Kerumitan Yang Baru

1064 Words
Bab 50 Kerumitan Yang Baru Pada suatu hari Senin yang panas di bulan Juni 2010, Dina tampak sedang duduk sendirian di bawah pohon ketapang yang rindang menunggu Kevin dan Helen datang. Kampus tampak sunyi karena kebanyakan mahasiswa sudah tidak datang untuk berkuliah lagi. Dina memegang selembar kertas di tangannya. Wajahnya tampak tidak senang. Dina terlihat membaca tulisan di kertas itu berkali-kali. Kertas itu adalah transkrip nilai Dina untuk semester empat, semesternya yang sekarang. Wajah Dina tampak lesu begitu ia mencetak hasil ujiannya itu di warung internet kampus dan mendapati bahwa pada semester ini ia tidak lulus dalam dua mata kuliah sekaligus. Pikiran Dina semakin tidak karuan kala mengingat kalau dua mata kuliah yang tidak berhasil ia lewati itu bukanlah mata kuliah yang diajarkan pada setiap semester. Mata kuliah tersebut hanya muncul pada semester genap dan itu berarti di semester yang berikutnya Dina belum bisa mengambil kelas itu lagi untuk melakukan perbaikan. “Sampai di sini aku harus menerima bahwa kelulusanku akan tertunda satu tahun.” Kata Dina dalam hatinya. Dina tidak mencetak nilai bagus dalam beberapa ujian di kedua mata kuliah itu selama semester ini tetapi ia tidak menyangka kalau kedua dosen tersebut benar-benar akan menahannya di situ dan tidak membiarkan ia lewat bermodalkan kehadiran penuh dan perilaku baik di kelas. Dina bingung bagaimana cara menyampaikan hal ini kepada ibunya. Ia bahkan tidak yakin apa ibunya masih bisa membiayai kuliahnya jika ia kelulusannya harus tertunda selama satu tahun lagi. Sejak minggu lalu Dina dan kedua sahabatnya itu malah telah membuat janji bahwa hari ini mereka bertiga akan pergi untuk makan dan menonton bioskop bersama dalam rangka merayakan selesainya semester empat mereka. Sayang sekali kenyataan berkata lain dan dari antara tujuh mata kuliah yang Dina ambil untuk semester ini, dia tidak berhasil dalam dua mata kuliah sekaligus. Helen dan Kevin pun tiba. Mereka berjalan cepat ke arah Dina. “Kamu sudah mencetak hasil semestermu?” Tanya Helen. “Sudah. Aku pergi mencetak punyaku dulu ya…” Helen menarik tas ransel yang dipakai Kevin sehingga tubuh laki-laki itu ikut terseret. “Ayo cepat…” Ajak Helen. Helen dan Kevin sepertinya tidak memperhatikan raut wajah Dina yang terlihat sedang sedih. Mereka berdua berlari menuju lantai dua gedung administrasi, tempat warung internet kampus berada. Mereka berdua kemudian masuk ke ruangan yang tampak sunyi itu. Mereka segera duduk di depan komputer masing-masing, membuka halaman pribadi mereka di situs milik universitas, dan mencetak transkrip nilai mereka untuk semester ini. Setelah membayar biaya pemakaian komputer dan cetak dokumen, mereka berdua segera kembali ke tempat Dina menunggu. Dina masih tampak termenung sendirian di sana. Helen dan Kevin duduk di samping kiri dan kanan Dina sehingga posisi Dina kini berada di tengah-tengah. Helen melirik transkrip milik Dina dan tidak sengaja membaca pada section kesimpulan tertulis Probation 1. “Din, kamu mendapat peringatan itu di semester ini?” Tanya Helen dengan terkejut. Dina menyerahkan transkripnya untuk dilihat oleh Helen. Dina tidak lulus dalam dua mata kuliah Major (sesuai jurusan) sehingga ia langsung terkena peringatan pertama. Sementara hasil Helen dan Kevin untuk semester ini cukup bagus. Nilai Helen tidak begitu tinggi tapi ia lulus dalam semua mata kuliah yang ia ambil sedangkan Kevin mendapat nilai nyaris sempurna untuk semua mata kuliahnya di semester ini. “Tidak apa-apa, Din. Nanti kamu jelaskan kepada mamamu ya…” hibur Helen. “Kedua mata kuliah itu memang sangat sulit.” Jawab Dina dengan lirih. “Makanya kamu harus menjelaskan keadaan itu kepada mamamu.” Tambah Kevin. “Tapi itu berarti kelulusanku tertunda satu tahun lagi dan aku hanya semakin memberatkan keuangan mamaku.” Kata Dina dengan air mata yang mulai menetes. Helen dan Kevin terdiam. Mereka memahami situasi Dina bahwa yang paling ia cemaskan saat ini bukanlah dirinya melainkan mamanya. “Hari ini acara kita dibatalkan saja ya?” Ujar Helen melihat situasi yang ada. Kevin mengangguk. Mereka memutuskan untuk langsung mengantarkan Dina pulang ke rumah saja. Namun di sepanjang perjalanan pulang itu Dina memilih untuk lebih banyak diam. Sesekali ia memang merespon pertanyaan Helen maupun Kevin, akan tetapi selain menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya, Dina tidak banyak bicara. Perjalanan pulang memakan waktu hampir satu jam hingga akhirnya tiba di depan gerbang masuk kompleks perumahan dinas tempat Dina tinggal. “Aku turun dulu ya. Terima kasih ya Kev, maaf aku tidak mengajak kalian mampir hari ini.” Pamit Dina kepada mereka. “Telepon aku jika butuh sesuatu ya.” Kata Helen yang mencemaskan keadaan Dina. “Iya Len.” Dina pun segera berbalik dan masuk melalui gerbang itu. Helen dan Kevin menunggu sebentar sampai bayangan Dina tidak terlihat lagi barulah mereka meninggalkan tempat itu. “Aku prihatin dengan keadaan anak itu.” Kata Kevin. “Iya, tapi mau gimana lagi kan Kev, mata kuliah di jurusan mereka memang sulit. Aku pernah melihat buku-buku teks milik Dina dan tidak ada satu kalimat pun yang bisa aku pahami di sana.” “Apa kita sarankan dia untuk pindah jurusan saja?” Usul Kevin. “Kalau pindah jurusan bukankah ia harus mengulang dari awal, sementara ia kini sudah semester empat, itu hanya akan semakin memberatkan mamanya Kev!” Ujar Helen. “Benar juga ya…” kata Kevin. “Oh ya, sekarang kita berdua mau ke mana?” “Kamu maunya ke mana?” Helen balik bertanya. “Cari makan dulu ya, aku kelaparan nih!” Rengek Kevin sambil mengusap perutnya. “Jangan manja gitu lah, nggak cocok sama umur!” Protes Helen. “Aku kan hanya manja seperti ini sama kamu, Len.” Balas Kevin. Helen terdiam sambil memandang wajah Kevin yang sedang menyetir. “Kev, aku merasa ada yang salah dengan hubungan kita!” Kata Helen kemudian. Kevin sedikit tergelitik dengan perkataan Helen. Ia lantas memasang lampu sein dan perlahan-lahan menepikan mobilnya di sisi kiri jalan. “Apa yang salah?” Tanya Kevin. Helen kebingungan untuk menemukan kata yang tepat. “Kamu merasa kalau kita tidak lagi seperti sahabat?” Tanya Kevin lagi. Helen mengangguk. Ingatan Helen tertuju pada moment di mana ia bertengkar dengan Jeff di tengah-tengah makan malam kencan mereka. Ia menghubungi Kevin untuk meminta Kevin menjemputnya dan mengantarkannya pulang. Kevin yang berada di sekitar tempat Helen berkencan pun datang dengan cepat. Di sepanjang perjalanan Helen menumpahkan apa yang menjadi isi hatinya kepada Kevin dan mereka berdua malah berakhir dengan berciuman atau lebih tepatnya lagi bermesraan di dalam mobil di tepi jalan raya pada malam itu. Bahkan Dina pun tidak tahu jika Helen dan Kevin pernah bermesraan seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD