Chapter 3 : Menyerang

1078 Words
Angin berembus pelan di padang pasir yang tandus ini, menerbangkan debu ke sekitar. Di tempat seperti ini, dibangunlah sebuah pos kecil, tempat di mana para God Crusher berada. Tentu saja 100 meter di belakang pos kecil itu, terdapat sebuah Shelter besar yang dilindungi oleh para God Crusher ini. Di Shelter yang mereka lindungi ini, terdapat empat pos kecil tempat para God Crusher berjaga. Masing-masing pos berada di bagian utara, selatan, timur dan barat Shelter. Ini dilakukan untuk lebih memperketat keamanan Shelter yang memang sudah berlapis-lapis, ditambah dengan senjata perang yang sangat-sangat mengerikan agar dapat bertahan dari ‘Makhluk Buas’. Selama ketenangan yang cukup panjang, di pos bagian utara, terlihat seorang pria berusia dua puluh tahunan, berambut pirang pendek, tengah duduk santai di dalam pos. Pria itu bernama Gold, seorang God Crusher yang menguasai kekuatan petir. Salah satu God Crusher terkuat yang melindungi Shelter 21 ini. Keberadaan Gold di sini tentu sangat menenangkan bagi para God Crusher lain. Tak lama berselang, seorang pemuda berambut merah gelap, datang masuk ke dalam pos. “Seperti biasa, kau memang selalu saja menyibukkan diri dengan mengamati sekitar ya, Gold. Tidak bisakah kau tenang sedikit? Sudah sebulan kita tidak menghadapi ‘Makhluk Buas’ yang kuat seperti Trey.” Sejenak, Gold melirik ke belakang, ke arah pemuda berambut merah yang langsung duduk manis di kursi di belakangnya. “Kau selalu saja santai seperti biasanya, ya, Ryan? Apakah kau sungguh tidak khawatir dengan serangan mendadak yang bisa saja datang saat kau masuk ke dalam toilet?” kata Gold, membalas ucapan pemuda berambut merah—Ryan, beberapa saat yang lalu. “Haah ... baiklah, baiklah, aku mengerti apa yang hendak kau katakan itu.” Meski malas, Ryan tetap memaksakan dirinya untuk berdiri dan ikut mengamati sekitar bersama dengan Gold. “Eh iya, Gold, aku bertanya-tanya, mengapa akhir-akhir ini hanya ada ‘Makhluk Buas’ seperti Ulrich atau Helmer?” Suasana menjadi sunyi sejenak, lalu Gold pun membuka mulut untuk memberikan sebuah jawaban, “Bukankah itu adalah hal bagus untuk kita? Mengapa kau malah mengeluh? Hal bagus seperti itu harusnya kau syukuri, bukan malah mengeluh dan terus mengeluh. Kalau kita memang tidak mendapatkan masalah dengan ‘Makhluk Buas’ kuat, itu artinya kita memang sedang sangat beruntung. Bisa saja Shelter lain tidak seberuntung kita ....” Mendengar jawaban yang sebenarnya kurang memuaskan itu, lagi-lagi Ryan mengembuskan napas panjang. “Bukan itu yang aku maksud, aku hanya merasa ada semacam keanehan saja. Tentu aku senang kalau kita tidak menghadapi para makhluk menyusahkan itu. Namun, entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang tidak beres setelah mengetahui mereka tidak lagi menyerang kita terus-menerus.” Gold lantas melirik Ryan, tidak mengerti mengapa Ryan berkata seperti itu. “Apakah kau hendak mengatakan kalau firasatmu berkata hal buruk akan segera terjadi menimpa kita semua?” tanya Gold yang kembali melirik ke arah lain. “Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku yakin kalau kita akan aman.” Kendati tahu kalau ucapan Gold tidak memiliki jaminan apa pun untuk dipercayai, Ryan tetap tersenyum tipis. “Yeah, kurasa aku memang terlalu banyak berpikir sehingga aku malah memikirkan hal yang tidak penting untuk aku pikirkan sekarang. Maafkan aku, aku akan menjadi lebih optimis lagi nantinya, Gold ....” “Baguslah kalau kau berkata begitu. Artinya aku tak perlu menghawatirkan kesehatan mentalmu yang masih dipertanyakan itu.” Tak lama berselang, seorang pemuda berambut abu-abu, datang berlari ke pos Gold dan Ryan. Gold pun segera bereaksi melihat salah satu temannya itu, terlihat sedang panik dan terburu-buru. Ia yakin pasti sedang terjadi sesuatu hal, dan segera bertanya, “Apa yang terjadi, Glitch?” Pemuda berambut abu-abu—Glitch, terlebih dahulu menstabilkan tarikan napasnya, kemudian menjawab dengan buru-buru. “Gold, Ryan, di arah selatan, dua ekor Hara muncul!” “Apa kau bilang?!” Sontak saja Gold dan Ryan terkejut mendengar informasi yang baru saja mereka dengan itu. “Itu benar, dua ekor Hara muncul di arah selatan ....” Sebelum Gold dan Ryan sempat keluar dari pos mereka untuk pergi membantu di pos selatan, mendadak saja Gold melihat sesuatu berlari dengan cepat di arah utara, menuju ke arah mereka. Segera Gold keluar dari pos, maju beberapa langkah ke depan dan terdiam. Ryan dan Glitch pun ikut tercengang kala melihat seekor ‘Makhluk Buas’ raksasa, memiliki tubuh seperti T-rex, bermata tiga, dengan wajah berlapis tulang yang keras. Makhluk itu juga memiliki taring tajam, ekor yang ujungnya adalah kepala seekor naga, dua kaki besar serta dua tangan yang lebih kecil dari kaki, tetapi memiliki tiga cakar besar dan panjang. “Gawat ..., aku tidak pernah menyangka sebelumnya kalau Hara juga akan muncul dari arah selatan. Ini sangat berbahaya,” Glitch bergumam pelan, benar-benar tak menyangka kalau keadaan akan menjadi seburuk ini sekarang. “Apa yang harus kita lakukan, Gold?” tanya Ryan, tak kalah terkejut melihat kemunculan sosok yang selama ini mereka takuti. “Tolong berikan kami perintah sekarang ini ....” Kendati Ryan takut untuk bertarung langsung dengan Hara, demi menyelamatkan Shelter 21, ia menguatkan tekad untuk terus bertarung walau harus mempertaruhkan nyawanya sendiri. Tanpa banyak bicara, Gold bersiap untuk menyerang. “Makhluk itu pengguna petir, jadi aku akan menyerangnya dari tengah. Ryan akan bergerak ke samping dan menyerangnya dari arah yang berbeda dariku. Lalu Glitch, pengguna angin, serang dia dari atas ....” Meski tanpa ada persiapan matang, Ryan dan Glitch serentak menjawab, “Siap laksanakan, Leader!” Kala Ryan melesat ke arah samping kiri Hara, Glitch lantas melompat setinggi mungkin dan melayang di udara. Gold sendiri segera melapisi diri dengan jirah petir, kemudian melesat cepat ke depan tanpa keraguan sedikit pun. Tujuan mereka menyerang di saat seperti ini tentu saja untuk membuat Hara berada sejauh mungkin dari Shelter 21. “Grow!!!” Hara menghentikan langkah, kemudian meluncurkan sebuah guntur besar ke depan, tepat ke arah Gold. Akan tetapi, Gold dapat dengan mudah menghindari serangan terus dan terus mendekat. Dalam satu tarikan napas, Gold menciptakan satu tombak petir, lalu melemparkan tombak tersebut ke depan dengan kecepatan tinggi. Sayangnya, serangan itu tidak mempan pada kulit Hara yang begitu keras dan sangat sulit untuk ditembus. Glitch menarik napas panjang, kemudian menembakkan begitu banyak peluru angin dari dalam mulutnya. Peluru-peluru tersebut seketika melesat cepat ke punggung Hara. Tidak hanya itu, Ryan juga ikut meluncurkan satu serangan kuat yang segera melesat ke tubuh Hara, sehingga suara ledakan menggema keras di padang pasir yang begitu besar dan luas ini. Namun, serangan mereka tadi ternyata tidak berdampak apa-apa. “Cih! Benar-benar monster yang menyebalkan!” Glitch sedikit mengeluh, lalu kembali meluncurkan serangan lain yang jauh lebih kuat, sama seperti Ryan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD