Chapter 17 : Kejanggalan

1369 Words
Suara tapakan kaki terus menggema dalam lorong bawah tanah ini. Edward sempat terdiam kala mendengar Carina memujinya, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang dan mengatur tarikan napas beberapa kali. Dia tidak tahu atas dasar apa Carina memberikannya pujian seperti tadi, yang jelas itu artinya Carina percaya pada Edward, dan Edward setidaknya harus berusaha membuktikan kalau keperayaan Carina padanya itu, benar. Edward kemudian mengembuskan napas panjang, berkata, “Kalau kau sudah berkata begitu, artinya tanggungjawabku bertambah lagi.” Dia tidak tahu apakah harus mengeluh atau senang sekarang. “Tapi, aku akan berusaha sekuat tenaga agar kau tidak kecewa karena telah percaya padaku, Carina.” Carina tersenyum tipis, menjawab, “Aku tahu kau akan mengatakan itu, Edward. Sebab kau bukan orang yang memiliki pikiran sederhana seperti Vincenzo. Hahaha. Kau pasti akan memikirkan semuanya dan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi.” “Entah mengapa aku merasa kau sedang mengataiku sebagai pria tua yang banyak pikiran ....” Lagi-lagi Edward dibuat bingung oleh Carina, entah secara sengaja atau tidak sengaja. “Haha. Aku tidak sedang mengataimu,” jawab Carina, tenang. Sementara itu, Vincenzo sedang berjalan dengan begitu tenang di sebelah Keith yang tidak lagi mengatakan apa pun. Mereka berdua memang tampak santai, tetapi sebenarnya waspada. Ini karena mereka mulai memikirkan hal lain yang terjadi dalam lorong ini, sebab tidak melihat satu pun manusia selain mereka di dalam sini. “Sepertinya ini jauh lebih rumit dari yang aku bayangkan,” kata Vincenzo, benar-benar khawatir sekarang. Keith sengaja tidak segera menjawab, melainkan ikut berpikir kritis juga, kemudian berkata, “Sangat jarang kau peduli dengan hal-hal seperti ini. Apakah kau merasakan sebuah firasat lagi?” Entah mengapa, Keith merasa yakin kalau Vincenzo mendapatkan sebuah firasat, sama seperti sebelumnya. Vincenzo lantas melirik sekitar selama beberapa saat, kemudian menatap lurus ke depan lagi. Ia sengaja tidak langsung menjawab, tetapi memutuskan untuk mengamati sekitar terlebih dahulu. Setelah merasa cukup mengobservasi, ia kemudian menjawab, “Aku tidak yakin ini firasat atau bukan, tetapi aku memang merasa ada hal yang janggal ....” Sementara itu, di barisan belakang, sama seperti Vincenzo, Edward juga merasakan sesuatu yanhg aneh. Awalnya Edward mengira dapat menemukan setidaknya satu orang yang masih hidup di sini, mengingat ini merupakan sebuah Shelter bawah tanah. Namun, ia juga memikirkan sebuah kemungkinan kalau bisa saja semua orang yang masuk ke sini, sudah keluar seluruhnya, sebab kehabisan bahan makanan. Sayangnya, kemungkinan itu dibantah oleh sebuah kemungkinan lain, oleh Edward sendiri. Ada kemungkinan juga kalau semua orang yang dulunya ada dalam Shelter bawah tanah ini, bergantian berburu di luar sehingga mendapatkan pasokan makanan yang cukup. Akan tetapi, itu tidak dapat menjelaskan tentang keanehan yang ada di sini. Sejenak Edward melirik ke sekitar, terus berpikir tentang bagaimana mungkin masih ada tengkorak yang tersisa di sini, kalau semua orang memutuskan untuk pergi seluruhnya. Atau mungkin ada yang memutuskan menetap dan ada juga yang memutuskan untuk pergi. Edward benar-benar tidak dapat memilah mana kemungkinan yang terjadi sesungguhnya. Hingga, ketika mereka terus berjalan, mereka kembali dihadapkan dengan persimpangan, tetapi persimpangannya sedikit berbeda. Kali ini, mereka dihadapkan dengan perempatan, sehingga terpaksa harus berhenti sejenak, memikirkan ke mana sebaiknya mereka pergi dan apa yang membuat mereka harus pergi ke sana. Tentunya ini adalah sebuah pilihan yang sangat krusial dan mengandung risiko besar. “Dibandingkan dengan sebuah Shelter bawah tanah, ini lebih tepat disebut sebagai sebuah labirin bawah tanah,” kata Carina, memberikan pendapatnya, tidak habis pikir mengapa ada orang yang membangun sebuah Shelter seperti sebuah rute yang penuh percabangan. Edward sendiri masih diam, terjebak dalam ruang pikirannya sendiri, membuat tidak ada satu pun mau mengganggu pemuda itu. Melihat hal ini, Angel yang biasanya diam, mendadak memberikan sebuah pendapat, “Bagaimana kalau kita berjalan lurus saja? Dari penjelasan Edward sebelumnya, mungkin jalan lurus akan membimbing kita ke pintu keluar.” “Hm ....” Keith mempertimbangkan. “Memang benar sih, dari apa yang aku rasakan, kita tadi hanya terus berjalan lurus dan tidak ada belokan atau apa pun. Bagaimana menurutmu, Vincenzo?” Sebagai bagian dari kelompok ini, tentunya Keith tidak bisa asal mengambil tindakan tanpa persetujuan bersama atau persetujuan dari Vincenzo. Vincenzo sebenarnya tidak mengerti banyak, tetapi ia juga merasa apa yang dikatakan oleh Angel dan disetujui oleh Keith memang masuk akal. Namun, ia lantas melirik Carina, tentu untuk mengetahui apa yang Carina pikirkan tentang hal ini. Langsung paham hanya dengan sekali lihat, Carina pun berkata, “Aku juga setuju dengan Angel dan Keith. Selain itu, kita juga tak bisa terus merepotkan Edward. Terlebih dia sedang dalam mode berpikir keras sekarang.” Tanpa mau berlama-lama lagi, Vincenzo pun memutuskan, “Kalau begitu, ayo kita berjalan lurus saja!” Akhirnya mereka pun berjalan lurus sesuai dengan pendapat Angel. Di sisi lain, meski tidak terlalu memerhatikan, Edward juga ikut berjalan, layaknya sebuah robot yang bergerak otomatis bersama kawanannya. Terus melangkahkan kaki ke depan dengan perlahan, tidak ada yang memulai obrolan atau candaan. Entah karena alasan apa, suasana yang tadinya tampak begitu santai, secara drastis langsung berubah menjadi tegang. Masing-masing dari mereka sangat mewaspadai sekitar, seolah telah melihat tanda bahaya. Namun, ada satu orang yang tidak tegang di sini, yakni Keith, jika mengesampingkan Edward yang benar-benar terlarut dalam pikirannya. Keith tentu waspada, tetapi tidak menjadi tegang karena merasakan sesuatu yang janggal. Walau begitu, dia juga tak memiliki niat untuk mencairkan suasana yang begitu tegang ini, sebab dia percaya, ketika Edward sudah kembali ke dunia nyata, bukan ke dalam lautan pikiran, semuanya akan langsung berubah. Sementara Vincenzo, yang berjalan di sebelah Keith, benar-benar merasakan sebuah rasa gelisah, entah karena hal apa. Ia berulang kali mengobservasi sekitar, tetapi tetap tidak menemukan apa pun. Saat ia sadar tidak ada hal aneh, di saat itulah ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, seolah kalau ada sebuah keanehan, baru situasi bisa disebut normal. Meski belum tiba di persimpangan atau apa pun, mendadak saja Edward berkata, “Berhenti. Aku perlu memastikan sesuatu.” Sontak saja itu membuat Vincenzo dan yang lainnya berhenti, kemudian berpaling ke belakang, menatap Edward yang tampak serius. Melihat ekspresi Edward, seketika Vincenzo tahu ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh Edward. Ia pun bertanya, “Apa kau memikirkan sesuatu, Edward?” Sejenak Edward melirik ke sekitar, kemudian menjawab, “Aku berharap ini hanya dugaanku saja, tetapi aku menjadi sedikit mengerti mengapa Shelter bawah tanah ini didesain seperti sebuah lorong dan labirin ini.” Sontak hal ini menyita perhatian Vincenzo dan yang lainnya sepenuhnya. Vincenzo pun berkata lagi, “Bisa kau menjelaskan apa yang kau maksud, Edward. Kami ingin tahu bagaimana detailnya.” Edward pun, tanpa banyak basa-basi lagi, langsung menjelaskan, “Tempat ini, seperti yang sudah aku katakan, memang sebuah Shelter bawah tanah, itu tidak salah lagi, sebab terdapat pelindung yang melindungi tempat ini dari serangan. Namun, pertanyaan sederhananya, mengapa bisa mereka mendesain tempat ini seperti sebuah labirin, dibandingkan mendesain sebuah ruangan luas. Jawaban untuk itu sangat sederhana, yakni kekuatan mereka tidak kuat. Kalau aku tebak, yang mendesain Shelter bawah tanah ini pastilah sangat pintar. Mengapa dia memilih untuk membangun Shelter di bawah tanah dibandingkan di permukaan, sudah jelas karena memperhitungkan kekuatan mereka. Pelindung yang mereka pasang memang kuat, tetapi tidak cukup untuk mengatasi serangan dari Ulrich.” Edward sengaja menjeda penjelasannya untuk membiarkan teman-temannya mencerna penjelasaannya itu terlebih dahulu. Tidak lama berselang, Keith pun mengajukan pertanyaan, “Jika memang begitu, mengapa mereka repot-repot membuat Shelter ini seperti labirin? Aku masih belum mengerti ....” “Pertanyaanmu bagus,” Edward langsung merespons. “Jawabannya sangat sederhana. Karena kekuatan pelindung mereka sangat kurang, ditambah pasukan yang tidak memadai, mereka memutuskan untuk membuat sebuah cara bertarung lain. Kalau mereka memang tidak sanggup menahan serangan ‘Makhluk Buas’, maka mereka akan memerangkapnya. Alasan mereka membuat Shelter seperti labirin, pastilah untuk membuat para ‘Makhluk Buas’ yang tidak sengaja lolos, menjadi bingung. Kemudian, mereka yang memang sudah familiar dengan Shelter ini, akan langsung bisa menjebak semua ‘Makhluk Buas’ itu.” Mendengar itu, Keith seketika paham dengan apa yang dimaksud oleh Edward. “Jadi, menurutmu, mereka semua sudah tiada di sini, karena serangan kawanan ‘Makhluk Buas’ yang di luar dari kemampuan mereka?” “Kesimpulanmu memang bagus, tetapi pasti tidak akan semudah itu.” Edward masih memiliki pendapat lain tentang hal ini, tetapi karena belum yakin, dia memutuskan untuk tidak segera mengatakan kemungkinan itu. Satu hal yang jelas baginya, apa yang dia katakan sebelumnya, dia yakin benar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD