentang hal itu. Malam hari ketika menyatakan cinta. Maria sedikit menyinggung Lenka. Gadis itu juga terlihat murung ketika mengingatnya. Dalam suatu kesempatan dia bahkan terang-terangan mengakui Nida hanyalah pelarian dari cinta di masa lalunya. Maria sendiri mengenal Lenka sejak lama— lebih dari tiga tahun yang lalu, saat Fia hilang ditelan Black Hole. Kesimpulan akhir: Maria dan Yulia adalah orang yang sama. Musnah kembali harapan yang mulai ia tanam. ------------------------------------------------------------------------- [1] Multiple Personality Disorder / Gangguan identitas disosiatif adalah gangguan jiwa yang berasal dari akibat sampingan trauma parah. Individu biasanya mengalami pengalaman traumatis yang cukup ekstrim dan terjadi berulang kali yang mengakibatkan terbentuknya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Masing-masing individu dengan ingatan sendiri, kepercayaan, perilaku, pola pikir, serta cara melihat lingkungan dan diri mereka sendiri. Dua kepribadian ini secara berulang memegang kendali penuh atas tubuh si individu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD