Hari Sabtu pagi, Dina terbangun sejak matahari belum terbit. Ia benar-benar bersemangat hari itu sehingga ia bangun lebih awal. Dina duduk di ruang tamu sendirian karena ibunya belum bangun. Ia menatap ke arah jam di dinding dan jam menunjukkan pukul 05.20. Ia lantas mengintip ke luar melalui jendela dan mendapati bahwa di luar begitu sunyi dan matahari belum menampakkan dirinya.
Dina kemudian berbaring di sofa yang ada di ruang tamu. Ia tersenyum sendiri sambil menatap ke langit-langit.
“Apakah ini nyata?” tanyanya dalam hati.
“Seorang laki-laki akan datang menjemputku hari ini untuk pergi keluar.”
“Akhirnya aku akan memiliki masa muda seperti orang-orang kebanyakan.”
Dina tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari bahwa ibunya sudah bangun dan berdiri di dekatnya.
“Na…” panggil Gladys.
“Dina…” panggil Gladys lagi, namun tidak dihiraukan oleh Dina.
“Dina, ini masih pagi dan kamu sudah sibuk mengkhayal!” kata Gladys dengan sedikit keras sehingga membuat Dina tersadar dari lamunannya.
“Mama…” kata Dina dengan terkejut. “Sudah bangun rupanya…”
Dina buru-buru bangun dan mengambil posisi duduk.
Gladys berjalan menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.
“Mama mau menyiapkan makanan. Kamu bisa bantu mama?” Tanya Gladys kepada Dina.
“Membersihkan sayur?” Dina balik bertanya.
“Bukan.”
“Lalu apa?”
“Cabutkan rumput-rumput liar yang bertumbuh di sekitar bunga-bunga mama…”
“Baik, boss!” Dina menyanggupi.
“Tapi bunga di setiap pot di cek satu per satu ya…” kata Gladys lagi.
“Okay Ma…” balas Dina. “Sepertinya aku akan duduk di sana sampai siang.” Keluh Dina kemudian berjalan keluar ke depan rumah.
Gladys tersenyum sendiri mendengar keluhan Dina itu. Jumlah bunga yang ia miliki ada hampir lima puluh pot dan ia meminta Dina untuk memeriksa satu demi satu kemudian dibersihkan sepertinya adalah tugas yang terlalu berat. Namun Gladys tidak punya pilihan lain, karena ia sendiri sudah tidak punya waktu untuk mengurus tanaman-tanamannya itu lagi.
Kesibukan Gladys di kantor disusul pekerjaan rumah tangga yang harus ia kerjakan sepulang kantor benar-benar menguras tenaganya. Terkadang ia terlalu lelah sampai merasa ingin menunda pekerjaan rumah yang biasa ia kerjakan di malam hari itu ke esok harinya saja, namun ia tidak ingin anak-anaknya melihat itu dan membuat mereka berpikir bahwa ia sedang sakit.
Sambil menyiapkan makanan, sesekali Gladys pergi ke ruang tamu untuk mengintip Dina yang sedang mengerjakan tugas membersihkan rumput liar yang ia berikan di halaman depan.
“Sebelum pergi berkencan, kerja dulu ya…” kata Gladys dengan pelan kemudian tertawa kecil.
Ketika Dina sedang serius membersihkan rumput liar dari pot-pot bunga milik ibunya, sebuah suara kemudian mengagetkannya.
“Selamat pagi, gendut!”
Suara itu membuat Dina terkejut. Ia pun spontan berbalik dan melihat kakaknya, Oscar, telah berdiri di belakangnya.
Dina seketika melompat dari tempatnya dan pergi memeluk kakaknya itu untuk sesaat.
“Kakak sudah kembali?” Tanya Dina
“Ya iyalah Na, menurut kamu yang kamu lihat saat ini siapa memangnya, masa Om Carlos?” jawab Oscar sambil menggoda Dina.
“Iiiih kakak…” protes Dina.
Dina lantas berlari ke dalam rumah dan memanggil ibunya.
“Ma, kakak sudah pulang!” seru Dina.
Gladys yang sedang memasak pun spontan berbalik dan ia melihat Oscar telah berdiri di ambang pintu.
Gladys berlari meninggalkan masakannya di atas kompor dan memeluk Oscar.
“Mama sangat senang kamu sudah pulang…” kata Gladys.
“Lihat kan Ma, Oscar baik-baik saja. Mama saja yang terlalu ketakutan selama Oscar pergi bertugas.”
“Kamu kok nggak telepon mama sih kalau kamu sudah mau pulang hari ini?” Gladys mengomel. “Tahu gitu kan mama bisa mempersiapkan makanan spesial untukmu.”
“Tidak perlu membuat penyambutan untuk Oscar, Ma. Ini kan tugas biasa yang akan sering Oscar jalani nanti.” Balas Oscar.
“Tapi ngomong-ngomong ternyata tugasmu tidak sampai dua minggu ya?” ujar Gladys. “Hari ini kan baru hari ke sepuluh sejak keberangkatanmu.”
“Iya Ma, karena keadaan di sana terlihat sudah lebih baik maka tidak butuh terlalu banyak personil untuk berjaga di sana, makanya banyak dari kami yang sudah dipulangkan ke satuan masing-masing.” Terang Oscar.
“Bagaimana di sana?” Tanya Dina.
“Ya begitu.” Jawab Oscar, singkat.
“Ya begitu, apanya?” Desak Dina.
“Ada kekacauan, ada kontak senjata, kalau sedang tenang ya berarti kami hanya stand by di pos saja dan tidak melakukan apa-apa. Begitulah…” Oscar memberi penjelasan.
Dina menganggukkan kepala.
“Sok ngangguk, memangnya mengerti?” ledek Oscar seraya mengacak rambut Dina.
“Iiih kakak!” protes Dina kemudian merapikan rambutnya lagi.
“Oscar mau mandi kemudian tidur sebentar ya, Ma.” Pamit Oscar kemudian menuju ke kamarnya.
“Os, hari ini pacar Dina akan datang!” seru Gladys sebelum Oscar menutup pintu kamarnya. Oscar pun tidak jadi menutup pintu kamarnya. Ia menengok ke luar lagi.
“Aku hanya pergi selama sepuluh hari dan begitu kembali kamu sudah punya pacar?” tanyanya kepada Dina sambil tertawa.
“Belum jadi pacar, kak!” jawab Dina.
“Ya sudah, kita lihat saja nanti ya!” ujar Oscar.
“Lihat apanya?” Tanya Dina.
“Lihat apakah dia masih mau kepadamu ketika mengetahui kalau kakakmu adalah seorang polisi.”
“Memangnya apa salahnya?” Tanya Dina, tak mengerti.
“Biasanya laki-laki tidak suka berpacaran dengan perempuan yang punya kakak atau orang tua yang berlatar belakang kepolisian atau militer. Dan sayangnya kamu memiliki keduanya.” Kata Oscar kemudian tertawa dengan keras.
“Memangnya kenapa sih kak?” Tanya Dina dengan bingung.
“Karena tidak bisa di apa-apakan!” jawab Oscar singkat kemudian menutup pintu kamarnya.
Dina bingung dengan pernyataan yang dibuat oleh kakaknya namun ia memilih untuk tidak memikirkannya lagi.
Dina lalu kembali ke halaman depan untuk menyelesaikan yang diberikan oleh ibunya kepadanya tadi sementara Gladys kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakan yang belum selesai.
Ketika masakannya sudah siap, Gladys memanggil kedua anaknya untuk sarapan pagi bersama. Dina buru-buru meninggalkan pekerjaannya, pergi mencuci tangan dan duduk di depan meja makan. Ia begitu kelaparan setelah tugas berat yang diberikan oleh ibunya. Sementara Oscar berjalan dengan malas keluar dari kamarnya karena masih mengantuk. Mereka diberangkatkan dengan pesawat Hercules sejak dini hari sehingga Oscar tidak mendapat cukup istirahat.
Pagi itu Gladys memasak bubur ayam yang aromanya sangat wangi dan menggugah selera. Itu adalah salah satu alasan kenapa Dina tidak menunggu lama untuk masuk dan menyantap sarapan tanpa memedulikan pekerjaannya yang belum selesai.
Saat itu Gladys merasa begitu bahagia melihat kedua anaknya berkumpul secara lengkap di rumah. Ia begitu merindukan Oscar selama anak itu pergi bertugas. Kekhawatiran Gladys tentang Oscar telah berakhir pagi ini. Setidaknya untuk saat ini. Ia tidak tahu apakah Oscar akan ditugaskan ke tempat yang jauh lagi atau tidak.