Chapter 24 : Latihan II

1269 Words
Tidak menunggu waktu yang lama lagi, Keith dan Angel pun berdiri di sebelah Vincenzo untuk segera menyaksikan latihan seperti apa yang akan diinstruksikan Vincenzo pada Edward dan Carina. Awalnya, Vincenzo juga bingung harus bagaimana untuk membuatnya melihat batas kekuatan Carina dan Edward, tetapi setelah berpikir selama beberapa saat, ia mendapat ide. “Edward, Carina, carilah tempat bersembunyi. Latihan kalian berdua adalah bertarung satu sama lain.” Vincenzo berhenti sejenak, kemudian mulai memberi instruksi lebih lanjut. “Kalian bisa menggunakan tembakan jarak jauh atau menyerang lawan dari jarak dekat, itu terserah kalian. Aturannya sederhana, kalian tidak boleh menembak tubuh satu sama lain, cukup berhasil menembak sepuluh centimeter dari lawan, maka itu pemenangnya.” “Mengerti!” Edward dan Carina segera bergegas ke tempat persembunyian masing-masing. Tentunya mereka berdua sadar kalau ini bukan sebuah pertarungan biasa, melainkan pertarungan strategi, kendati tadi Vincenzo sudah memperingatkan Edward untuk tidak menggunakan strategi. Tentunya Edward mengerti pesan tersirat dari Vincenzo itu, yakni tidak menggunakan strategi untuk menyerang, tapi bertahan, untuk melihat batas kemampuan Carina sebenarnya seperti apa. Melihat Carina dan Edward sudah berada di posisi mereka masing-masing, Vincenzo tidak mau menunda waktu lagi, segera memberikan instruksi untuk memulai, “Kalau begitu, mulai sekarang!” seru Vincenzo, tegas sembari mengamati dengan cermat apa yang akan dilakukan oleh Carina. Carina sendiri masih tenang di balik batu, sembari perlahan mengatur tarikan napasnya. Dia sendiri sadar kalau tidak mungkin baginya mengalahkan Edward dalam strategi mau pun serangan, jadi dia pun bertaruh dan memutuskan untuk menyerang dari depan saja. Lagi pula, ini juga hanya merupakan sebuah latihan untuk menunjukkan seberapa kuat sekarang mereka, sehingga hal yang paling penting bagi Carina adalah menunjukkan serangan terbaiknya, meski tanpa ada strategi atau apa pun. Di sisi lain, Vincenzo yang tahu apa yang akan dilakukan Carina, lantas mengembuskan napas panjang. Ia sangat tahu kalau Carina pasti akan melakukan sesuatu hal yang tidak berguna, sehingga memberikan instruksi lagi, “Diharapkan untuk menggunakan kepala juga, bukan hanya asal menyerang tanpa tahu arah.” Mendengar itu, Carina langsung merasa terpukul, sedangkan Edward yang ada di tempat yang cukup jauh dari Carina, tertawa pelan mendengar itu. Edward mengerti dengan jelas kalau instruksi itu ditunjukkan kepada Carina saja, sehingga Edward tidak terlalu memerhatikannya dan hanya tertawa karena merasa itu cukup lucu. Carina pun mau tak mau harus mengurungkan niatnya, kemudian mulai menggunakan otaknya untuk berpikir. Dia mengetahui posisi Edward ada di balik batu di depannya, jaraknya memang cukup jauh, dan tidak ada sesuatu untuk mengendap-endap ke depan, jadi sekarang dia hanya bisa menggunakan gerakan tipuan dan semacamnya. Namun, dia sangat sadar gerakan seperti itu pasti akan segera disadari oleh Edward, tetapi hanya itu yang dapat dia pikirkan, setidaknya untuk sekarang. Kembali mengetahui apa yang hendak Carina lakukan, hanya dari melihat raut wajah Carina dari kejauhan, Vincenzo mengembuskan napas panjang, sudah tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. “Gadis itu memang tidak pandai dalam hal ini,” gumam Vincenzo, pelan, tetapi terdengar oleh Angel. “Aku penasaran, kalau kau sekarang berada di posisi Carina, apa yang akan kau lakukan, Vincenzo,” tanya Angel, mendadak saja tanpa ada apa pun, mungkin karena dia sangat penasaran. “Kalau aku di posisinya, aku pasti tahu Edward akan menahan diri, jadi pasti akan membuat beberapa tembakan untuk mengecoh,” Vincenzo menjelaskan. “Pertama menembak lurus, kedua dan ketiga ke samping.” “Setelah itu, apa yang akan kau lakukan lagi?” “Mudah saja. Di saat seperti itu aku pasti sudah sadar kalau Edward pasti mengetahui rencanaku. Karena tidak ada cara lain, aku akan langsung menyerang dari depan tanpa pandang bulu. Lagi pula Edward tidak akan mati semudah itu dibombardir oleh peluru.” “Ternyata kau cukup jahat, Vincenzo,” ucap Angel usai mendengar penjelasan Vincenzo. Dia tidak menyangka kalau Vincenzo akan menggunakan sebuah strategi nekad dan bukannya strategi yang lebih halus. “Dalam posisi seperti Carina, menurutku itu adalah sebuah strategi yang bagus,” sahut Keith, mendadak masuk ke dalam percakapan. “Dia mulai bergerak,” kata Vincenzo kala melihat Carina mulai menjalankan rencananya. Carina sendiri fokus pada lawannya, langsung melompat ke depan melewati batu tempat di mana dia bersembunyi. Sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh Vincenzo, Carina langsung menembak batu di mana Edward berlindung, kemudian bergerak kian cepat lalu melompat setinggi mungkin. Saat dia hendak menarik pelatuk senapannya, dia mendadak berhenti, kemudian mendarat. Dia sudah melihat balik batu yang dia tembak, tetapi tidak ada Edward di sana. “Aku di sini, Carina,” kata Edward yang sudah berada di balik batu tempat tadi Carina bersembunyi. “Sejak kapan kau ...?” Carina berpaling dan terheran melihat Edward ternyata sudah pergi ke tempat persembunyian Carina sebelumnya. Edward mengembuskan napas panjang. “Kau terlalu mudah ditebak, Carina. Selain itu, dalam pertarungan kau terlalu banyak berpikir, sehingga membuatmu tidak bisa bergerak dengan cepat. Aku memanfaatkan situasi itu untuk menyembunyikan diri darimu, bersembunyi di belakang Vincenzo, tempat yang tidak kau perhatikan sedikit pun.” “Ternyata kau ....” Carina mengembuskan napas panjang. “Baiklah, aku kalah. Kau juga sudah membongkar kelemahanku. Jadi aku pikir mungkin aku akan menjadi lebih pintar lagi mulai sekarang.” “Kau belum kalah, Carina,” kata Vincenzo, mengingatkan. “Memang benar kalau Edward sudah membongkar kelemahanmu, tetapi dia masih belum menembakmu, jadi kau masih belum kalah.” “Vincenzo benar, kau masih belum kalah,” kata Edward. “Kau masih belum menunjukkan batas kekuatanmu, jadi kami tidak bisa menyimpulkan semudah itu. Masalahmu pasti tidak hanya asal menyerang dan hanya bisa mengambil tindakan cepat kalau diperintah.” “Karena itu, Carina ....” Vincenzo menatap tenang Carina. “Lakukan semua yang kau bisa. Edward itu sangat kuat, jangan menahan kekuatanmu.” Mendengar ucapan Vincenzo itu, Carina lantas mengembuskan napas, menutup mata dan menenangkan kepalanya. Dia tahu kalau Vincenzo adalah orang yang paling mengerti dirinya, dan dia adalah orang yang paling mengerti Vincenzo. Jadi, apa yang Vincenzo ucapkan tadi, meski orang lain menganggap itu hanya sekedar kata-kata penyemangat, bagi Carina itu adalah sesuatu yang memang harus Carina lakukan. “Ayo kita mulai lagi, Edward,” kata Carina, memasang wajah datar yang tampak begitu tenang. Tanpa mau mendengarkan apa pun lagi, Carina melesat ke depan, langsung menarik pelatuk senapannya dua kali. Dua buah peluru besar dengan kecepatan tinggi pun segera melesat ke arah Edward, tetapi Edward dengan santai menarik pelatuk senapannya, menembakkan dua buah peluru juga, menabrak peluru Carina dengan pelurunya, menyebabkan ledakan besar. Tidak terpengaruh oleh debu yang bertebaran, Carina terus berlari ke dalam kumpalan debu tersebut, terus waspada. Dalam keadaan tenang dan tak terpengaruh oleh apa pun ini, Carina seperti mendengar Vincenzo sedang menyemangati dirinya, membuat dia tersenyum tipis. “Percayalah padaku, Vincenzo.” Carina berhenti, menarik pelatuk senapannya sambil berputar. Kala peluru senapannya habis, dia langsung mengeluarkan peluru lain dari rongga-rongga tangan kanannya yang mengeluarkan cahaya. Butiran-butiran cahaya tersebut pun akhirnya menjadi satu, membentuk cukup banyak peluru. “Akhirnya kau serius, Carina!” Edward melompat tinggi, menembakkan senapannya ke satu titik. Kendati memang saat ini Carina sedang diselimuti oleh kumpalan debu, Edward yakin di mana Carina berada di dalam kumpalan debu ini, sehingga mengambil tindakan dengan cepat. Carina sendiri sudah tahu kalau Edward pasti menebak gerakannya, jadi tanpa ragu sedikit pun, Carina mengubah arah tembakan ke atas. Tidak mau banyak berpikir, gadis itu segera menarik pelatuk senapannya, membuat peluru dari senapan Edward, bertabrakan dengan tembakan Carina, menciptakan ledakan yang cukup hebat. Tak berhenti hanya sampai di sini saja, Carina kembali menarik pelatuk senapannya, sehingga banyak tembakan kembali terarah pada Edward. Edward yang terpojok segera mendarat, lalu menembak lurus ke depan, tetapi Carina bereaksi dengan cepat setelah mendengar suara tembakan, segera menarik pelatuk senapannya. Lagi-lagi, terdengar suara ledakan nyaring akibat berturan antara tembakan Carina dan Edward, membuat suasana tambah menegangkan saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD