Chapter 28 : Tanah Melayang II

1331 Words
Usai berdiskusi selama beberapa waktu, akhirnya Vincenzo dan teman-temannya memutuskan untuk bergerak bersama menuju ke arah selatan, melewati setiap tanah melayang dengan melompat. Setelah mendengarkan penjelasan dari Vincenzo dan Edward, Angel dan Keith mengerti tentang situasi mereka, sehingga tidak mau banyak berdebat lagi untuk menyelidiki Tempat Ajaib ini lebih lama atau hanya menyelidiki sesaat sambil berjalan. Memang benar kalau Angel dan Keith sedikit kecewa, tetapi mereka juga sadar kalau tujuan mereka bukan hanya untuk menjadi kuat, melainkan juga mencari harapan terakhir yang mereka anggap bisa membalik keadaan dunia yang kacau ini, menjadi sebuah dunia yang setidaknya lebih baik dari sekarang. Vincenzo dan Edward merasa lega akhirnya bisa meyakinkan Angel dan Keith, sehingga tidak terjadi perpecahan yang tidak perlu di antara mereka. Di sisi lain, Carina yang tidak mengerti apa pun, hanya diam dan setuju-setuju saja dengan keputusan akhir yang dibuat. Hal itu membuat semuanya berlalu dengan cepat dan lebih lancar lagi. Selama terus melompat ke satu tanah melayang ke tanah melayang yang lain, Vincenzo berkata, “Sepertinya aku kembali merasakan sesuatu yang berbeda. Namun, sama seperti sebelumnya, aku tidak dapat menjelaskan apa itu. Intinya, instingku seolah merasakan sesuatu yang berbeda, secara samar-samar.” Vincenzo berusaha menjelaskan. “Tapi, kita tak perlu menambah atau mengurangi kecepatan. Kecepatan seperti ini saja sudah cukup.” Kendati tidak begitu mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Vincenzo, teman-teman Vincenzo yang sudah tahu atau melihat bukti betapa tajamnya insting Vincenzo, menjawab dengan serentak dan yakin, “Baik! Kami mengerti!” Mereka sungguh tidak meragukan Vincenzo lagi, tidak ada yang protes. Malahan, mereka semuanya menjadi kian memerhatikan sekitar, begitu waspada setelah mendengar peringatan dari Vincenzo. Melihat situasi seperti ini, Carina menjadi tersenyum tipis seolah sedang berkata, “Mereka sangat percaya padamu, ya, Vincenzo.” Meski tidak mengdengar langsung apa yang ada di dalam pikiran Carina, entah bagaimana Vincenzo bisa merasakan kalau gadis itu sedang menyemangatinya sekarang. Hal tersebut membuat Vincenzo ikut tersenyum tipis sembari menyentuh dadanya dengan tangan kanan. “Tidak kusangka, tanpa mendengar kata-katamu secara langsung, hatiku seolah mendengar apa yang ingin kau katakan,” gumam Vincenzo, sangat pelan, hingga tidak ada yang mendengarnya, terlebih di saat mereka sedang melompat ke satu tanah melayang ke tanah melayang yang lain. Mendadak saja, Vincenzo merasa harus segera berhenti, kemudian ia langsung berhenti, membuat teman-temannya juga berhenti. “Sepertinya ada sesuatu di sekitar sini!” Vincenzo tidak tahu dengan pasti, tetapi ia seperti merasa ada sesuatu hal, jadi memutuskan untuk mengikuti instingnya. Ia sangat paham, pada saat ini penting baginya mengikuti insting. “Apa kau menemukan sesuatu?” tanya Edward, sedikit bingung melihat Vincenzo seolah tengah menemukan sebuah rahasia atau semacamnya. Oleh karena itu, Edward pun langsung mengamati sekitar dengan saksama, kemudian menemukan sesuatu yang samar-samar di arah yang sedang mereka tuju, tetapi dia tidak dapat memastikan apa itu. “Lihat ke depan sana!” Vincenzo juga ikut menyadari apa yang dilihat oleh Edward. Mereka kini sama-sama memfokuskan pandangan ke depan, melihat sesuatu yang samar-samar, tetapi terlihat warna hijau. Hal ini pun sontak membuat mereka teringat akan sesuatu hal, tetapi tidak yakin apakah apa yang mereka pikirkan memang apa yang sedang mereka lihat. “Apakah itu mungkin menurutmu, Vincenzo?” Keith sungguh ragu kalau apa yang ada di dalam kepalanya sekarang, merupakan apa yang sebenarnya sedang mereka lihat saat ini. “Bahkan, meski di Shelter, cukup jarang untuk menemui sesuatu seperti ini. Maksudku, aku tidak bisa memercayai apa yang ada di dalam kepalaku sekarang.” “Entahlah ....” Vincenzo juga tak yakin. “Namun, meski memang pemasok oksigen terbesar adalah Fitoplankton, bukan berarti bumi yang sudah gila ini tidak memiliki sebuah tempat di mana ada banyak pohon tumbuh. Aku memang tidak bisa memastikan sebelum benar-benar tiba di sana, tapi entah mengapa, aku merasa kita benar-benar sedang melihat sebuah bukit.” “Namun ... bagaimana kalau itu sebuah Tempat Ajaib sama seperti tempat dengan genangan lava dan tempat ini juga?” Carina berpendapat. “Tidak menutup kemungkinan akan ada juga sebuah tempat yang membuat kita melihat sesuatu yang sebenarnya bukan sesuatu yang sebenarnya ada. Singkatnya, bisa saja sebuah ilusi.” Kali ini Carina sungguh berhati-hati, menunjukkan dirinya yang memang mementingkan keamanan. “Aku sependapat dengan Carina,” Angel menambahkan. “Aku sulit membayangkan benar-benar ada sebuah tempat seperti sebuah bukit penuh dengan pepohonan. Maksudku, di Shelter saja sulit menemukan pepohonan, jadi sungguh sulit untuk memercayainya.” “Secara logika, aku juga sependapat dengan Carina dan Angel,” kata Keith. “Tapi, meski kita memang tidak memercayainya, tetapi kalau hal itu memang benar adanya, tidak ada alasan untuk menolaknya.” Keith mengatakan itu memang terdengar seperti memperhitungkan kemungkinan kalau itu memang sebuah bukti, tetapi sebenarnya dia berharap kalau apa yang dia lihat bersama teman-temannya sekarang ini sungguh sebuah bukit. Setelah diam selama beberapa saat dan hanya mendengarkan, Vincenzo pun berkata, “Seperti apa yang dikatakan Keith, memang Carina dan Angel tidak salah untuk curiga, tetapi masih ada kemungkinan kalau apa yang kita lihat sungguh sebuah bukit.” Sama seperti Keith, Vincenzo juga berharap kalau mereka sebenarnya sekarang sedang melihat sebuah bukit penuh pohon. “Kesimpulannya, masih lima puluh banding lima puluh,” potong Edward. Vincenzo mengepal erat tangan kanannya, mau tak mau harus mengakui apa yang dikatakan oleh Edward, “Edward benar, kemungkinannya masih lima puluh banding lima puluh. Sulit untuk menentukan selain berani bertaruh untuk memeriksa atau meninggalkan tempat itu begitu saja.” Setelah berhenti sejenak, Vincenzo pun berkata jujur tentang isi hatinya, “Tapi, aku benar-benar ingin berharap apa yang kita lihat sungguh bukit.” “Aku juga berharap hal yang sama,” Keith juga ikut mengutarakan isi hatinya. Dia tidak ingin menyesal nantinya karena tidak mengatakan apa yang ada dalam hatinya saat ini, jadi dia memutuskan mengungkapkannya saja. “Kalian benar, kita tidak akan tahu hasilnya kalau tidak bertaruh.” Angel mulai setuju dengan Vincenzo dan Keith. “Aku menolak!” kata Carina, tegas. “Aku tahu kalian sangat berharap masih ada bukit di penuh pohon di dunia ini, tetapi kalau sungai dan tempat penuh rumput untuk hewan makan saja susah untuk dicari, pasti ada sesuatu hal yang salah kalau memang ada bukit ....” Carina sungguh memikirkan tentang keamanan sekarang, bukan tentang harapan atau taruhan. Mendengar itu, Vincenzo malah bergumam pelan, tetapi tetap terdengar oleh teman-temannya, “Hewan ... buruan ... padang rumput” Ia berhenti sejenak. “Habitat ....” Dari gumaman itu, bukan hanya Vincenzo yang menyadari sesuatu hal yang dirasa janggal, melainkan juga Edward. “Aku paham sekarang,” ucap Edward. “Awalnya aku merasa sedikit aneh kita dapat memburu hewan di lingkungan seperti ini, tapi sekarang aku mengerti. Alasan masih ada hewan liar yang hidup di dunia, pasti ada habitatnya, tetapi tidak dapat kita temukan sekarang. Mungkin saja ... jauh dari kota atau pun Shelter, terdapat cukup banyak bukit yang tersebar. Namun, karena alasan keamanan seperti yang dikatakan oleh Carina, tidak banyak yang berani bertaruh dan mengabaikannya begitu saja.” Keith pun membelalakkan mata, mulai menyadari apa yang dipikirkan oleh Edward dan Vincenzo. “Jadi begitu! Aku mengerti sekarang. Tempat Ajaib ... dunia yang kacau ... bahaya ... nyawa. Semua itu membentuk keragu-raguan, sehingga muncul ketakutan. Sangat tidak aneh kalau banyak orang memilih untuk mengabaikan apa yang mereka lihat.” “Edward dan Keith benar,” kata Vincenzo. “Sekarang bukan saatnya untuk ragu atau lebih memilih aman, Carina. Terkadang kita memang harus bertaruh, karena tidak tahu apakah yang kita pilih benar atau salah. Kalau kita terus menghindar, bukan nyawa kita yang mati, tetapi keinginan, harapan, dan emosi untuk memahami sesuatu yang seharusnya kita pahami.” Setelah mendengar semua itu, meski cemas, Carina juga tak bisa memaksa untuk menghindar dari pertaruhan yang akan dilakukan oleh Edward, Vincenzo dan Keith. Dia kemudian mengembuskan napas panjang, pasrah saja dengan keadaan, dan mulai berharap apa yang dikatakan oleh tiga pemuda itu memang benar adanya. “Baiklah, aku mengerti. Sekarang kita sudah mengambil banyak langkah untuk sampai di sini. Akan sangat disayangkan kalau kita menghindari pertaruhan lagi,” kata Carina yang akhirnya setuju dengan Vincenzo, Edward dan Keith. Dengan begini, sudah diputuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD