Chapter 14 : Bersembunyi

1281 Words
Edward tanpa ragu segera menembak tanah yang ia injak, dan ternyata memang benar sesuai dengan apa yang ia duga sebelumnya, memang ada sesuatu di bawah sana. Ia mengamati lubang bekas tembakannya, melihat ternyata ada sesuatu seperti besi dan lingkaran sihir pelindung yang melapisinya. Hanya dalam sekilas saja, Edward langsung mengerti apa maksudnya. “Ternyata aku tidak salah. Memang ada Shelter di bawah kota mati ini!” kata Edward, kemudian memalingkan pandangan pada teman-temannya yang kini tengah menyibukkan Helmer supaya tidak menghalangi Edward. “Semuanya, tahan sebentar lagi Helmer itu! Aku akan segera kembali setelah menemukan apa yang aku ingin lihat!” “Baik!” Carina, Keith dan Angel segera menjawab dengan serentak. Mereka sangat percaya pada Edward, kemudian kian gencar meluncurkan berbagai serangan agar Helmer yang mereka lawan, tidak mengalihkan perhatian ke arah Edward walau hanya sedikit. Edward sendiri juga sangat memercayai teman-temannya, sehingga pergi menyelidiki dengan tenang. Sejenak ia mengobservasi sekitar, lalu menutup mata dan mulai menyatukan kembali semua informasi yang ia dapatkan. Ia membayangkan kalau kota ini awalnya sangat ramai dan dihuni oleh banyak penduduk, kemudian kawanan Helmer datang menyerbu. Namun, karena sudah ada Shelter di bawah tanah, mereka semua selamat dan bersembunyi di sana untuk sementara waktu. Pertanyaan yang muncul di kepala Edward, dan masih belum dapat ia temukan jawabannya ialah, ke mana sekiranya para penduduk itu menempatkan pintu masuk ke Shelter bawah tanah. Seharusnya, itu akan berada di sebuah tempat yang sedikit tersembunyi, tetapi dapat dijangkau oleh semua orang. Memikirkan itu, Edward kemudian membuka mata, kembali mengobservasi lingkungan sekitar dengan saksama. Ia tidak mau meninggalkan sedikit pun tanda yang bisa menjadi petunjuk. Tidak lama berselang, Edward menyadari sesuatu hal. Ia pun segera mengalihkan pandangan ke samping kiri, melihat ada sebuah gedung rubuh yang tinggal puing. Namun, tidak fokus pada gedung itu, Edward mengalihkan pandangan di depan gedung tersebut, kemudian segera berlari ke sana. Ia mendekat ke depan gedung, kemudian memerhatikan gedung yang sudah hampir rata dengan tanah itu. Ia memandang sekeliling, kemudian mengais puing-puing bangunan dan menyingkirkannya. Tepat seperti apa yang ia duga, terdapat sebuah penutup saluran air bawah tanah di sini. Ia pun tanpa ragu segera membuka penutup saluran air itu dan menemukan tangga untuk masuk ke dalam. “Ternyata memang benar seperti apa yang aku duga. Mereka tahu para ‘Makhluk Buas’ itu bodoh, sehingga meletakkan pintu masuk ke Shelter Bawah tanah di depan gedung,” gumam Edward, lalu melirik ke sekitar sekali lagi. “Dengan tubuh besar para Helmer, hanya dengan bergerak saja sudah dapat menghancurkan gedung ini dan menutup sepenuhnya pintu masuk rahasia.” Sementara di tempat lain, Carina melompat tinggi, menarik pelatuk senapannya, sehingga serangan kuat segera muncul. Helmer yang terkena serangan itu segera tergeser sedikit, lalu Keith dan Angel memanfaatkan momentum yang dibuat oleh Carina. Mereka berdua lantas membuat sebuah lingkaran sihir besar yang menyegel Helmer untuk sementara waktu. Di saat yang sangat tepat, Edward segera datang, berkata pada tiga temannya itu, “Aku sudah menemukan jalan keluar kita. Ayo segera jemput Vincenzo dan keluar dari situasi ini!” Edward bergegas pergi ke arah Vincenzo pergi dan diikuti oleh tiga temannya, sementara Helmer yang mereka lawan masih dapat disegel di dalam sebuah pelindung berbentuk tempurung. Namun, karena kekuatan Keith dan Angel masih belum begitu kuat, mereka harus bergegas atau Helmer yang mereka kurung dapat segera menghancurkan segel mereka dan kembali menyerang. Tidak lama berlari, mereka akhir tiba di tempat di mana Vincenzo sedang dikepung oleh tiga Helmer. Melihat sebuah bahaya, Keith dan Angel segera membuat pelindung untuk menangkis tiga ayunan ekor Helmer yang mengarah tepat ke arah Vincenzo. Mereka pun memanggil Vincenzo, dan Vincenzo segera bergabung dengan mereka. Tanpa mau menunda banyak waktu, mereka segera bergegas pergi menuju pintu rahasia masuk ke dalam Shelter bawah tanah yang ditemukan oleh Edward. Namun, sesuai dengan apa yang diduga, tiga Helmer tadi bergerak cepat mengejar, dan bahkan ada satu yang masuk ke dalam tanah. Sayangnya, para Helmer itu sedang tidak beruntung sekarang. “Vincenzo, tampaknya kita harus memberi mereka sedikit pelajaran!” kata Edward, menoleh ke arah Vincenzo. Segera pemuda itu dan Vincenzo berhenti. “Carina, Keith, Angel. Amankan pintu masuk kita. Kami akan segera menyusul setelah mengurus mereka.” Tidak mau membantah karena sudah sangat percaya, Carina, Keith, dan Angel segera menyahut, “Kami mengerti! Lakukanlah yang terbaik yang kalian bisa, Edward, Vincenzo!” Edward tersenyum tipis. “Ya, kalian juga!” Vincenzo segera melompat, sudah siap menusukkan pedang besarnya ke tanah yang tadi dia pijak. “Edward, aku mulai!” Dalam satu gerakan cepat, Vincenzo menusuk tempat dia berpijak tadi, dan benar saja, ternyata di dalam tanah itu terdapat Helmer yang masuk dan bergerak ke dalam tanah. Edward pun tidak mau kalah, segera menembak Helmer tersebut beberapa kali, tetapi dua Helmer lainnya segera datang dan menyerang Edward serta Vincenzo dari luar. Sayangnya, mereka masih tetaplah hanya hewan. Tanpa keraguan sedikit pun, Edward meluncurkan banyak tembakan ke arah dua Helmer tadi, membuat mereka merasa terganggu dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Seketika itu pula Vincenzo mendarat, kemudian Helmer yang tadi masuk ke dalam tanah langsung mencuat keluar, membuat banyak bangunan di sekitarnya, yang sudah usang atau bahkan hancur, menjadi lebih hancur lagi. Kala debu bertebaran ke sana sini, Edward dan Vincenzo memanfaatkan situasi dan segera bergerak cepat menghidar dari pertarungan. Sejak awal tujuan mereka bukan untuk menang bertarung, melainkan agar dapat menahan para Helmer ini supaya tidak mengganggu rencana mereka. Beberapa saat berlari, mereka segera tiba di tempat di mana Carina, Keith dan Angel sudah menunggu mereka. Awalnya mereka hendak segera masuk ke dalam Shelter bawah tanah, tetapi pelindung atau segel yang menahan Helmer yang digunakan Keith dan Angel untuk melawan Helmer yang menyerang mereka beberapa waktu lalu, mendadak hancur. Helmer itu pun murka dan langsung melesat ke depan, hendak menghancurkan Vincenzo dan teman-temannya dari dunia ini. “Gawat! Penghalangnya sudah dihancurkan!” kata Keith, mulai sedikit panik. Agar keadaan tidak menjadi kian buruk, Vincenzo melangkah ke depan, kemudian Edward berdiri sejajar dengan pemuda itu. Carina pun berdiri di samping lain Vincenzo, sedangkan Keith dan Angel berdiri di belakang mereka bertiga. Kalau mereka sudah sampai membuat formasi seperti ini, artinya sudah siap menyerang dan bertahan. Helmer tadi pun segera melesat cepat ke depan, tetapi Vincenzo segera melesat ke depan juga, menghantam kepala Helmer itu menggunakan pedangnya. Carina dan Edward pun dengan sigap menarik pelatuk senapan mereka, membantu Vincenzo dalam p*********n kali ini. “Dia sudah terdorong mundur, ayo segera pergi sebelum terlambat!” Vincenzo segera berbalik, sementara Keith dan Angel sudah membuat lingkaran sihir di bawah Helmer. Lingkaran sihir itu pun mengeluarkan banyak rantai yang menahan gerakan Helmer, sementara Vincenzo menjauh darinya. Mereka pun bergegas masuk ke dalam pintu rahasia, dengan Angel di paling depan dan Vincenzo paling belakang. Segera setelah masuk, Vincenzo langsung menutup saluran air yang menjadi pintu rahasia, kemudian turun perlahan dalam lorong yang menjulur ke bawah ini dengan tangga yang memang sudah menempel dan bisa digunakan. Beberapa saat pun berlalu, mereka segera dapat menginjak ruang bawah tanah yang mereka tuju. Segera Keith dan Angel membuat lingkaran sihir kecil di masing-masing telapak tangan kanan mereka, untuk membuat sebuah bola api kecil sebagai penerang di tempat yang begitu gelap ini. “Haah ....” Vincenzo segera mengembuskan napas panjang ketika merasa kalau mereka sudah aman sekarang, setidaknya dari para Helmer yang menyebalkan. “Aku kira aku akan berakhir hari ini.” “Haha, kau tidak akan berakhir dengan begitu mudah, Vincenzo,” kata Edward. “Lagi pula, orang sepertimu itu yang paling sulit untuk tewas.” “Entah mengapa aku merasa tidak sedang dipuji,” jawab Vincenzo. Edward kembali tertawa pelan. “Aku memang tidak sedang memujimu.” Mereka pun lanjut bercanda, terkadang saling mengejek dan tertawa bersama-sama. Mereka benar-benar bahagia dapat keluar dari bahaya yang benar-benar tidak mereka duga sebelumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD