Chapter 33 : Ambisi

1308 Words
Beberapa saat setelah Vincenzo mengalihkan perhatian sebagian besar dari kawanan Ulrich, Edward dan yang lainnya tetap dikelilingi oleh sebagian Ulrich lainnya, yang harus mereka hadapi. Namun, masing-masing dari mereka mengerti dengan jelas batas kekuatan mereka, dan yang paling besar kemungkinan dapat membalikkan keadaan hanyalah Vincenzo, yang mereka lihat bisa meretakkan kulit Ulrich. “Edward, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Keith, sedikit panik, tetapi tetap tidak menurunkan tingkat kewaspadaannya. Dia sungguh tak tahu harus bagaimana lagi, terlebih ketika tahu kalau serangan mereka tidak bisa membuat para Ulrich ini terluka sedikit pun. Alasan itu saja sudah sangat wajar membuatnya sedikit putus asa. Edward yang sesaat tadi sudah mulai kembali tenang melihat ada sebuah celah, lantas menjawab, “Tidak perlu panik, yang perlu kita lakukan hanya bertaruh lagi, untuk ke sekian kalinya. Aku tidak dapat menjamin kalau semuanya akan berhasil, tetapi kalau langkah pertama berhasil, langkah berikutnya hanya perlu menunggu waktu supaya bekerja.” “Apa maksudmu?” Carina bertanya, tidak mengerti apa yang sebenarnya Edward maksud. Namun, di saat seperti itu pula para Ulrich yang tersisa langsung menyerang dari berbagai arah, membuat Carina dan Keith secara refleks langsung menyerang, kendati tahu kalau kekuatan serangan mereka sebenarnya tidak berarti apa pun, atau sia-sia saja. “Kalian berdua, jangan asal menyerang!” tegur Edward. “Kita serang bersama satu Ulrich yang berada di urutan kedua terdekat! Asal dapat membuat kulitnya retak, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka meledak!” “Baik!” Tanpa banyak bicara atau bertanya lagi, Keith dan Carina langsung membidik satu Ulrich yang sama, secara bersamaan. Setelah itu, Edward juga langsung menembak Ulrich itu juga. Dengan tembakan mereka bertiga ternyata dapat membuat Ulrich itu mundur, tetapi itu saja tidak cukup. Melihat ada kesempatan, Edward kembali berteriak memberikan instruksi berikutnya, “Serang lagi! Jangan biarkan dia mundur! Ini kesempatan kita!” Edward langsung menembak lagi Ulrich yang tadi mereka bertiga tembak. Keith dan Carina pun segera melakukan seperti yang diperintahkan oleh Edward, lalu sesuai dengan apa yang Edward duga, kulit Ulrich itu retak, kemudian meledak begitu saja. Ledakan besar itu juga membuat retak kulit Ulrich lain, sehingga ikut meledak juga. Namun, hal tersebut membuat Ulrich yang lain menjadi menjaga jarak, sengaja tidak menyerang terlebih dahulu. “Yosh!” Edward tampak senang dan bersemangat sekarang, usai muak karena begitu banyak hal sebelumnya. Setidaknya, dengan mereka bisa menghancurkan dua Ulrich sekaligus, membuat tekanan di pikiran Edward menjadi sedikit longgar. “Kita akan melakukannya lagi! Aku yakin ini pasti akan berhasil! Kita tak boleh kalah dari Vincenzo!” Akan tetapi, keadaan malah berbeda. Dalam dua tembakan tadi, Keith sudah hampir menghabiskan semua tenaga dan sihirnya, sehingga sekarang tarikan napasnya pun menjadi tidak beraturan lagi. Meski dalam keadaan seperti itu, setelah mendapat sebuah harapan, Keith juga tidak mau menyerah begitu saja. Keith masih tetap berdiri tegak, tatapan matanya masih fokus ke atas. Bukan hanya Keith yang tampak hampir kehabisan tenaga, melainkan juga Carina yang sedari tadi terus refleks menembak, ditambah menembakkan dua tembakan kuat hanya untuk menghancurkan salah satu Ulrich. Keadaan ini sungguh berbahaya, Carina bahkan tidak yakin sampai kapan dirinya dapat bertahan, tetapi sekarang dia tidak mau memedulikan apa pun dan akan terus bertarung kalau memang diharuskan. Hal ini tentu kembali membuat Edward berpikir ulang. “Kalian berdua dapat bertahan berapa lama lagi?” Kali ini Edward bertanya dengan lebih serius dari sebelumnya. Ia tahu tidak dapat terus seperti ini, terlebih ketika harus menghadapi sekitar delapan Ulrich lagi yang masih mengincar mereka di atas sana. “Aku dapat bertahan seberapa lama pun!” Keith mengatakan itu dengan yakin dan tekad yang sangat kuat. Dia tidak ingin roboh sebelum dapat menghancurkan semua musuhnya sekarang, atau setidaknya dapat menghabisi sekitar sebilan puluh persen dari mereka. “Katakan insturksimu, Edward! Aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa!” “Aku juga sama!” Carina juga ikut keras kepala, tidak mau jujur pada kondisi tubuhnya sekarang yang tidak begitu prima lagi. “Aku akan melawan mereka semua seberapa lama pun yang diperlukan! Vincenzo mengatasi lebih dari ini, jadi aku akan mengatasi sisanya, setidaknya itu yang bisa aku lakukan sekarang!” Gadis ini sungguh tak memedulikan dirinya lagi. “Haah ....” Edward mengembuskan napas panjang. “Aku tidak menyuruh kalian untuk berhalusinasi. Setidaknya jujurlah pada diri kalian sendiri terlebih dahulu. Tidak ada gunanya mengatakan dapat bertahan sampai kapan pun kalau tubuh kalian sebenarnya membatasi gerakan kalian!” Saat ini Edward tidak mau memberikan ucapan penyemangat, melainkan membuat mereka sadar dengan keadaan mereka sendiri. “Aku juga akan membantu!” sahut Angel, masih mempertahankan pelindungnya. “Serahkan semua pertahan kepadaku! Dengan begitu, kalian bisa fokus pada p*********n saja! Aku masih dapat mengatasi mereka!” Mendengar itu, Edward kembali mengembuskan napas panjang, lalu menggelengkan kepala beberapa kali. “Kalian ini memang sangat keras kepala, tidak berbeda dari ketua kalian itu. Tapi, itu juga bukan sesuatu yang begitu negatif juga!” Edward kini tahu apa yang harus ia lakukan. Edward melangkah beberapa langkah ke depan, sehingga berada di depan ketiga temannya. Tatapannya lurus ke atas, tangannya mengepal erat senapan besarnya, kemudian wajahnya berubah menjadi sangat datar. Ia menjadi jauh lebih tenang dari sebelumnya, sebab sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Keith, Carina dan Angel seketika merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Edward, tetapi mereka tak dapat menjelaskan apa yang berbeda itu. “Edward ...,” kata Carina, tidak tahu harus berkata apa lagi, karena tidak tahu bagaimana caranya bertanya, sehingga hanya bisa mengucapkan nama pemuda yang dia pandang sekarang. Edward mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh teman-temannya sekarang, lalu melirik ke belakang sejenak, tersenyum tipis dan berkata, “Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang.” Edward lantas menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Apa yang hendak Edward lakukan sekarang adalah sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh Profesor Frank, tetapi sekarang hanya inilah satu-satunya pilihan yang dapat ia ambil demi melindungi orang-orang yang ingin ia lindungi. Ia mengerti kalau efek samping paling ringan setelah menggunakan kartu terakhirnya ialah cacat, dan paling beratnya tentu saja kematian. “Profesor Frank, terima kasih sudah bersedia menanamkan kekuatan ini padaku,” gumam Edward, pelan, tidak terdengar oleh siapa pun. “Kini, aku akan menggunakan kekuatan ini, demi melindungi mereka yang aku sayangi, kuharap kau tidak marah karena aku menggunakannya secepat ini ....” Edward pun bersiap dengan menggenggam erat senapannya dengan tangan kanan, mulai menarik kekuatan mutiara di tangan kanannya ke dalam tubuhnya, membuatnya merasa seperti hendak meledak. Hanya dalam beberapa detik, Edward langsung memuntahkan darah segar. “Edward?!” Carina dan Keith hendak mendekat ke arah Edward, tetapi Edward malah merentangkan tangan kirinya ke samping, membuat dua remaja itu berhenti melangkah. Meski rasa sakit menusuk sekujur tubuhnya yang perlahan berubah menjadi merah darah, Edward tetap berdiri tegak dan menatap tajam ke depan. Beberapa saat kemudian, rasa sakit yang ia rasakan pun mereda, digantikan dengan aura kuat yang keluar dari tubuhnya. Ia tahu kalau kekuatan ini tidak akan bertahan lama, dan ia juga sudah siap untuk mati. “Aku pergi!” kata Edward langsung melompat tinggi. “Keith, Carina, lindungi Angel!” Edward langsung menembak salah satu Ulrich yang langsung melesat ke arahnya dari depan. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Ulrich yang terkena tembakan Edward langsung hancur meledak dan hancur berkeping-keping, tetapi sebagai akibatnya, Edward juga merasakan sakit luar biasa menusuk otaknya. Namun, ia tidak mau berteriak atau apa pun. “Hia!!!” Edward langsung melesat ke depan, menembakkan dua tembakan, tetapi salah satu Ulrich yang ia serang berhasil menghindar, sementara Ulrich lainnya berhasil terkena serangan, tetapi tidak mengakibatkan efek apa pun pada Ulrich yang menjauh satu sama lain. Lagi-lagi, karena merasakan tusukan kuat di otaknya, Edward memuntahkan darah segar, napasnya menjadi tidak beraturan, tetapi pandangannya tidak kabur sedikit pun. Tekadnya juga tidak gentar sedikit pun, tangan kanannya masih menggenggam erat senjata yang harus ia genggam, benar-benar pemuda tangguh yang sudah siap menerima semua rasa sakit yang ia tahu akan ia rasakan setelah mengambil pilihan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD