Penerima Kutukan 2

1057 Words
“Hah … hah … hah ….” Ashleigh berusaha mengatur napasnya yang terburu, tidak beraturan. Dadanya naik turun kerana jantung yang berdebum seolah dapat meledak. Bahkan pemuda kurus ini bisa mendengar detak dari gumpalan daging tersebut. Ia kini tengah bersender di tepi ranjang, tubuh ringkih Ashleigh masih terkulai lemas di lantai yang basah akibat keringat dan air ludahnya sendiri. Bahkan tadi, ia sempat muntah. Meski yang ia keluarkan dari lambung hanya berupa air saja. Masam. Ashleigh menyeka mulutnya dengan susah payah. Tanda kutukan di lehernya sudah tidak lagi menyala-nyala, sudah berhenti meraung. Jadi, saat ini rasa siksaan yang menderanya sedikit berkurang. Namun, sumpah demi seluruh awan-awan di langit, Ashleigh masih diselimuti oleh rasa takut akan siksaan tersebut. Dia yang dulunya merupakan Penyihir Agung … memang dari awal dilahirkan dengan limpahan kekuatan. Jika merasa sakit barang sedikit saja, tubuh Ashleigh akan menyembuhkan diri dengan otomatis. Menjadi satu-satunya makhluk hidup yang terlahir dari sepasang penyihir merupakan hal paling langka di muka bumi ini. Kehidupan Ashleigh sebagai penyihir dulu sungguh dipenuhi akan berbagai karunia. Jadi, dia mana pernah merasakan siksaan atau pun sakit yang teramat seperti tadi. Ini adalah yang pertama kalinya. “Jadi … aku benar-benar dihukum?” lirih Ashleigh hanya bisa pasrah. Tangan kurusnya tergerak, satu memegangi d**a dan satu lagi memegangi leher—tempat di mana tanda kutukan dengan lingkaran sihir aneh berwarna ungu gelap itu berada. “Baiklah kalau begitu.” Meski ini adalah hukuman sekali pun, Ashleigh tidak akan menyerah dengan apa yang disebut kehidupan. Walaupun dengan tubuh berbeda, bahkan dengan jenis ras yang berbeda pula, Ashleigh pasti bisa menggunakan pengetahuan sihirnya di masa lalu. Menerapkan hal tersebut di dunia yang baru ini. Di mana manusia bisa menggunakan teknik sihir. “Hah … entah apa yang Exilus sudah lakukan.” Ashleigh memejamkan mata. “Tapi aku harus menemukan dulu bagaimana cara kerja sihir dengan tubuh manusia. Karena kalau salah sedikit saja, mungkin akan berbahaya.” Ashleigh tahu kalau tubuh dari pangeran ketiga belas ini hanya dipenuhi oleh sihir gelap. Dan itu merupakan kekuatan dari luar. Bukan dari tubuh ini sendiri. Jadi, dapat Ashleigh simpulkan bahwa pangeran ketiga belas ini bahkan belum membangkitkan sihirnya sendiri. “Dalam kasus bangsa penyihir, membangkitkan sihir bukan di dunia bawah sama artinya dengan menjatuhkan diri ke dalam jurang kematian. Di mana presentasi kegagalannya jauh lebih besar dari pada perhitungan berhasil.” Ashleigh mendongak, menatap langit-langit ruangan yang memiliki hiasan pola unik dan dihiasi dengan lampu gantung indah yang sangat besar. “Kalau yang membangkitkan sihir adalah manusia … apa yang akan terjadi, ya?” Sial. Padahal ini yang Ashleigh ingin tahu dari Mei sedari awal. Bukan sejarah sesat yang tertulis di buku panduan—oh? Tanpa sadar, Ashleigh bisa duduk tegap dengan wajah berbinar-binar. “Benar! Buku panduan itu!” serunya sedikit lantang. Entah mendapat kekuatan dari mana. Mungkin ini karena petikan api semangat dari dalam jiwa Ashleigh sendiri. Dengan beringsut secara pelan-pelan ke tepian nakas, yang untungnya memiliki jarak tidak terlalu jauh dari posisi yang sekarang, Ashleigh meraih lagi buku panduan tadi. Ia lalu kembali duduk di lantai dengan bersender di kasur. Tidak sakit, karena bahkan tepian kasur dilapisi dengan selimut tebal. Jadi punggung kurus Ashleigh tidak bertemu langsung dengan kayu dari tepian ranjang itu. “Baiklah, mari kita lihat.” Ashleigh membuka daftar isi dari buku panduan tadi. Netra merah Ashleigh bergerak perlahan, sesuai dengan irama dari jari telunjuk. Ia sebenarnya cukup takjub dengan pemahaman dari tubuh pangeran ketiga belas ini. Beruntung dia bisa baca tulis dan berbicara dengan bahasa baru di dunia ini. “Ini dia!” seru Ashleigh sambil mengetuk sekali sederet kalimat di daftar isi yang bertuliskan ‘Sihir.’ Dengan anak sub judul berupa latar belakang sihir, sejarah sihir, pengertian dan pengembangan sihir, klasifikasi sihir, elemen-elemen terkuat dalam sihir, teknik pemakaian sihir tingkat dasar, teknik pemakaian sihir tingkat menengah, teknik pemakaian sihir tingkat tinggi, serta hal-hal yang di larang dalam sihir. “Banyak juga.” Dan yang Ashleigh perlukan sekarang adalah teknik dasar dalam penyembuhan dan peningkatan fisik. Sebenarnya Ashleigh merasa sedikit sangsi. Bayangkan saja, seorang pangeran terkena kutukan sihir, tapi bahkan sampai sekarang tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Jadi itu berarti bisa saja pangeran ini merupakan entitas lain dari sihir-sihir yang diketahui oleh manusia, bukan? Tidak mungkin seorang pangeran langsung diabaikan begitu saja, hanya karena dia sakit, tidak sempurna. “Atau … raja sudah langsung menyerah?” Ashleigh kembali berpikir hal lain selagi membuka halaman demi halaman dari buku panduan tadi. “Benar juga. Aku ini pangeran ketiga belas, berarti ada dua belas pangeran lain yang masih sehat untuk dapat diandalkan. Hm, kalau begitu apa ibu dari pangeran ini juga merasa demikian? Dia ke mana juga saat anaknya menderita seperti tadi?” Ashleigh malah mengomel-ngomel. Pasalnya dia dulu memiliki ayah dan ibu yang sangat penyayang, baik, dan begitu perhatian. Ashleigh sebagai Penyihir Agung benar-benar dilimpahkan kenikmatan yang tiada tara. Meski begitu, Ashleigh tidak pernah merasa sombong, kok. Dia bahkan selalu belajar dan berjuang jika ingin menguasai satu kekuatan. “Aku harus berhenti memikirkan masa lalu. Aku harus fokus pada masa sekarang,” gumamnya ketika sudah mendapati halaman yang diinginkan. Ashleigh mulai membaca deretan tulisan yang tertera pada halaman buku di sana. Hal pertama yang ingin Ashleigh tahu sebelumnya adalah, bagaimana manusia bisa mendapatkan kekuatan sihir yang tidak seharusnya mereka miliki. “Setelah Penyihir Agung membelah diri menjadi dua bagian, satu di antaranya tinggal di dunia manusia, sedangkan satunya lagi naik ke langit untuk kembali ke taktah-Nya sebagai seorang dewa.” Ashleigh berhenti untuk mengambil napas. Sangat aneh saat menyebutkan sendiri bahwa dirinya adalah dewa. Ashleigh tidak akan pernah terbiasa. “Lalu bagian-Nya yang tinggal di bumi bersama dengan para manusia akhirnya mengungkapkan nama sebagai Exilus. Wow, jadi kau yang mengaku sebagai dewa?” Ashleigh ingin memukul kepala muridnya itu, andai kata mereka bisa bertemu. “Kemudian dibangunlah sebuah kerajaan dengan nama Atlantesia, dengan Exilus sebagai raja pertamanya. Namun, bahkan sampai akhir, sosok wanita yang membuat Exilus jatuh cinta tidak pernah diperlihatkan kepada dunia.” Ashleigh sedang berpikir lagi, ia juga jadi penasaran dengan wanita yang bisa membuat anak muridnya yang jenius itu jatuh cinta. “Pada suatu hari, Raja Exilus menunjukan seorang bayi. Anak dari dirinya dan wanita yang ia cintai. Bayi itu terlihat memiliki kulit bercahaya, seolah dapat menggantikan sinar mentari—wah, kau bereksperimen dengan hal yang berbahaya!” Ashleigh yang langsung sadar lantas menjerit. “Aku benar-benar harus menghukummu!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD