Chapter 27 : Tanah Melayang

1328 Words
Sudah cukup lama berlalu ketika Vincenzo mulai melangkah dengan hati-hati. Sejak saat itu, memang seperti yang dilihat sebelumnya, tidak ada hal aneh yang terjadi, tetapi entah mengapa Vincenzo yakin pasti akan terjadi sesuatu yang diluar kendali, meski ia tidak dapat memastikan hal aneh apa itu. “Vincenzo, sepertinya kita harus sedikit mempercepat perjalanan ini?” kata Keith mengajukan pendapat. “Sekarang sudah pukul 2:30 siang. Bukankah lebih baik kalau kita segera tiba di tempat yang akan kita tuju?” Keith sepertinya tidak merasa kalau hal aneh yang dikatakan oleh Vincenzo benar-benar penting untuk diperhitungkan, setidaknya untuk sekarang. Mau bagaimana pun, Vincenzo memang tidak bisa membuktikan apa pun. “Tunggulah sebentar lagi, Keith.” Orang yang menjawab bukanlah Vincenzo, melainkan Edward yang berjalan di barisan paling belakang. “Aku yakin Vincenzo memiliki sesuatu di dalam pikirannya, tetapi tidak dapat menjelaskannya pada kita. Bagaimana kalau kita menunggu sampai pukul 3 siang? Lagi pula, tidak ada gunanya terburu-buru juga.” “Terima kasih, Edward,” kata Vincenzo. “Aku memang tidak bisa membuktikan kegelisahanku ini memang perlu dipikirkan, tetapi entah mengapa aku merasakan sesuatu ... seperti sebuah kejanggalan yang tidak bisa aku jelaskan, tapi terasa benar-benar ada.” Sesuai dengan apa yang Edward katakan, Vincenzo memang sedang memikirkan sesuatu hal, tetapi tidak bisa menjelaskannya dengan benar pada teman-temannya. Saat ini, Vincenzo benar-benar merasakan sebuah kegelisahan dalam hatinya, dan merasa ada janggal dengan udara yang ia hirup. Sesekali ia menengadah menatap langit biru dengan awan di atas sana, tetapi hal tersebut tidak membuat pikirannya hilang. Ia pun mengembuskan napas panjang, kemudian memutuskan untuk berhenti gelisah dan mulai fokus pada perjalanan mereka kalau sampai pukul 3 sore, masih belum ada hal aneh yang terjadi. Sebab bisa saja ia merasakan kejanggalan yang salah atau sesuatu yang semacamnya. Mendadak, Vincenzo menghentikan langkah, membuat teman-temannya yang berjalan di belakangnya, ikut menghentikan langkah juga. “Aku merasakan sesuatu. Tolong tenang sebentar.” Kali ini Vincenzo benar-benar merasakan kejanggalan yang sangat luar biasa, hingga memutuskan untuk segera menghentikan langkah. Ia tidak tahu apakah kejanggalan yang ia rasakan mengarah pada sesuatu yang buruk atau tidak. Mendadak saja, sebelum ada teman-temannya yang merespon, sebuah getaran membuat keseimbangan mereka hampir goyah. Kemudian, perlahan mereka terangkat ke atas. Tidak, bukan mereka yang terangkat, tetapi tanah yang mereka injaklah yang terapung ke udara. “Apa ini?!” Angel berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya, kemudian melirik ke sekitar. Ternyata bukan hanya tanah yang mereka pijak yang terapung, melainkan ada cukup banyak juga tanah di sekitar mereka yang terapung, seperti kapal-kapal di atas lautan. “Jadi ini yang kau maksud dengan kejanggalan itu, Vincenzo?” Edward langsung terheran-heran melihat apa yang terjadi, terlebih mengetahui fakta bahwa tanah yang mereka injak bukan satu-satunya yang mengapung di udara, melainkan ada banyak tanah lainnya juga. “Ternyata keputusanku untuk tidak meremehkan instingmu bukan sesuatu hal yang salah.” “Maafkan aku telah meremehkanmu tadi, Vincenzo.” Keith merasa bersalah tidak memikirkan secara serius tentang apa yang Vincenzo gelisahkan. Itu jelas saja logis, sebab tidak ada di antara mereka yang mengira kalau tanah yang mereka injak dapat melayang di udara. Namun, karena di dunia yang seperti ini, jadi hal aneh satu atau dua bukan sesuatu yang aneh lagi. Vincenzo dengan tenang melirik ke sekitar, memerhatikan dengan saksama tanah-tanah yang membentuk batu besar, melayang di udara bagai kapal di atas lautan. Ia sendiri tidak mengira akan ada hal seperti ini. “Apa kau sedang memikirkan sesuatu, Vincenzo?” tanya Carina, sedikit heran melihat Vincenzo yang tidak segera menjawab ucapan teman-temannya. Vincenzo pun menengadah sejenak, kemudian menatap lurus ke depan lagi dan menjawab, “Aku sungguh tidak menyangka kalau ada tempat seperti ini.” Ia terdiam sejenak. “Kalau sebuah ruang bawah tanah atau labirin bawah tanah, memang bisa aku tebak itu adalah buatan manusia, tetapi kalau tempat dengan genangan lava dan tempat seperti ini, sungguh membuatku kehilangan kata-kata untuk menjelaskannya.” “Memikirkan hal seperti ini hanya akan membuat pusing, jadi lupakan saja. Anggap saja kita melihat salah satu kekuatan sihir yang disebut oleh orang sebagai Tempat Ajaib ini,” sahut Edward, membalas ucapan Vincenzo yang seharusnya diarahkan pada Carina. “Tempat Ajaib?” Carina memiringkan kepala, baru pertama kali mendengar kata yang dia ucapkan itu. “Itu adalah tempat yang seperti ini, memiliki anomali yang tidak bisa dijelaskan oleh para ilmuan,” jawab Vincenzo. “Biasanya para ilmuan akan tertarik pada hal seperti ini, tetapi karena di dunia ini ada yang disebut sihir, mereka jadi tak mau menyelidikinya lagi dan menyebutnya sebagai Tempat Ajaib, acuannya tentu saja karena mereka percaya tempat ini diakibatkan oleh sihir.” “Namun ... jumlah energi sihir dan jumlah lingkaran sihir yang dibutuhkan untuk membuat banyak tempat seperti ini, itu bukanlah sebuah hal yang bisa aku bayangkan, setidaknya sekarang,” Angel ikut dalam diskusi. “Kalau aku bisa mengatakannya, bahkan kalau memang ini terbuat dari sihir, mustahil akan ada banyak tempat seperti ini.” “Namun, kalau itu anomali alam, ceritanya akan berbeda,” sambung Keith. “Anomali alam, kah ...?” gumam Vincenzo, membuat teman-temannya memalingkan pandangan sambil memiringkan kepala ke arahnya. “Jika memang benar ini adalah sebuah anomali alam, maka kesimpulannya adalah ... alam semakin gila, dan kita tidak tahu bagaimana cara menebaknya lagi selain bertaruh bahwa itu adalah akibat dari sihir dan semacamnya.” Edward mengembuskan napas panjang, lalu membawa sebuah topik pembicaraan yang baru, “Aku sudah katakan sebelumnya, hal seperti itu kalau terus dipikirkan hanya akan membuat pusing kepala, tidak ada ujungnya juga. Bagaimana kalau kita menyelidiki tempat ini sebelum kembali memulai perjalanan. Aku rasa ada sedikit keuntungan juga dengan melihat dari atas sini, pandangan menjadi lebih luas.” “Edward benar,” Vincenzo setuju. “Mungkin saja kita dapat mempelajari sesuatu di sini, jadi sebaiknya kita manfaatkan saja selagi bisa.” “Yosh! Baiklah!” Carina tampak bersemangat. “Jadi, apakah kita akan berpencar atau berkelompok untuk menyelidiki tempat ini? Entah mengapa aku merasa begitu bersemangat setelah mendengar akan menyelidiki tempat ini.” Carina sungguh tak bisa membendung api yang membara dalam hatinya. “Hm ... berpencar ya. Aku rasa itu cara yang bagus untuk menggunakan waktu lebih efektif dan mendapatkan hasil yang memuaskan.” Keith sepertinya setuju dengan usulan berpencar dan mencari informasi, tetapi .... “Tidak! Kita tidak akan berpencar. Tujuan kita bukan untuk menyelidiki tempat ini. Atau lebih tepatnya, menyelidiki itu kita jadikan sebagai tambahan saja. Tujuan kita yang sesungguhnya masih jauh ke selatan!” Vincenzo berkata dengan tegas, tidak mau mengulur waktu lagi untuk sesuatu yang menurutnya tidak terlalu diperlukan. Terlebih, sekarang mereka memiliki sesuatu yang lebih penting. Jadi kalau sesuatu yang akan mereka lakukan bukan sesuatu yang darurat atau dibutuhkan di masa depan, akan ia jadikan sampingan. “Apa yang dikatakan Vincenzo benar,” Edward setuju. “Kita jauh lebih baik fokus pada tujuan awal kita saja. Masalah lainnya, kita lakukan di sela-sela menuju tujuan, jadi jangan asal menghabiskan waktu untuk sesuatu yang kita tak tahu apakah kedepannya akan digunakan atau tidak.” “Tapi, aku rasa kalau kita bisa menemukan rahasia di balik anomali alam ini, itu akan berguna di masa depan untuk meningkatkan kekuatanku dan Keith,” Angel mengajukan keberatannya. “Aku tidak mengatakan kalau itu hal yang buruk, tetapi belum pasti kalau kita akan menemukan rahasia di balik ini. Selain itu, kita tidak bisa terlalu lama di sini, sedangkan menemukan rahasia di balik anomali alam ini, bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan selama satu atau dua jam saja, pasti menghabiskan waktu sekurang-kurangnya satu bulan. Iya, kan, Vincenzo?” Edward langsung melemparkan pertanggungjawaban pada Vincenzo. Tanpa ragu sedikit pun, Vincenzo menjawab, “Edward benar. Apa yang kalian coba lakukan memang bukan sesuatu yang salah atau sesuatu yang sia-sia. Tapi, kita tidak memiliki banyak waktu untuk digunakan sekarang. Makanya aku memutuskan untuk tidak menjadikannya sebagai hal darurat. Selain itu ...,” kata-kata Vincenzo terjeda sejenak. “Kalian pasti tidak lupa kalau dunia ini sudah sinting. Dan hal yang paling susah dilakukan, kalau menurutku adalah memprediksi orang sinting. Jadi tidak peduli apakah yang sinting adalah dunia atau apa pun, tetap saja sulit diprediksi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD