3. Lagi?

1387 Words
Setya menggerakkan tubuhnya perlahan saat terdengar istrinya melantunkan ayat suci Al Qur an, ia menoleh pada jam dinding, ah masih setengah tiga. Ia beranjak ke kamar mandi, ke luar dari kamarnya di belakang dapur.. Tak lama meraih sarung dan baju kokonya, Setya melaksanakan shalat tahajut. **** "Bangunkan aku, jika kamu qiyamul lail, kita bisa berjamaah," ujar Setya setelah mereka selesai shalat tahajut. "Sini, dekat mas kita nunggu shalat subuh ya?" "Inggih mas, tapi masih jam berapa ini," Aisyah melangkah ragu menuju kasur, ia melihat Setya dengan tatapan malu, karena Setya yang tak lepas menatapnya. "Nggak papa kita rebahan saja,"Setya menarik bahu Aisyah, ia rebahkan di dadanya, ia ciumi rambut istrinya. Aisyah menggeser badannya. Setya menarik bahu Aisyah, mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya, mengusap bibir bawah Aisyah, mengecupnya pelan, terdengar desah Aisyah.. "Egghhh mas," "Takut apa lagi?" Aisyah menunduk.. Setya mengangkat dagu istrinya.. "Buka sedikit mulutmu sayang, yaah...," Setya menciumi istrinya dengan lembut melesakkan lidahnya, meraup berulang dan merasakan deru napas istrinya yang semakin cepat. Aisyah mencengkeram kuat kaos Setya saat ciuman Setya perlahan menuju lehernya. "Ah mas, akuuu, akuuuh kenapah...," Setya tersenyum ia tahu, istrinya sampai hanya dengan ciumannya. Setya tidak akan berbuat lebih, perlu bersabar agar istrinya tidak takut, tangannya ia usapkan pada milik istrinya yang ternyata sangat basah. "Mas jangan jijik, akuu aakuuu...," Aisyah memegang tangan suaminya "Yaaa, kamu harus mandi besar nanti, jika mau sholat," Wajah Aisya memerah, menunduk menahan malu...dan merasakan tangan suaminya membuka kancing bajunya, hanya sampai d**a, memandanginya lalu menciuminya lagi..meremas lembut d**a istrinya yang ternyata tak pernah Setya duga,tangan besarnya hampir tak bisa menangkup d**a istrinya, ia lepaskan ciumannya, dan takjub memandang d**a istrinya yang seolah memanggilnya untuk berlabuh... "Oh mas..maass," Aisyah berusaha menutup mulutnya...saat bibir Setya bermain di salah satu dadanya, lidah dan gigitan Setya seolah mengalirkan getaran ke seluruh tubuh Aisyah... "Aaaakkuuuh ke luar lagi maas..oh mas berhenti, jangan di d**a, akuh tak kuat mas, mas Setyaaah...," Setya tak mendengarkan bisikan Aisyah ia berpindah ke d**a satunya lagi, hingga ia merasakan getaran hebat istrinya, ia tahu bahwa istrinya sampai untuk kesekian kalinya. Napas Aisyah terengah, Setya menahan napas melihat bibir terbuka Aisyah, rambut panjangnya yang semrawut dan kedua dadanya yang terbuka naik turun karena napasnya yang menderu... "Cukup ya mas, Aisyah lemas," "Aku belum apa-apa Ais, tapi baiklah, mas tidak akan memaksamu," Setya memeluk istrinya kembali, mengusap keringat di wajahnya. Namun Aisya menengadah menatapnya.. "Jika mas ingin, tidak apa-apa, aku takut berdosa jika mas tidak ikhlas, " Setya tersenyum dan menggeleng... "Nggak papa, masih ada besok, lusa dan tiap hari bisa kita coba, lagi dan lagi, asal kamu tidak takut" "Aku mandi sekarang saja mas, takut ketahuan ibuk, malu," Aisya bangkit dan Setya kembali meraih badan Aisyah menciumi dadanya yang masih bebas menggantung meremas, mengigit dan mencumbuinya hingga Aisyah kembali terengah. "Maaas aduh kalau gini Ais nggak ke kamar mandi," Aisyah mendorong wajah suaminya dan Setya tersenyum sambil menahan deru napasnya, Aisyah melihat pangkal paha suaminya yang menggelembung namun ia pura-pura tidak tahu. Ia segera membetulkan posisi branya. Mengancingkan bajunya. "Maaas maaf dadaku mengganggu mas ya, kadang aku malu, makanya aku bersyukur wanita muslimah menggunakan kerudung hingga menutupi d**a," Setya bangkit dan duduk di dekat Aisyah yang menatapnya dengan canggung. "Aku menyukainya, bentuk dan ukurannya, gara-gara itu juga, adikku bangun nih Ais," Aisyah mengalihkan pandangannya dan berdiri. "Aku mandi dulu mas," "Ya gantian," Aisyah menghilang di balik pintu dan Setya merebahkan badannya lagi, meraba miliknya yang masih saja berteriak kesakitan.. Sabarlah..nanti jika saatnya tiba akan ada giliranmu... Setya tersenyum sambil memejamkan matanya, tiba-tiba ia teringat Tenti dan berjanji akan menghapus bayangan itu segera, istrinya lebih dari segalanya, ia tak ingin pernikahannya dirusak oleh bayang-bayang wanita pembohong. ***** "Waaah wis adus keramas to nduk, sudah ta, kok pagi-pagi banget keramas?" Aisyah benar-benar tak menduga jika ia akan bertemu ibunya saat ke luar dari kamar mandi. Aisyah hanya tersenyum lalu menutupkan handuk ke kepalanya dan bergegas ke kamarnya. "Kenapa wajahmu memerah?" tanya Setya yang bangkit meraih handuk di kepala Aisyah. "Ada ibuk tadi, aku malu mas, aku digodain ibuk," Terdengar tawa Setya. "Hari ini ikut aku dik ya, kita pamit bapak ibuk, aku akan mengajakmu berkenalan dengan kerabat ibu yang tak sempat diundang ke pernikahan kita, lalu kita ke apartemen ku, kita di sana berdua, nanti jika kau hamil aku akan menyiapkan rumah untukmu dan anak-anak kita," Aisyah memandang wajah suaminya sekilas namun ia selalu kalah, ia selalu saja menunduk, malu melihat wajah suaminya terlalu lama. "Yah terserah mas saja," **** "Saya ijin bapak, ibu, akan saya bawa dik Aisyah berkenalan ke keluarga ibu saya," Setya pamit dan di halaman rumah orang tua Aisyah terdapat mobil Setya yang baru tadi pagi sampai, sopir perusahaan tempat ia bekerja yang membawanya. Para tetangga terlihat melongokkan kepalanya diantara rerimbunan tanaman, mereka ingin tahu seperti apa mobil milik suami Aisyah, karena para tetangga kanan dan kiri rumah Aisyah adalah keluarga sederhana yang memiliki tanah pertanian sedikit dan dari sanalah mereka hidup. "Iya nak Setya, Aisyah sudah jadi milikmu, bapak, ibu titip, baik-baik ya kalian berumah tangga," "Iya bapak, ibu, kami pamit," Setya dan Aisyah mencium punggung tangan kedua orang tua yang matanya terlihat berkaca-kaca. Lalu perlahan mobil melaju, meninggalkan kampung halaman Aisyah. "Tidurlah, masih jauh, dua jam lagi," Setya meraih kepala Aisyah, agar bersandar di bahunya. "Ke rumah bapak ini kan pak ya?" tanya Pak Imam, salah sopir perusahaan tempat Setya bekerja. "Ke rumah ibu saya pak," "Ooo iya iya pak, " **** "Pak Imam ke butik yang ada di sana itu, nah yaaa benar," "Buat apa kita ke sini mas?" tanya Aisyah "Beli baju buat kamu, yuk turun," **** "Bisa bertemu dengan ibu Savana?" tanya Setya pada salah satu karyawan di butik itu, tak lama Savana ke luar dan tersenyum melihat Setya. "Ada yang bisa saya bantu bapak?" "Eemm saya wakil direktur tempat Ibu Anataya bekerja," "Ooohh iya iya, mari bapak ingin saya bantu apa?" "Ini istri saya, saya minta carikan baju untuk wanita berhijab, yaaa tiga atau empat baju, dengan hijabnya juga dan wedges juga, eh ada yang kurang clutch juga, ikut ibu Savana sayang," Dan Aisyah dengan canggung mengikuti Savana menuju baju-baju,Savana memilih beberapa lalu menyuruh karyawannya untuk melayani Aisyah mencoba beberapa baju. **** "Ini apa mas, tempat tinggal siapa?" "Ini apartemenku, kita tidur di sini sayang, tidak akan ada yang mengganggu kita," Setya memeluk pinggang Aisyah, lalu meletakkan beberapa goodybag mewah di sofa berisi baju-baju Aisyah. "Kamu capek, kita tadi hanya ke butik, rumah ibu, bertemu adik-adikku, ke rumah adik ibu dan rasanya sudah sangat capek ya, mandilah dulu, itu, bathrobnya," "Apanya mas?" "Ok, buka bajumu, kamu pakai ini ke kamar mandi, aku siapkan ya air hangat di bathup, ini sudah menjelang malam," Setya menaikkan celananya dan melipat kemejanya ke sikunya dan masuk ke kamar mandi. Saat kembali ia sudah melihat istrinya yang telah memakai bathrob dengan wajah bingung. "Kenapa? " "Mandinya nggak pakai gayung ya mas?" Setya tertawa.. "Ayo aku ajari, kamu bisa berendam, atau bisa pakai shower," Setya menuntun istrinya ke kamar mandi. Aisyah melihat sekeliling kamar mandi mewah itu dengan tatapan bingung. "Itu kalau kamu mau berendam, ini showernya, ini kalau mau menghidupkan dan mematikan shower," Aisyah mencoba dan air memancar sangat keras hingga Aisyah menjerit dan badan keduanya basah. Setya tertawa, sambil mematikan shower. "Pelan-pelan muternya, ini untuk air panas, ini air dingin, gini aja muternya yang ditengah agak hangat," Saat Setya menoleh ia melihat Aisyah yang menatap badannya yang basah namun cepat menunduk. "Mas ke luar dulu, aku mau mandi," "Iya bentar sekalian mau buka baju, basah semua kena shower tadi." Aisyah mengalihkan tatapannya saat Setya membuka satu persatu baju basahnya dan hanya menyisakan boxer di badannya. "Mandilah aku mau ke luar," Aisyah menoleh dan tatapan keduanya beradu, tiba-tiba tangan Setya meraih badan Aisyah, menahan tengkuknya dan menciumnya. Tangan Aisyah merasakan d**a keras Setya, ia kehabisan napas dan mendorong suaminya. Napas keduanya menderu, dan Aisyah melabuhkan kepalanya ke d**a Setya. "Kenapa, malu?" Setya merasakan anggukan pelan kepala Aisyah. Perlahan tangan Setya menarik simpul bathrobe Aisyah hingga terbuka dan terlihat d**a istrinya yang terbuka, Aisyah semakin menempelkan tubuhnya pada suaminya. "Mas aku malu, mas," "Baiklah, kita di kamar saja, akan aku matikan lampunya," Setya menggendong Aisyah, merebahkannya di kasur lalu bangkit lagi untuk mematikan lampu, namun, wajah istrinya yang menahan malu, masih bisa ia nikmati dari cahaya yang masuk dari sela-sela jendela. "Kita lanjutkan lagi, kita sudah mengawalinya di rumahmu...," "Lagi?" "Ya lagi, dari awal," ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD