Part 3

1245 Words
"Dia bos ku yang angkuh sombong kolot tetapi dia Cinta pertama ku" batin meraa dan mulai melantangkan imajinasinya ...... Meraa masih berkutik dengan berkas yang akan di bawanya nanti,  sebelum berangkat meraa menghampiri ale untuk memeriksa berkas nya. Ale yang sudah siap dan masih menunggu meraa dengan berkas nya yang sedari tadi belum datang.  Ale yang duduk di ruang tunggu tengah sibuk mengutak atik handphone nya dan tidak menyadari bahwa meraa sudah tiba di hadapan nya. Meraa yang datang memakai hem berwarna nude dan celana baggy berwarna hitam serta tak lupa heels nya yang senada dengan warna baggy pants meraa. Heels mendiang mama ale yang sudah di siapkan ale untuk meraa memang tidak seukuran dengan kaki meraa, tapi mau bagaimana lagi sedangkan ale menyuruh meraa agar menjadi seperfect mungkin jika harus ada di sampingnya. Jadi meraa pun harus menyesuaikan untuk hari ini saja, karna meraa berencana membeli keperluan nya setelah rapat pertemuan siang ini. Ale yang masih saja tengah sibuk mengotak atik handphone nya terkejutkan dengan suara meraa. "Saya sudah siap bos" kata meraa yang sontak membuat ale terkejut Dengan tatapan yang aneh ale memandangi meraa dari ujung rambut sampai ujung kaki membuat meraa merasa sedikit tidak enak hati. "Bos..!!!!" lanjut meraa dengan nada sedikit meninggi  "Ohh ya,, ayo berangkat" kata juan dan berlalu pergi, meraa yang berjalan di belakang ale tidak bisa memgimbangi nya karna heels yang meraa pakai sangat memyiksa nya. "Bisa lebih cepat jalan mu" perintah ale pada meraa "Oke bos" jawab meraa pada ale dan masih berusaha mengejar langkah ale yang benar benar begitu lebar nya. "Oh tuhan , kapan ini akan berakhir" gumam meraa pada batin nya karna menahan sakit pada kaki nya Setelah sampai pada mall tempat tujuan meraa memesankan ruang khusus untuk pertemuan ale dengan klien nya.  Sudah setengah jam mereka menunggu di dalam ruangan dengan kebisuan , tiada kata maupun ucapan dari keduanya. Hingga suara ketukan pintu mengagetkan mereka berdua yang tengah asik dengan apa yang mereka kerjakan masing-masing. "Maaf pak ale, saya terlambat" ucap seorang pria itu pada ale yang di ketahui adalah klien yang di tunggu mereka. "Silahkan duduk" ucap ale mempersilahkan klien nya duduk "Perkenalkan nama saya ciyo anggara pemilik perusahaan nusantara yang mengajukan kerjasama pada cv pak ale" jelas ciyo pada ale. "Oke, mari kita bicarakan yang selayaknya di bicarakan" jawab ale dengan peringainya yang buruk "Dasar bos ini gak bisa menempatkan waktu apa ya" batin meraa sambil melirik ale dan di balas lirikan tajam dari ale yang membuat meraa meringis kaku. Permbicaraan yang sudah hampir satu jam akhirnya selesai , pembahasan yang sangat menguras pikiran bagi meraa karna baru kali pertama nya meraa berkulik dalam hal yang seperti ini "Selamat pak ale atas awal kerjasama kita" ucap ciyo yang melayangkan tangan nya untuk berjabat dengan ale tetapi tidak di tanggapi oleh ale hingga akhir nya jabatan tangan ciyo di sambut oleh meraa seketika ale langsung menatap meraa dan mengerutkan kedua alis nya. "Iya pak ciyo sama-sama , kami juga berterimakasih untuk perusahaan pak ciyo yang ingin bekerjasama dengan cv kami" ucap meraa dengan senyum ikhlas nya Dan membuat ciyo tiba-tiba akan membelai pipi meraa, dengan gerak cepat nya ale menangkis tangan ciyo yang hendak mendarat di pipi meraa sehinggan membuat meraa sangat terkejut dengan kejadian ini dan sedikit takut atas sikap kedua pria yang ada di hadapan nya. "Kita hanya sebatas rekan bisnis, jika kamu tetap mau menjalani bisnis ini jangan pernah berfikir untuk menyentuhkan ataupun memiliki nya, karna walau dalam mimpi pun tak akan ku biarkan kamu bisa menggapainya" ancam ale yang seketika terdengar mengerikan bagi meraa "Dia calon istriku dan calon ibu dari anak-anak ku" lanjut perkataan ale yang lagi-lagi membuat meraa membelolokan mata nya tak percaya dengan apa yang di dengar nya. "Maafkan saya pak ale, saya tidak tahu" "Saya pamit dulu pak" ucap ciyo barlalu pergi dan menghujat dirinya sendiri yang telah berani menggoda calon istri klien nya yang susah sekali untuk di ajak kerjasama. Dan di dalam ruangan meraa dan ale masih sama-sama terdiam, ale yang tidak percaya dengan apa yang dia katakan dan juga meraa yang di buat bingung dengan perkataan ale tiba-tiba. "Oh ya , aku ada janji dengan kakek di restaurant ini" ucap ale memecah suasana yang teramat sepi " iya bos , saya harus tunggu dimana " jawab meraa dengan suara pelan seperti orang yang merasa takut "Kamu tunggu di meja seberang saja, atau kalau kamu mau berjalan-jalan dulu juga gapapa" "Dan soal tadi jangan terlalu di fikirkan karna aku tau orang seperti ciyo itu tipe p****************g, dia sudah beristri bahkan 2 istrinya dan juga sudah mempunyai anak , wajah nya memnag lumayan tapi kelakuan tidak mencerminkan wajah nya" ucap ale hingga membuat meraa sungguh tidak percaya. "Percaya atau enggak nya itu keputusan mu, aku disini hanya memberitahu pada orang yang belum mengetahuinya" lanjut ale menjelaskan pada meraa dan hanya memdapati anggukan kepala dari meraa Ale yang melangkahkan kaki nya pergi tiba-tiba tertahan karna tangan nya mendapat genggaman dari tangan meraa. Dan membuat kedua nya mempertemukan pandangan mereka masing-masing. Untuk beberapa saat pandangan meraa dan ale terasa semakin dalam hingga akhir nya meraa tersadar sendiri dari pandangan yang membuat detak jantung memompa leboh cepat dari biasa nya. "Eehh, maaf bos aku emmhh cuma mau bilang kalau sebaiknya aku berkeliling saja dan sekalian membeli perlengkapan ku" ucap meraa dengan sedikit terbata-bata "Oke, tapi jangan jauh-jauh karna kamu belom tahu pasti tempat ini" jawab ale  "Makasih bos, aku pamit ya" kata meraa dan berlalu meninggalkan ale, ada terbesit rasa tak tega membiarkan meraa berjalan sendiri "Kenapa d**a ku terasa sesak saat melihat meraa pergi" batin ale dengan memandangi meraa yang berjalan pergi dari restaurant itu. ..... Meraa yang berjalan jalan menemukan toko yang menjual berbagai macam heels, ketika meraa mencoba salah satu heels itu dirasanya sangat pas untuk nya, tetapi setelah melihat harga nya meraa sangat terkejut. Ternyata harga heels di kota besar lebih mahal di bandingkan dengan harga heels di pasar malam yang deket tempat timggal nya dulu. Bagaimana mungkin meraa dapat membelinya, sedangkan uang yang di milikinya saat ini saja hanya seperempat dari harga heels itu. "Ya elah, duit nya cuma segini" gumam meraa pada diri nya sendiri. Dan ketika meraa menggelodah tas nya berharap ada uang yang terselip meraa malah menemukan nota pembelian kalung. Terbesit dalam fikiran meraa untuk menjualnya karna mungkin saat menjual itu meraa bisa membeli heels yang dirasa nya bagus untuk dia pakai. Tapi disisi lain meraa juga tidak ingin menjual kalung nya, karna itu satu-satunya yang di miliki meraa untuk mengenang almarhum ayah nya. Dan akhirnya meraa akan menjual kalung peninggalan ayah nya, memang kadang begitu berat untuk memilih karna yang satunya berharga dan yang satu nya lagi sangat berguna. Akhirnya meraa mencari tempat jual beli emas yang ada di mall tersebut, sudah jauh sekali meraa berputar-putar hingga kaki nya terasa perih karna terlalu lama menggunakan heels yang tidak pas untuk kaki nya. "Hah, kenapa bisa lecet gini kaki ku" ucap meraa yang sedari tadi merasa perih pada kaki bagian belakang dan meraa segera melanjutkan niat nya untuk mencari tempat yang di cari nya tadi. Meraa berjalan pelan agar kaki nya tidak terasa perih lagi, dan akhirnya meraa sampai di tempat tujuan nya. Meraa memasuki toko dan langsung menjual kalung pembelian dari almarhum ayahnya, walaupun berat tetapi meraa harus menjualnya agar bisa membeli heels itu "Maafkan meraa ya yah , jika meraa harus menjual apa yang menjadi peninggalan satu-satu nya ayah untuk meraa cuma demi kepentingan masa depan meraa" ucap meraa dengan menahan tangis nya Bersambung 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD