The story

1428 Words
Suasana yang ramai di dalam ruangan yang luas siang itu tidak dapat dihentikan, masing-masing dari mereka melakukan aktivitas sesuai dengan posisi yang sebelumnya telah mereka duduki. Lampu sorot, speaker, kamera, properti, dan bahkan beberapa kostum yang tergantung di sana serta jenis-jenis make up yang tersusun rapih di atas meja, merupakan barang-barang yang menjadi penopang dari kesibukan orang-orang itu. Mereka sibuk dengan masing-masing dari barang yang tersedia, sang perancang busana serta beberapa asistennya bahkan tidak pernah berhenti untuk membenarkan dan menelaah kembali baju-baju yang tergantung di sana, para make up artis yang tengah sibuk merias wajah, rambut serta tatoo yang sengaja digambar tidak permanen kepada tiga orang yang tengah terduduk di hadapannya, sang fotographer yang selalu mengecek lensa kameranya agar tetap bersih, sang lighting yang mencocokkan penerangan agar sesuai dengan harapan sang fotographer, serta beberapa orang yang berkali-kali terlihat menggeser-geserkan properti untuk mengganti tema dari sesi pemotretan yang tengah berlangsung siang itu. Suasana siang itu tidak pernah sepi karena alunan musik dari Michael Jackson berjudul Billi Jean mengiringi aktivitas mereka semua, tidak ada dari mereka yang terganggu dengan suara indah sang Raja Pop. Bahkan beberapa dari mereka kedapati tengah mengikuti nyanyiannya dengan menari dan bahkan ikut bernyanyi mengikuti sang Raja pop yang telah wafat beberapa tahu silam. “ pemotretan akan segera di lakukan, para model stand by in the front!” kata yang diucapkan oleh sang fotographer pun membuat para make up artis di sana semakin sibuk menyelesaikan riasan mereka, dengan teliti mereka mempoles ketiga wajah yang rupawan menjadi lebih sempurna dan indah untuk di pandang. “Abigail, Are You Ready?!” “yeah, Abigail Ready!!” pertanyaan sang fotographer saat itu langsung diberi jawaban oleh para make up Artis yang kemudian memerintahkan wanita cantik di sana untuk segera memasuki wilayah pemotretan itu, dengan langkah anggunnya ia berjalan dan duduk di kursi putih indah itu, dan dengan arahan yang diberikan oleh sang fotographer padanya, serta kepatuhan dari wanita cantik dalam bergaya membuat sang fotographer merasa bangga karena ekspetasi dirinya terhadap wanita cantik itu sangatlah sesuai dengan kenyataannya. “good!! kamu gak pernah kecewain saya”ucap sang fotographer dengan kedua pandangan yang kini tertuju pada layar kamera tersebut dan mengecek kembali hasil jepretannya, “Joshua Ready!!” ucap salah satu make up artis di sana, dan hal itu membuat sang fotographer mempersilahkan model lelaki yang bernama Joshua itu untuk masuk ke dalam frame dan melakukan sesi photo bersama dengan Abigail, dan tidak lama dari sana pun sang fotographer meminta model lainnya untuk masuk ke dalam frame,dengan berucap,   “Delbert came in!” ucapnya, dan hal itu membuat model lelaki tinggi itu masuk ke dalam frame dan mengikuti sesi pemotretan siang itu. … Dua jam berlalu dengan begitu cepatnya, dan kali ini sang Fotographer memutuskan untuk melakukan sesi photo personal, dan ia pun mempersilahkan dua model lainnya untuk beristirahat dengan berucap, “Delbert, Bigail … please take a breathe, kalian berdua selesai!” ucapnya seraya mempersilahkan mereka berdua untuk meninggalkan frame, “it’s done??” tanya Abigail, wanita Cantik itu kembali tersenyum senang setelah sang Fotographer kembali menjawab, “yeah, two of you … and I will take some picture with Joshua, Shua! You hear me? Kita harus ambil beberapa photo, karena mereka bilang kalau kamu itu yang menjadi ambasador utama dari produk mereka”jelas sang Fotographer, yang membuat Joshua menganggukkan kepalanya seraya berucap, “yeah, let’s go”ajak Joshua, ia menepuk tangannya sekali dan kembali duduk di kursi putih itu dan kembali melakukan sesi pemotretan individualnya.   … Kedua orang model yang sudah selesai melakukan sesi photo pun kini berjalan beriringan menuju kursi pemantau untuk beristirahat, dan melihat beberapa hasil dari jepretan sang Fotographer mereka. “setelah pemotretan ini selesai, apakah kau akan segera pulang ke rumah, Abigail?” pertanyaan yang terlontar dari model lelaki tinggi berkulit hitam dengan kedua mata bulat berwarna hazel, hidung mancung, dan bibir tebal kehitaman, dan tanpa memiliki rambut itu, membuat wanita bernama Abigail, wanita dengan kulit putih, rambut coklat keriting yang saat itu tertata dengan sedemikian rupa hingga menyerupai dewi-dewi surga, kedua matanya yang berbentuk naik dengan warna mata biru terang, hidung mancung dengan vivir kecil berwarna orange, serta tubuh yang benar-benar menunjukkan bahwa ia merupakan seorang model profesional pun kini menolen menatapnya. Digelengkannya kepala Abigail seraya menjawab, “hari ini aku tidak memiliki jadwal dan aku juga sedang tidak ingin pulang ke rumah, jadi … kau mau membawa ku kemana, ALbert??” ucapan yang dilontarkan oleh Abigail saat itu membuat lelaki yang saat itu dipanggil olehnya dengan sebutan Albert pun hanya bisa menghela nafasnya dengan malas, bersamaan dengan tatapan yang menggambarkan seolah dirinya terganggu dengan hal itu, “it’s Adelbert, oh come on! We’ve been three years for works together, you are my friend and you still call me with wrong name?? what’s wrong with you??” jelas Adelbert, ia bahkan membenarkan nama pangilannya serta meragukan pertemanan yang terjalin diantara dirinya dan juga Abigail, mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Adelbert saat itu, membuat mereka-mereka yang mendengarnya pun tertawa dan bahkan beberapa staff hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Adelbert yang kini merentangkankedua tangannya sejajar dengan bahu, seolah meminta penjelasan lebih lanjut mengenai pertemanan mereka tersebut, “She just teasing at you” sebuah suara terdengar dari balik tubuh Adlebert, dan hal itu membuatnya kini memutarkan posisi berdirinya dan mendapati Joshua yang baru saja menyelesaikan sesinya kini berjalan menghampiri salah satu kursi untuk kemudian ia duduk di kursi tersebut, mendengar hal itu membuat Adelbert menganggukkan kepalanya, “i know! All of you always teasing at me, and that was still funny!!! hahaha” ucap Adlebert, dan mereka-mereka yang mendengar dan juga memerhatikannya pun tertawa dengan serempak, karena saat ini Adelbert kembali bertingkah konyol, karena dengan sengaja Adelbert memasang raut sedemikian rupa hingga wajahnya tidak dikenali sama sekali, ia dengan sengaja menirukan simpanse agar mereka tertawa di sana, tidak hanya staff, namun sang fotographer serta Abigail pun tertawa karenanya. “bagaimana dengan kamu, Shua??” kedua mata Joshua seketika menoleh menatap Abigail yang baru saja bertanya dari samping kursinya, “aku akan pulang ke rumah and take some rest, I feel no good today” dan jawaban serta gelengan kepala dari Joshua saat itu lah yang membuat Abigail serta Adelbert secara kompak merengek kepadanya, “oh come on, Josh!! kamu harus ikut pergi main sama kita! Gak mungkin kan aku pergi cuma sama dia doang!”dan kali ini ucapan yang dilontarkan oleh Adelbert membuat Abigail melirik menoleh kepadanya dengan tatapan yang tajam, “emang kenapa kalau memang cuma sama gue?!” tanya Abigail dengan nada yang tinggi, dan hal itu bahkan membuat Joshua serta beberapa orang di sana dan termasuk dengan Adelbert mengerenyitkan dahinya, karena baru saja suara nyaring itu menyakiri telinga mereka, “ya gak mungkin lah! Karena gue gak mau punya gosip sama lu!” jelas Adelbert dan hal itu membuat Abigail terlihat kesal dan kemudian kembali berucap, “sorry ya, gue juga gak mau ada gosip sama lu .. kan gue cantik, masa sama lu sih!” timpal Abigail, ia dengan sengaja memutar dan membelakangi Adelbert seraya melipat kedua tangannya di depan d**a dan melihat hal itu membuat Adelbert mendenguskan nafasnya dan kembali menanggapi ucapan Abigail dengan berucap, “Cantik iya, cerewet juga banget” dan kali ini, ucapan yang dilontarkan oleh Adelbert membuat Abigail terlihat sangat kesal hingga akhirnya membuat Joshua yang sedari tadi diam memerhatikan pun turun tangan dengan berucap, “oke, oke!! aku paham, iya aku ikut!! jadi jangan bertengkar, okay!”  itulah yang Joshua ucapkan kepada mereka berdua yang akhirnya tersenyum menanggapi ucapan tersebut, dan detik setelah Joshua melihat senyuman dari keduanya ia baru memahami, bahwa keduanya bertindak sengaja dan berakting sedemikian rupa agar ia mau ikut bersama dengan keduanya, “sialan” gumam Joshua di hadapan mereka yang kini tertawa terbahak dan saling bertatapan seraya melakukan hi five satu sama lain, tak ada yang dapat di lakukan oleh Joshua setelah ia mengatakan hal itu, dan Abigail serta Adlebert pun sudah memahami watak dari teman yang satunya ini, jika Joshua sudah mengatakan iya, maka dirinya tidak akan pernah membatalkan apa yang telah ia ucapkan. Dan hal itu dipergunakan oleh mereka berdua dengan sangat bijak. Itu adalah anggapan menurut diri mereka sendiri (Abigail dan Adlebert). “oke, let’s go Shua!!” seru Abigail seraya melompat dari kursinya dan berjalan mendahului Joshua serta Adelbert. Malam itu mereka sengaja pergi untuk berkeliling kota dan berakhir di sebuah cafe yang selalu menjadi tempat angkringan mereka disaat mereka merasa bahwa mereka membutuhkan sesuatu untuk melepaskan penat yang mereka rasakan.  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD