Chapter 13 : Terkepung

1282 Words
Kondisi menjadi tidak terkendali lagi, tanpa ada peringatan atau tanda apa pun, kawanan Helmer mendadak datang, mengepung kota tua di mana Vincenzo berserta teman-temannya berada. Vincenzo dan teman-temannya memang sudah bersiap dengan senjata di tangan mereka, tetapi menghadapi setidaknya lima Helmer di kondisi mereka sekarang, mereka tidak yakin apakah akan menang atau mungkin dihancurkan dengan mudah. Sejenak Vincenzo melirik wajah teman-temannya yang tampak datar, tetapi sebenarnya menjadi sedikit panik akan situasi mengejutkan ini. Vincenzo memang tidak tahu harus bagaimana sekarang, tetapi yang jelas ia harus mengatakan sesuatu agar situasi bisa menjadi sedikit lebih menenangkan. Untuk itu, Vincenzo mengembuskan napas panjang. “Situasi di luar kendali kita terjadi. Tidak ada yang menyadari kalau mereka bersembunyi dan mengawasi sampai kita tiba di tengah-tengah kota ini,” kata Vincenzo, membuat teman-temannya tidak memberikan respons apa pun. “Namun ..., meski kita tidak bisa mengalahkan mereka sekarang, pasti ada sebuah jalan keluar dari sini agar terhindar dari bahaya!” Yang pertama kali bereaksi atas kata-kata itu ialah Edward. Pemuda itu tersenyum tipis, menanggapi, “Memang benar. Situasi telah berada di luar kendali! Tapi, seperti yang ingin Vincenzo katakan, kalau kita tenang, kita dapat keluar dari bahaya ini. Jadi jangan panik dan berpikirlah dengan rasional!” Kata-kata Edward itu sontak membakar semangat teman-temannya. “Ya!!!” Mereka tidak lagi hanya menyembunyikan kepanikan di balik muka datar, melainkan menjadi sangat yakin dapat melewati rintangan ini. “Ini adalah sebuah rintangan kecil,” Edward melanjutkan. “Kalau kita tak bisa mengatasinya, lebih baik kembali ke Shelter dan menganggap tidak pernah ada yang terjadi.” Edward mengatakan ini agar tidak ada di antara mereka yang menganggap perjalanan mereka ini mudah. “Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa, Edward!” Vincenzo menghunuskan pedang besarnya ke depan, kala salah satu Helmer perlahan mendekat. Tanpa mau menunggu lebih lama lagi, langsung saja Vincenzo melompat tinggi sambil berteriak, “Serahkan yang satu ini padaku! Kalian carilah cara untuk keluar dari sini selagi aku menahannya!” Tebasan pedang Vincenzo yang begitu kuat segera menghantam kepala Helmer yang begitu kuat. Kepala Helmer itu pun segera terhempas di tanah dengan begitu keras, bahkan membuat guncangan kecil yang bisa membuat bangunan reyot di sekitar mereka hancur. “Si bodoh itu sudah bertindak! Kalian semua, cobalah bertahan selagi aku berpikir!’ kata Edward memberikan komando, dan mencoba untuk menganalisis situasi dan lingkungan sekitar. “Baik!” Keith dan Angel segera membuat sebuah pelindung berbentuk tempurung, sedangkan Carina dengan tenang menembak semua Helmer yang mendekat, dari kejauhan. Serangan Carina memang tidak cukup kuat untuk menghabisi lawan-lawannya, tetapi itu sudah cukup untuk memperlambat gerakan mereka, selagi Edward berpikir keras tentang rencana selanjutnya. Di samping itu, Carina sangat percaya pada Vincenzo, percaya kalau pemuda itu akan membuat sebuah kejutan lain di situasi sekarang. “Datang kau ke sini!” Vincenzo tidak mau memperlambat gerakannya sedikit pun, ia bergerak dengan kecepatan penuh dan menyerang dengan kecepatan yang tidak kalah kuat. Semua serangannya itu pun sanggup membuat Helmer hanya bisa bertahan tanpa menyerang balik. Namun ..., mendadak Helmer lain datang dan menyerang Vincenzo dari samping, membuat fokus Vincenzo terbagi. Akan tetapi, ia terus berusaha untuk tetap bertahan dari tekanan ini. “Hia!!!” Vincenzo meluncurkan satu serangan kuat lagi, membanting kepala Helmer yang baru saja mendekat padanya. Akan tetapi, hal tersebut justru membuat tiga Helmer lainnya mengalihkan target ke arah Vincenzo semua. Vincenzo bergerak cepat menjauh dari teman-temannya dan juga kawanan Helmer, mengerti kalau sekarang ia hanya bisa mengulur waktu. Sesuai dengan apa yang diinginkan Vincenzo, kelima Helmer tadi memang mengejarnya dengan cepat, tetapi Carina malah menyerang mereka dari belakang. Salah satu Helmer yang terkena serangan Carina, segera berbalik dan menyerang Carina yang berada dalam pelindung tak terlihat berbentuk tempurung yang diciptakan Angel dan Keith. Hantaman ekor ular raksasa dengan sisik keras itu pun hampir membuat pelindung Keith dan Angel hancur dengan mudah. Namun, kedua remaja itu masih sanggup bertahan. “Keith, Angel?!” Carina berpaling ke belakang, khawatir pada dua temannya itu. Sedangkan Edward masih terus diam, berpikir tenang dan rasional, karena percaya pada teman-temannya. Keith dan Angel yang berusaha keras mempertahankan pelindung, menjawab, “Kami tidak apa-apa. Terus serang Helmer itu, jangan sampai waktu yang diberikan Vincenzo sia-sia begitu saja!” Percaya pada dua temannya tersebut, Carina mengangguk, menjawab, “Ya! Aku akan melakukan yang terbaik untuk menghajar makhluk ini!” Dia segera berbalik, langsung meluncurkan begitu banyak tembakan pada lawannya, sehingga lawannya itu hanya dapat bertahan dengan pasif. Sementara itu, Vincenzo sudah berdiri di atas gedung tinggi, tetapi para Helmer sudah mengerubunginya. Sudah banyak bangunan tinggi yang dihancurkan oleh para Helmer ini, kendati hanya bergerak saja. “Sialan, makhluk-makhluk ini benar-benar kuat. Bahkan meski kekuatanku sudah hampir habis, tetap saja tidak dapat memberikan luka berarti pada mereka!” Vincenzo berusaha mengatur tarikan napas serta tetap berdiri tegak, sembari menghunuskan pedang besarnya ke depan. Segera pemuda itu melompat ke arah salah satu Helmer, menebaskan pedangnya hingga Helmer tersebut menjerit dan kepalanya terbentur. Tentu Helmer lainnya tidak hanya menonton, segera menyerang Vincenzo dengan ayunan ekor mereka dari atas ke bawah. Vincenzo pun tersenyum, kemudian segera melompat jauh ke belakang hingga menghancurkan dinding gedung. Ia langsung tanpa menunda waktu, bergerak ke arah sisi lain gedung. Sesuai dengan apa yang diduganya, para makhluk tak tanpa akal itu malah menyerang teman mereka sendiri hingga tewas, dan tersisa tiga dari empat Helmer yang menyerang Vincenzo. Hasil seperti ini belum pernah Vincenzo bayangkan sebelumnya, dan membuat ia menyadari, strategi bisa mengalahkan mereka yang memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat. Tentunya para Helmer segera bergerak cepat, menghancurkan semua gedung yang menghalangi jalan mereka mengejar Vincenzo yang bergerak begitu cepat. Vincenzo pun bergumam, “Kalian memang seperti memiliki insting setia kawan. Tapi itu tak cukup untuk mengalahkanku!” Ketika Vincenzo sejenak memalingkan pandangan ke belakang, ia sempat terkejut melihat salah satu Helmer masuk ke dalam tanah. Tahu ada sesuatu yang buruk sedang terjadi, Vincenzo langsung mempercepat langkahnya, melewati celah gedung dan jalanan kota yang hancur. “Sialan!” Benar saja seperti apa yang Vincenzo duga, Helmer yang masuk ke dalam tanah tadi malah mencuat keluar, membuat banyak bangunan serta jalanan hancur berantakan. Kali ini, keadaan menjadi lebih berbahaya lagi. Vincenzo berada tepat di tengah-tengah tiga ekor Helmer yang mengelilinginya. Ketiga Helmer itu, tanpa mau menunda lebih banyak waktu, segera mengayunkan ekor mereka, menyerang Vincenzo bersamaan. “Gawat ....” Saat Vincenzo sudah kehabisan akal, tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi tiga Helmer ini, mendadak pelindung tak terlihat berbentuk tempurung, melindunginya dari serangan. Cukup jauh di depan Vincenzo, sedikit di belakang Helmer, Keith, Angel, Carina dan Edward berteriak pada Vincenzo, “Vincenzo, cepatlah kemari!” *** Beberapa saat sebelumnya, ketika Carina tengah sibuk menyerang Helmer, dan Vincenzo menjauhkan empat Helmer dari teman-temannya, Edward terus berpikir. Ia mengumpulkan semua informasi yang ia perlukan, kemudian menyatukan semua informasi itu. Kemudian ia mengambil sampel tanah lagi, menganilisnya, lalu meletakkan telapak tangan di atas tanah. Sejenak ia menutup mata, kemudian mengalirkan sedikit gelombang energi ke tanah yang ia sentuh. Memang benar memakan waktu cukup lama untuknya, tetapi ia segera menyadari sesuatu hal. “Aku menemukannya!” Edward segera berdiri, tetapi teman-temannya masih fokus pada Helmer yang menyerang mereka. Tidak mau fokusnya teralih, Edward segera mengarahkan senapannya ke tanah. “Di bawah sini, pastilah ada sebuah Shelter bawah tanah!” Membutuhkan waktu cukup lama bagi Edward menyadari tentang Shelter bawah di tanah ini. Namun, segera setelah ia menemukan informasi tentang kejanggalan tidak adanya mayat atau bahkan tulang belulang manusia di dalam kota mati ini, satu-satunya yang terpikirkan baginya adalah Shelter bawah tanah, mengesampingkan kemungkinan bahwa para penduduk sudah melarikan diri ke tempat yang lain. “Semuanya, sedikit manjauh, aku ingin memastikan sesuatu!” kata Edward, membuat teman-temannya mengangguk, mengerti dengan apa yang diperintahkan oleh Edward, yang mereka anggap sebagai wakil ketua di grup mereka ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD