Hari sudah menjadi sore, dan hari itu pemotretan dihentikan dan akan melanjutkan pemotretan di hari esoknya lagi. Dan Joshua memutuskan untuk segera pulang ke apartemen setelah ia menolak ajakan Adlebert untuk makan bersama dengan dirinya di cafe taco milik Elyash.
Dengan membeli dua bungkus Chinese food, Joshua melenggang masuk ke dalam lift dan menekan tombol tujuh untuk kemudian sampai ke lantai apartemen miliknya. Dengan santai ia membuka pintu apartemen dan melepaskan sepatunya sebelum akhirnya masuk ke dalam,
“aku pu … Emely?? sejak kapan kau di sini?” tanya Joshua terkejut ketika ia mendapati Emely, nenek dari ibu yang benar-benar dekat dengannya itu kini terduduk di sofa dengan wajah yang terlihat terkejut dengan sesuatu, dan melihat hal itu membuat dahi Joshua berkerut dan kedua matanya kini menoleh menatap Sarah yang keluar dari kamarnya dengan senyuman yang manis di sana,
“Sarah?? kau sudah bertemu dengannya??”tanya Joshua kepada Sarah yang kini menoleh menatap Emely yang masih terdiam di sana dan kemudian mengangguk menjawabnya,
“Emely?? Grandma!” panggil Joshua lagi, dan hal itu membuat Emely tersadar dan tersenyum seraya berucap,
“oh! Shua, kau sudah datang?? maaf, aku baru ingat aku harus pulang dan melakukan sesuatu”jelas dengan terburu-buru Emely meraih tas dan mantel miliknya yang tergantung di tempat gantungan itu dan kemudian meninggalkan Joshua begitu saja,
“tunggu! Grandma, ada apa?? Grandma!” panggil Joshua seraya berbalik melihat Emely yang kini tidak menjawab pertanyaan sang cucu dan segera pergi meninggalkan apartemen itu hingga membuat Joshua kebingungan karenanya.
Diliriknya Sarah yang kini berjalan dan kemudian terduduk di sofa sana, “apakah kalian berbicara sebelumnya, Sarah?” tanya Joshua kepada Sarah yang kini menoleh menatapnya dan mengangguk,
“ya, kamu berbincang sebelumnya” jelas Sarah seraya meraih remote tv dan menyalakan tv di sana,
“apa yang kalian bicarakan?” tanya Joshua penasaran kepadanya, ya … ia tidak pernah melihat Emely seperti itu sebelumnya, bahkan ketika ia bertemu dengan Adelbert sang sahabat, ia selalu terbuka dan tersenyum, tidak seperti saat ini.
“aku mengatakan bahwa kau adalah penyelamatku, aku menceritakan tentang Ayah dan Ibuku, lalu tiba-tiba saja dia mulai seperti itu, jadi aku tinggalkan saja dia … karena ku pikir dia ingin sendirian saat itu” terang Sarah dan hal itu membuat Joshua menghelakan napasnya tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Emely, jika-jika dengan benar Sarah berucap demikian.
Apakah itu salah?? jika Joshua menyelamatkan seorang gadis kecil dan membawanya ke dalam rumah?? apapun itu, Joshua pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Emely ketika ia sudah benar-benar memiliki waktu luang dari pekerjaannya.
“yasudah kalau seperti itu, ayo kita makan … aku membawa Chinese untuk kita makan malam ini” ajak Joshua kepada Sarah yang mengangguk dan berlari kecil untuk membawa piring dari dapur.
…
Seperti apa yang telah direncanakan oleh Joshua beberapa waktu yang lalu, minggu ini Joshua memutuskan untuk pergi ke rumah neneknya Emely bersama dengan Sarah menggunakan mobil yang ia sewa. Dan sepanjang perjalanan Joshua terus saja memikirkan Emely sang nenek, bagaimana tidak? Karena selama ini ketika ia mengabari sang nenek, Joshua tidak pernah sama sekali mendapat jawaban balik darinya, entah itu lewat telephone atau pesan. Emely sama sekali tidak menjawab atau membalasnya, dan hal itulah yang membuatnya menjadi tidak tenang seperti saat ini.
“kau baik-baik saja, Josh?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah saat itu membuat Joshua menoleh menatapnya dengan singkat dan menganggukkan kepalanya dengan ragu dan hal itu membuat Sarah menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap,
“aku tahu kau khawatir dengannya, tenanglah … dia baik-baik saja”ucapan yang dilontarkan oleh Sarah saat itu membuat Joshua mengerutkan keningnya dan menoleh menatap Sarah yang kini menoleh menatap jalanan yang gersang saat itu, dan hal itu membuat Joshua menggelengkan kepalanya dan memfokuskan diri kepada jalanan yang ada.
Sesampainya mereka ke rumah Emely, Joshua mendapati Emely yang tengah terduduk pun segera beranjak dan pergi sebegitu ia melihat kedatangan Joshua beserta dengan Sarah. Dan hal itu langsung membuat Joshua bergegas melepas safety belt miliknya dan berlari untuk mengejar sang nenek yang kini sudah masuk dan langsung menutup dan mengunci pintu tersebut dan tidak membiarkan Joshua untuk masuk ke dalam sana.
“Grandma, are you okay??”tanya Joshua kepada Emely, ia berdiri di depan pintu tersebut dan mengetuk pintu sebanyak tiga kali untuk memanggil Emely, namun tidak ada satupun suara yang dikeluarkan oleh Emely untuknya dan kembali membuat Joshua mengetuk pintu itu,
“what is wrong with you?? are you mad at me??” tanya Joshua lagi kepadanya,dari balik pintu itu Joshua menyandarkan kepalanya menempel kepada pintu kayu coklat yang sudah cukup tua itu, ia merasa sedih … Emely sang Grandma mengacuhkannya seolah ia telah berbuat sebuah kesalahan yang besar, ia tahu … Emely pernah seperti ini sebelumnya dan itu ketika pertama kali Joshua memilih untuk hidup sendiri di kota tanpa adanya teman, menjauhi keluarga dan mencoba untuk hidup mandiri.
“Grandma??” panggil Joshua lagi,
“aku baik-baik saja dear … aku hanya tidak ingin bertemu dengan siapa pun hari ini, pulanglah … kita akan berbicara nanti” dan Jawaban yang diterima oleh Joshua membuatnya semakin menjadi bingung, Emely tidak pernah seperti itu sebelumnya, dan bahkan tidak ketika pertama kali Joshua pergi dari rumah dan tinggal sendirian di apartemen, ia mengerti … sang grandma pasti sedang menyembunyikan sesuatu saat ini, dan hal itulah yang membuat Joshua menganggukkan kepalanya mengerti.
“kau bisa menelfon ku, jika kau sudah siap untuk bercerita padaku, Grandma” ucap Joshua kepadanya, namun ketika Emely tidak menjawab hal itu, Joshua pun tidak bisa melakukan apa-apa selain berjalan kembali menuju mobilnya.
“bagaimana??” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah saat itu diberi gelengan kepala oleh Joshua, dan kemudian ia menoleh menatap Sarah yang kini mengangguk dan menoleh menatap ke arah rumah Emely,
“dia tinggal sendirian di sini?” tanya Sarah kepada Joshua yang tengah menyalakan mobilnya, Joshua mengangguk menanggapinya dan berucap,
“ya … semenjak kakek ku meninggal karena sakit, nenekku sendirian di rumah ini” jawab Joshua seraya melajukan mobil mereka untuk kemudian pergi dari sana,
“jadi, sekarang kemana kita akan pergi, Josh??” tanya Sarah kepadanya yang kini mengerutkan dahinya untuk berpikir, ya … selain pergi ke rumah Emely, tak ada lagi rencana yang ia lakukan setelahnya. Dan ketika handphone miliknya bergetar, ia segera mengangkat sambungan yang dilakukan oleh Adelbert di sana.
“yap?” tanya Joshua seraya menepikan mobilnya dan memilih untuk berbicara dengan Adelbert lewat sambungan telephone.
“Shua, where are you now?” tanya Abigail, dan hal itu membuat Joshua mengerutkan dahinya seraya tersenyum,
“aku on the way to go to my apart, what’s up??” tanyanya kepada Abigail yang berada jauh di sana, kedua pandangnya kini menoleh menatap Sarah yang menoleh menatapnya,
“datanglah kemari, aku sedang makan daging bakar bersama dengan Albert” ajak Abigail kepada Joshua,
“Adelbert!! not Albert!!” dan protesan yang terdengar di sana membuat Joshua tertawa dan kemudian mengangguk,
“okay, okay … I will. Sisakan saja daging yang banyak untukku dan Sarah” jelas Joshua kepadanya, seraya tersenyum kepada Sarah yang kini langsung membalas senyuman itu dengan manis,
“Sarah?”tanya Abigail di sana, dan hal itu membuat Joshua mengangguk,
“nanti saja aku menjelaskannya okay, just wait for me!”setelah berucap seperti itu, Joshua pun akhirnya meletakkan kembali handphone miliknya dan mulai menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana,
“kemana kita akan pergi?” tanya Sarah di sana, dan hal itu membuat Joshua tersenyum seraya menjawab,
“bertemu dengan teman-teman ku” jawaban yang dilontarkan oleh Joshua saat itu pun membuat Sarah tersenyum dan mengangguk menanggapinya, dan dari sana Joshua melihat bahwa Sarah sepertinya senang karena bertemu dengan orang-orang baru.
…
to be continue.