Chapter 19 : Mengatasi II

1266 Words
Usai mendengarkan semua penjelasan serta teori dari Edward, kini Vincenzo dan teman-temannya terus mengobeservasi ruangan tempat mereka berada saat ini. Dalam ruangan ini, memang terdapat banyak pedang berkarat, tengkorak dan bahkan terdapat jejak dari bekas pertarungan, sehingga kian memperkuat dugaan tentang terjadinya sebuah pemberontakan yang berakibat pada perpecahan. Berbeda dari teman-temannya yang terus memutari ruang bawah tanah ini untuk mencari petunjuk, Edward hanya terus terpaku pada sebuah tongkorat yang terletak di sebelah sebuah kursi b****k dan busuk, yang terlihat akan bisa hancur lebur meski hanya disentuh. Edward terus saja memandangi tengkorak itu, kemudian bergumam, “Sungguh sebuah nasib yang tragis.” Edward bergumam seperti itu sebab telah yakin delapan puluh lima persen teorinya benar. Kemudian, dia menebak kalau tengkorak yang berada di sebelah kursi ini tidak lain adalah orang yang menjadi pemimpin, atau bahkan mungkin saja orang yang membangun Shelter bawah tanah ini. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kalau tengkorak ini hanya tengkorak orang biasa yang tidak tahu apa pun. Di sisi lain, melihat Edward sedari tadi hanya fokus pada satu titik, Vincenzo lantas mendekati pemuda itu, berkata, “Apa yang sedang kau pikirkan, Edward? Apakah kau sudah selesai mengobservasi ruangan ini dan sekarang memiliki waktu luang hanya untuk memandangi tengkorak itu?” Vincenzo sengaja diam sejenak, kemudian kembali berkata kala Edward hendak menjawab. “Atau jangan-jangan kau jatuh cinta pada tengkorak itu? Hahaha!” Tentu saja Vincenzo hanya bercanda. “Mana mungkin!” Edward langsung menjawab dengan tegas, kemudian mengatur tarikan napas. “Aku hanya merasa kasihan pada penduduk kota di atas sana, yang mengungsi di ruang bawah tanah ini. Memang benar mereka dapat hidup, tetapi seperti yang kau lihat, tempat ini jauh lebih kacau dari apa yang kita duga sebelumnya. Ini lebih cocok disebut mengerikan ....” Vincenzo mengerti mengapa Edward berkata seperti itu, tetapi Vincenzo tampak tidak terlalu menghawatirkannya. “Memang mengerikan, tetapi itu juga merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima.” Entah bagaimana, mendadak saja Edward merasakan aura yang berbeda keluar dari Vincenzo. Hal tersebut membuat dia melirik wajah Vincenzo, lalu terdiam tanpa tahu harus mengatakan apa. Memang benar raut wajah Vincenzo tetap datar, tetapi Edward tahu dengan jelas kalau beberapa saat yang lalu, dia seperti sedang melihat orang lain. Melihat Edward tidak merespon, Vincenzo lantas mengembuskan napas panjang, kemudian berkata dengan nada yang jauh lebih santai, “Kalau begitu, aku akan kembali mengobeservasi di tempat lain.” Vincenzo segera mengakhiri pembicaraan, lalu pergi ke tempat lain, seolah sedang menghindari Edward karena sesuatu hal yang tidak Edward mengerti. Ketika Vincenzo sudah berada cukup jauh dari Edward, Edward lantas mengepalkan kedua tangan sembari menundukkan wajah. Dia sudah mengerti sekarang, mengapa Vincenzo berkata seperti tadi, dan seolah dirinya sedang melihat orang lain. “Ternyata kau pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini, Vincenzo ...,” gumam Edward, tidak terdengar oleh siapa pun. “Kau dan Carina sama saja, tidak pernah membahas apa pun tentang diri kalian.” Saat Edward bergumam kedua kalinya, dia tidak sadar kalau ternyata Carina berada di sebelahnya, mendengar gumamannya itu. Carina pun tersenyum, lalu menjawab, “Maaf, Edward. Kami tahu kalau kau, Keith dan Angel sangat peduli pada kami. Tapi, ada beberapa hal yang tidak sanggup untuk kami lihat kembali. Setidaknya sekarang ....” Tentunya Edward tersentak mendengar jawaban Carina itu, tidak menyangka kalau ada yang mendengar gumaman pelannya. Dengan sedikit sungkan dan cemas, Edward berkata, “Maaf ... aku tidak bermaksud ....” Carina menggelengkan kepala. “Aku tahu. Tapi sekarang Vincenzo dan aku masih belum dapat menceritakan semuanya. Kami hanya berharap, kalian dapat menunggu. Menunggu hingga kami berani membuka lembaran lama dalam catatan kehidupan kami.” Carina pun beranjak pergi. “Aku kembali melakukan tugasku dulu, Edward.” Mendengar apa yang dikatakan Carina, membuat Edward merasa bersalah sudah memikirkan hal bodoh tentang Vincenzo dan Carina. Dia pun segera mengatur tarikan napas, menangkan diri dan kembali melakukan observasi seperti yang dia inginkan. Seperti apa yang dikatakan Carina, keputusan untuk Vincenzo mau memberitahukan masa lalunya atau tidak, ada di tangan Vincenzo sendiri. Dia hanya bisa menunggu di masa depan apakah Vincenzo benar ingin mengatakannya atau tidak. Vincenzo sendiri sekarang sedang mengobrol santai bersama Angel. Mereka memang fokus dalam observasi, tetapi sesekali saling bercanda dan berdiskusi tentang apa yang mereka temukan. Mereka tahu kalau yang dapat mereka lakukan sekarang hanyalah mengumpulkan informasi sebanyak dan sepadat mungkin agar Edward bisa mengambil kesimpulan tentang suatu kejadian, lalu memutuskan mau bergerak ke mana selanjutnya. Beberapa saat pun berlalu, Vincenzo dan teman-temannya pun berkumpul dan mulai melaporkan apa yang mereka temukan. Semua informasi itu pun mulai dipikirkan Edward dengan begitu fokus, tetapi tetap saja tidak dapat langsung menentukan mana kejadian yang benar terjadi dan mana yang hanya sebuah kemungkinan belaka. Akan tetapi, ada satu hal yang jelas dalam kepala Edward sekarang, dan apa yang harus dilakukan setelah ini. “Dari semua yang kalian katakan, aku menganjurkan kita berhenti menyelidiki tentang Shelter ini,” kata Edward. “Kita harus secepatnya pergi dari sini dan mencari jalan keluar.” Edward pun segera mengingat kembali setiap persimpangan yang sebelumnya mereka lewati, kemudian mencoba memprediksi ke mana arah dari setiap persimpangan tersebut. Melihat Edward sedang dalam mode berpikir, Vincenzo dan yang lainnya hanya terus diam, tidak mau mengatakan apa pun supaya tak mengganggu Edward. Waktu pun terus berjalan, Edward sekarang benar-benar terlarut dalam pikirannya, mencoba memecahkan sebuah pola untuk membangun labirin bawah tanah ini. Tak lama berselang, Edward tersentak, kemudian segera berlari menuju pintu keluar dari ruang bawah tanah ini. “Ayo pergi! Tidak ada waktu lagi!” Tanpa mau banyak basa basi atau pertanyaan, langsung saja Vincenzo dan yang lainnya berlari mengikuti Edward. Sekarang Vincenzo berlari di barisan paling belakang bersama dengan Carina, berbeda dari sebelumnya. Sementara Keith dan Angel berlari di barisan tengah. Edward terus saja berlari, masuk ke persimpangan tanpa berhenti untuk berpikir sejenak, seolah dia sudah mengerti benar akan mengarah ke mana lorong yang dia pilih. Tentunya tidak ada yang mau komentar, sebab percaya penuh pada Edward. Akan tetapi, beberapa saat kemudian, Edward lantas menghentikan langkah meski tidak sedang berada di persimpangan. “Semuanya, berhenti! Segera berbalik! Lari secepat mungkin!” Edward langsung memberikan perintah. Refleks saja Vincenzo dan yang lainnya mengitu perintah itu tanpa bertanya apa pun. Kemudian Edward kembali berseru, “Ke kiri! Kita akan mengambil jalur alternatif!” Tidak tahu apa yang sedang Edward pikirkan, langsung saja Vincenzo yang kini berlari di barisan paling depan, berbelok ke kiri sesuai dengan arahan Edward. Ia memang tidak tahu mengapa Edward mendadak mengubah arah, tetapi yang jelas, ini terlihat seperti sedang menghindari sebuah bahaya, sehingga tidak ada waktu bagi Vincenzo untuk bimbang mau pun ragu pada arahan cepat dari Edward. Ketika sedang berlari dengan sekuat tenaga, Keith menoleh ke belakang sejenak. Benar saja, tak begitu jauh di belakang Edward yang tengah berlari sekuat tenaga, terdapat beberapa Froggys yang mengejar. Meski begitu, tetap ada yang aneh dengan Edward di sini, menurut Keith. Biasanya, kalau hanya beberapa Froggys pasti langsung mereka hajar hingga tak berkutik, tetapi mengapa Edward memutuskan untuk kabur. Menggelengkan kepala beberapa kali, Keith kembali menatap ke depan, percaya kalau setiap tindakan yang diambil Edward, pasti memiliki sebuah alasan yang kuat. Untuk sekarang, apa yang bisa dia lakukan hanyalah berlari dan percaya pada Edward. “Lurus terus, jangan berbelok sampai aku memberikan arahan!” Sekali lagi Edward berseru lantang. “Baik!” Vincenzo menjawab dengan tegas, melakukan sesuai dengan yang diminta oleh Edward. Carina yang berlari di sebelah Vincenzo terus fokus ke depan, kemudian menyiapkan senjatanya untuk bertempur di keadaan darurat. Bukan hanya dia yang bersiap, melainkan juga Vincenzo, Keith, Angel dan Edward juga sudah bersiap menghadapi sebuah kemungkinan terburuk. Namun, prioritas Edward sekarang bukanlah bertarung, melainkan sebisa mungkin keluar dari kemungkinan terburuk itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD