Gaun Merah dan Ayah yang Tak Pernah Pulang

1407 Words

Hari itu, Keira datang ke sekolah dengan tampilan mencolok. Bukan karena dandanan heboh atau tas branded barunya, tapi karena dia... diam. Nggak nyindir, nggak nyuruh-nyuruh, bahkan nggak komentar waktu Icha pakai bando kelinci yang biasanya langsung dia juluki “aksesoris anak TK”. “Wulan, lo lihat Keira diem? Nih pasti ada yang salah. Jangan-jangan dia abis ganti darah sama biarawati,” bisik Icha. “Dia lagi galau, mungkin,” Wulan menjawab sambil mencoret-coret sketsa wajah di bukunya. Naya yang duduk di bangku paling belakang cuma manggut. “Gue bisa rasain... ini bukan Keira yang biasa. Kayak... ada badai di balik lip gloss-nya.” --- Waktu istirahat, Keira tidak ke kantin. Dia duduk sendiri di ruang musik, memainkan tuts piano pelan-pelan. Lagu yang dia mainkan bukan klasik seperti

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD