bc

Loving the Past

book_age18+
731
FOLLOW
2.4K
READ
killer
arrogant
boss
doctor
sweet
serious
genius
male lead
realistic earth
supernatural
like
intro-logo
Blurb

“Aku mohon, Rama ... lupain aku.”

Seorang gadis cantik yang rambutnya dikuncir dua itu terus memohon kepada seorang laki-laki yang saat ini ada di hadapannya.

“Nggak mau! Aku nggak akan lupain kamu, apalagi sampai tinggalkan kamu!” teriak Rama, yang terus kekeuh pada pendiriannya.

Tak lama dari itu, si gadis cantik berkuncir dua langsung pergi begitu saja, tanpa menghiraukan suara-suara yang terus memanggilnya.

“Tidak ... kamu jahat! Aku nggak mau jatuh cinta lagi!” Lagi dan lagi seorang Rama berteriak, hujan turun seakan-akan mengerti akan dirinya saat itu.

Di bawah guyuran hujan, Rama terus berjalan menelusuri jalanan yang semakin digenangi air, tak peduli akan seperti apa dirinya setelah melawan hujan deras itu. Dia pewaris tunggal keluarga Brahmana, yang tidak diperbolehkan bergaul dengan si miskin seperti gadis tadi.

10 tahun kemudian, semua kisah kelam itu telah berlalu, tetapi masih sangat diingat bahkan dikenang.

“Kamu yakin nggak mau buka hati lagi? Udah 10 tahun anjir! Move on dong, Ram!”

“Maaf, aku nggak akan pernah tertarik sama wanita manapun, bukan maksudnya aku nggak normal, hanya saja ... sendiri jauh lebih baik, dibandingkan berdua harus menelan luka.”

“Perjaka tua dong? Serius nggak mau?”

Rama tetap saja mengangguk, tak ingin lagi jatuh cinta, walaupun dia harus menjadi perjaka tua seumur hidupnya.

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Move on, Rama!
“Aku mohon, Rama ... lupain aku.” Seorang gadis cantik yang rambutnya dikuncir dua itu terus memohon kepada seorang laki-laki yang saat ini ada di hadapannya. “Nggak mau! Aku nggak akan lupain kamu, apalagi sampai tinggalkan kamu!” teriak Rama, yang terus kekeuh pada pendiriannya. Tak lama dari itu, si gadis cantik berkuncir dua langsung pergi begitu saja, tanpa menghiraukan suara-suara yang terus memanggilnya. “Tidak ... kamu jahat! Aku nggak mau jatuh cinta lagi!” Lagi dan lagi seorang Rama berteriak, hujan turun seakan-akan mengerti akan dirinya saat itu. Di bawah guyuran hujan, Rama terus berjalan menelusuri jalanan yang semakin digenangi air, tak peduli akan seperti apa dirinya setelah melawan hujan deras itu. Dia pewaris tunggal keluarga Brahmana, yang tidak diperbolehkan bergaul dengan si miskin seperti gadis tadi. 10 tahun kemudian, semua kisah kelam itu telah berlalu, tetapi masih sangat diingat bahkan dikenang. “Kamu yakin nggak mau buka hati lagi? Udah 10 tahun anjir! Move on dong, Ram!” “Maaf, aku nggak akan pernah tertarik sama wanita manapun, bukan maksudnya aku nggak normal, hanya saja ... sendiri jauh lebih baik, dibandingkan berdua harus menelan luka.” “Perjaka tua dong? Serius nggak mau?” Rama tetap saja mengangguk, tak ingin lagi jatuh cinta, walaupun dia harus menjadi perjaka tua seumur hidupnya. “Ram, liat dulu deh ini photo ceweknya ... cantik gini masa nggak mau,” ucap Doni, sahabatnya dari kecil. Doni bahkan sudah tahu semua yang pernah terjadi pada Rama, dan gadis kecil waktu itu, 10 tahun yang lalu. Sudah berkali-kali ditawari wanita lain pun tetap saja usaha Doni gagal total, alasannya tetap sama, belum bisa move on dari masa lalu, begitu kata Rama. “Atau nggak yang ini, coba liat dulu, sih, aku udah susah payah bro nyari,” cetus Doni. “Lagian ngapain, sih, susah payah untuk cari wanita lain buat aku? Buang-buang waktu saja, buang semua photo itu!” titah Rama yang kembali fokus pada laptop. Apa yang sudah mereka bicarakan, sudah didengar langsung oleh seorang wanita paruh baya yang tak sengaja mendengar percakapan di ambang pintu. “Semenderita itu anakku selama ini? Papa! Ini semua karena suamiku!” Tergesa-gesa menghampiri suaminya ke ruangan yang bertuliskan Presdir itu. Membuka pintu dengan keras, bahkan suara pintu yang sengaja dibanting berhasil membuat Tuan Brahmana emosi. “Ada apa kau ke sini? Datang-datang langsung buat onar,” tanya Tuan Brahmana. “Apa katamu? Aku yang buat onar? Kamu yang buat onar selama ini, Pa!” “Maksudnya gimana? Saya tidak mengerti apa yang kau katakan, Ma.” “Sudahlah ... jangan buang-buang waktu lagi, aku akan mengatakan apa yang sudah aku dengar tadi,” ucap mamanya Rama, yang tak lain adalah Zahra. Mendengar semua yang istrinya ceritakan, membuat urat-urat leher Tuan Brahmana semakin terlihat, mengepalkan tangannya sekuat tenaga, lalu menggebrak meja. “Sialan! Jadi, itu alasan Rama tidak mau menikah sampai sekarang hah? Kurang ajar itu anak, dia anak kita satu-satunya! Yang seharusnya membanggakan, tapi malah bertingkah laku seperti itu!” “Jangan salahkan anak kita! Kamu yang salah, kenapa kamu selalu mematahkan semangat anak, dulu ... kamu melarangnya membeli mainan banyak hanya karena kamu takut dia lupa belajar, yang ke dua kamu melarangnya berhubungan dengan seorang gadis hanya karena gadis itu orang miskin, lalu sekarang mau apa lagi, Pa?” Tuan Brahmana menyeringai lebar, “Menikah dengan wanita pilihan saya! Puas? Ya, Rama harus mau menikah dengan wanita pilihan saya.” Zahra tak habis pikir dengan suaminya itu, dari dulu keras kepala, selalu memaksakan kehendak sendiri, tanpa mau memikirkan perasaan orang lain. “Terserah! Kamu emang nggak akan pernah berubah! Aku nyesel, Pa. Dulu nikah sama kamu!” Plakkk! tamparan keras mendarat dengan kejam di pipi mulus Zahra, sudah terbiasa diperlakukan kasar seperti itu oleh suaminya, membuat Zahra tidak lagi menangis hanya tersenyum menatapnya. “Gimana? Sudah puas! Aku pulang, kecewa sama kamu, Pa.” “Silakan kau pergi wanita bodoh! Kalau bukan orang tua kamu yang membantu bisnis keluarga saya! Mana mungkin saya mau sama wanita bodoh seperti kamu, Zahra!” teriak Tuan Brahmana yang tak dihiraukan sama sekali oleh Zahra. *** Zahra memutuskan untuk menemui putranya terlebih dahulu sebelum dia pulang ke rumah, kebetulan sekali Doni sudah tak ada di ruangan anaknya lagi. “Eh, Ma? Sejak kapan Mama berdiri di situ? Ayo, duduk,” ucap Rama. “Makasih, Nak. Kamu gimana? Udah makan, kan? Gimana perkembangan pekerjaan kamu?” tanya Zahra yang sudah duduk berhadapan dengan anaknya. “Ya, seperti yang Mama tahu seperti apa bisnis Papa saat ini, sangat berkembang pesat. Rama hanya CEO, selebihnya Papa sebagai Presdir yang mengurus,” sahut Rama tetap sopan kepada mamanya. Zahra sebenarnya ingin sekali membahas perihal masa lalu anaknya, tetapi melihat tempat makan Rama yang masih utuh membuatnya mengurungkan niatnya untuk membahas masa lalu. “Tuh, kan, kamu belum makan juga? Kenapa? Makanan yang Mama buatkan nggak enak, ya?” “Oh, itu. Bukan nggak enak, Ma. Aku nggak selera makan aja.” “Kamu selalu begitu kalau disuruh makan, kata semua pelayan di rumah pun selama seminggu ini kamu hanya makan salad tanpa makan nasi,” ucap Zahra. “Hmm, sudahlah. Mama nggak usah khawatir, ga papa kok, ada apa Mama ke kantor? Udah bertemu Papa?” Zahra hanya diam menatap anaknya itu, benar-benar tidak tahan lagi untuk menahan diri, ingin sekali membahas masa lalu Rama yang belum terselesaikan sampai sekarang. “Mama? Kenapa diam? Aku salah bicara, ya?” “Ahhh, nggak kok, Ram. Kamu jangan lupa makan dan habiskan, Mama akan marah besar kalau kamu nggak makan juga,” cetus Zahra. “Iya nanti Rama makan dan habiskan, Ma. Tapi, jangan sekarang, masih banyak pekerjaan.” “Pekerjaan apa yang membuat kamu lupa makan, Rama? Kamu itu CEO, bukan karyawan biasa yang harus diporsir kerjanya. Jadi, ayo, cepat makan.” “Hei, Mama kenapa hari ini? Kenapa jadi posesif sama aku? Lupa, ya? Anak Mama ini udah 27 tahun, bukan anak SD lagi, pasti makan kok.” Zahra semakin mendekati anaknya, membisikkan sesuatu pada anaknya, “Jangan kamu tahan perasaanmu itu, kejar ... kejar dia yang kamu cinta, Rama.” “Maksud Mama apa?” “Kejar kembali masa lalu kamu itu, Rama!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.1K
bc

Dilamar Janda

read
319.3K
bc

Marriage Aggreement

read
81.0K
bc

Sang Pewaris

read
53.1K
bc

JANUARI

read
37.1K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook