Hari Senin datang seperti mantan yang tiba-tiba muncul di DM—tidak diundang, tapi harus dihadapi. Empat gadis itu kembali duduk di pojok kelas XI IPA 3 SMA Tirta Bangsa. Tatapan teman-teman sekelas sempat terarah ke mereka, bukan karena sensasi baru, tapi karena hari ini Keira tampil beda: tanpa make up tebal, tanpa parfum mahal, dan tanpa tas branded. "Lo kenapa, Kir? Bangkrut?" bisik Icha, sok serius sambil nyodorin bedak bayi dari dompetnya. "Enggak. Gue... iseng aja mau nyoba jadi manusia biasa," jawab Keira dengan nada datar, tapi senyum di ujung bibirnya mengisyaratkan sesuatu yang damai. Wulan mencoret-coret bukunya, sesekali memandangi halaman belakang sekolah dari jendela. Ia sedang menyusun puisi baru—tentang sahabat dan mie instan. Sementara itu, Naya duduk gelisah. Tanganny

